Krisis Air Bersih di Indonesia, Apa yang Perlu Kita Lakukan?

Krisis Air Bersih di Indonesia, Apa yang Perlu Kita Lakukan?
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI percaya bahwa Indonesia mengalami krisis air bersih? Meskipun negara kita memiliki sumber air yang melimpah, tetapi ketersediaan air di Indonesia terancam berkurang di masa depan.

Menurut studi World Resource Institute pada 2015, Indonesia memiliki risiko tinggi mengalami krisis air pada tahun 2040. Bahkan pada 2020 lalu, BAPPENAS melaporkan sebagian besar daerah di Pulau Jawa dan Bali sudah termasuk kategori langka hingga kritis air bersih. Pada tahun yang sama, studi dari Kementerian Kesehatan menunjukkan sebanyak 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi E. coli, bakteri yang biasa ditemukan pada tinja.

Selain air bersih yang memang sulit dijangkau atau mahal di beberapa daerah, kualitas air yang tersedia sebagian tidak tergolong bersih untuk konsumsi manusia.

Lantas, apa saja sih kriteria air bersih? Mari kita bahasa bersama!

Baca Juga: Upaya Pemerintah untuk Menjamin Air Minum Aman bagi Masyarakat di Indonesia

Kondisi Krisis Air Bersih di Indonesia

Umumnya, terdapat tiga indikator penting yang harus dipenuhi untuk memastikan air bersih. Pertama, dari segi fisik, air bersih haruslah jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Kedua, secara biologi, air bersih tidak boleh mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit, misalnya E. coli dan Salmonella. Ketiga, secara kimia, air bersih harus memiliki pH yang netral tidak terlalu asam dan basa, nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang rendah, serta kandungan bahan kimia yang masih dalam batas aman.

Namun, air yang memenuhi kriteria tersebut tidak terhitung banyak. Faktanya, sekitar 97 persen air di bumi justru berupa air laut yang asin. Sementara, hanya 3 persen yang merupakan air tawar, dan dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang memenuhi kriteria air bersih.

Seiring berjalannya waktu, ketersedian air di Indonesia semakin menurun. Menurut laporan Badan Pusat Statistik,Indonesia diproyeksikan hanya akan memiliki persediaan air sebesar 181.498 meter kubik per kapita pada tahun 2035. Jumlah tersebut turun dari jumlah ketersediaan air pada 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita.

Lalu, mengapa ketersediaan air bersih kita semakin langka?

Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya ketersediaan air, sementara kebutuhan terus meningkat. Lebih lagi, pertumbuhan populasi memicu peningkatan kebutuhan kita akan air bersih. Dalam hal ini, jumlah populasi yang semakin banyak menjadikan permintaan air bersih semakin tinggi, sehingga pasokan air bersih menjadi semakin menipis.

Selain untuk minum, manusia membutuhkan air bersih untuk mandi, memasak, dan mencuci. Dalam jumlah besar, air juga menjadi kebutuhan penting dalam aktivitas industri, pertanian, peternakan, hingga transportasi. Pola penggunaan air secara berlebihan turut menyebabkan semakin berkurangnya ketersediaan air bersih.

Di sisi lain, perubahan iklim menyebabkan curah hujan dan ketersediaan air di suatu daerah menjadi tidak stabil. Beberapa daerah mengalami musim kemarau yang lebih panjang, sementara daerah lainnya sering mengalami banjir.

Hal ini diperparah dengan kerusakan hutan sebagai tempat menyimpan dan menyaring air secara alami. Kerusakan tersebut timbul sebagai akibat dari perilaku manusia, seperti pembukaan lahan dengan cara membakar hutan. Selain menimbulkan polusi, hal ini tentu menyebabkan hutan rusak atau berubah fungsinya. Akibatnya air bersih kita menjadi tercemar dan berkurang.

Masalah pencemaran air juga menjadi persoalan serius. Sumber air tawar yang biasa dimanfaatkan adalah air sungai dan air tanah, jika kedua sumber air ini tercemar oleh limbah, maka air tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan. Menurut data World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia tahun 2019, terdapat 82 persen dari 550 sungai di Indonesia yang tercemar, ini menyebabkan airnya tidak layak untuk dikonsumsi.

Selain itu, semakin banyaknya pembangunan gedung yang menutupi area resapan air, berakibat pada terganggungya penyerapan air hujan ke tanah. Hal ini kemudian menyulitkan masyarakat yang memompa air tanah karena ketersediannya yang semakin sedikit.

Baca Juga: Menengok 5 Sumber Mata Air yang Tak Pernah Kering di Indonesia

Langkah Konkret Mengatasi Krisis Air Bersih

Situasi krisis air bersih pada dasarnya memiliki dampak yang serius bagi kehidupan kita. Di satu sisi, kelangkaan air tentunya mengganggu kegiatan sehari-hari kita seperti minum, mandi, dan mencuci. Jika air yang kita minum tercemar bakteri, berbagai penyakit pun akan muncul, misalnya kolera, tifus, dan disentri.

Kita juga harus menghabiskan waktu dan biaya untuk membeli air bersih atau menyembuhkan diri dari berbagai penyakit. Bahkan di daerah yang sumber airnya jauh, masyarakat harus pergi jauh untuk mendapatkan air bersih. Imbasnya, aktivitas sekolah anak dan pekerjaan orang tua menjadi terganggu.

Tak hanya itu, dampak yang lebih luas juga dapat terjadi. Contohnya gagal panen, yang kemudian merembet pada kurangnya pasokan bahan makanan, sehingga turut memicu terjadinya kelaparan dan kekurangan gizi.

Dari penjelasan di atas, dampak yang terjadi akibat krisis air bersih sangat mengkhawatirkan, bukan? Untuk itu, kita perlu melakukan beberapa upaya untuk mengatasi masalah ini.

Kita bisa memulainya dengan menghemat penggunaan air sehari-hari dan tidak membuang sampah ke saluran air atau sungai. Di lingkungan rumah dan sekolah, kita juga bisa membantu dengan membuat sistem panen air hujan, biopori, atau sumur resapan, serta dengan menanam pohon.

Selain itu, lembaga-lembaga seperti pemerintah atau perusahaan dapat membantu dengan cara reboisasi hutan yang gundul, membuat bendungan dan waduk untuk menampung air hujan atau air sungai, mengolah air limbah sebelum dialirkan ke perairan, serta mengembangkan teknologi untuk mendapatkan sumber air bersih yang baru, seperti teknologi desalinasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar.

Namun, upaya ini tentunya akan berhasil melalui keterlibatan dan kerja sama yang baik antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah. Jadi, apa kontribusi yang dapat Kawan GNFI lakukan untuk mengatasi masalah krisis air ini?

Baca Juga: Komunitas Jaga Semesta Lindungi Mata Air demi Cegah Krisis Air 2040

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini