Makan Bajamba: Tradisi Makan Bersama Khas Masyarakat Minangkabau

Makan Bajamba: Tradisi Makan Bersama Khas Masyarakat Minangkabau
info gambar utama

Tahukah Kawan GNFI, bahwa masyarakat Minangkabau memiliki tradisi makan bersama yang dikenal dengan sebutan makan bajamba?

Tradisi ini biasanya akan Kawan GNFI temukan ketika menghadiri beberapa upacara adat yang diadakan oleh masyarakat Minangkabau. Selain itu, tradisi makan bajamba juga seringkali diadakan pada saat acara besar yang diselenggarakan di Sumatra Barat.

Simak ulasan lengkap tentang tradisi khas masyarakat Minangkabau dalam pembahasan berikut agar Kawan bisa mengenal dan memahami hal ini secara lebih mendalam.

Baca juga: Mengulik Keindahan Tenunan Songket Pandai Sikek dari Minangkabau

Tradisi Makan Bajamba

Peserta Tour de Singkarak mengikuti makan bajamba | WIkimedia Commons (kemenpar.go.id)
info gambar

Makan bajamba bisa didefinisikan berdasar dua kata asal dari tradisi ini, yakni makan dan jamba.

Dikutip dari artikel Rosalinda Wiemar, dkk dalam Jurnal IDEAS, kata jamba memiliki arti sebuah hidangan yang disajikan dalam sebuah pinggan atau wadah berukuran besar yang dikenal dengan sebutan dulang. Dari kedua kata tersebut, tradisi makan bajamba bisa dimaknai sebagai kegiatan makan yang dilakukan oleh masyarakat minangkabau secara bersama-sama dalam sebuah wadah yang besar.

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi ini mulai diterapkan di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Meskipun demikian, besar dugaan tradisi makan bajamba mulai ada dalam kebudayaan Minangkabau sejak masuknya agama Islam ke wilayah ini pada abad ke-7 lalu. Dalam prakteknya, satu wadah yang digunakan dalam makan bajamba biasanya akan dikelilingi oleh tiga hingga tujuh orang.

Nantinya wadah-wadah ini akan disusun secara berurutan, sehingga pada saat prosesi makan bajamba akan terlihat barisan panjang masyarakat yang makan bersama-sama. Hidangan yang disajikan dalam satu wadah makan bajamba juga berisi makanan khas dari Minangkabau. Makanan yang disajikan juga sangat lengkap, mulai dari lauk utama hingga jajanan untuk pencuci mulut.

Lauk utama yang biasanya wajib disajikan pada saat prosesi makan bajamba adalah randang, cancang, gulai cubadak, pangek ikan, dan karupuak lado. Sementara itu, jajanan yang disajikan sebagai makanan penutup dalam tradisi ini biasanya dalam bentuk lamang, pinyaram, hingga galamai.

Etika dan Tata Cara Makan Bajamba

Persiapan makan bajamba | Wikimedia Commons (VOA Indonesia)
info gambar

Seperti halnya tradisi lain yang ada di berbagai kebudayan, dalam prosesnya makan bajamba juga memiliki etika dan tata cara yang mesti dipatuhi oleh setiap orang yang menjalani prosesi ini. Posisi duduk antara laki-laki dan perempuan akan dipisah pada saat prosesi makan bajamba.

Cara duduk juga diatur sedemikian rupa. Peserta laki-laki harus mengatur posisi duduk dalam bentuk baselo atau bersila. Sementara itu, peserta perempuan akan duduk dengan cara basimpuah atau bersimpuh.

Prosesi makan bajamba biasanya akan dibuka dengan saling berbalas pantun antara pihak pemilik rumah dengan perwakilan tamu yang hadir pada saat prosesi adat ini. Proses berbalas pantun tersebut merupakan simbol basa-basi sebelum dimulainya prosesi makan bajamba.

Baca Juga: Fakta Menarik Tradisi Merantau dari Suku Minangkabau yang Jarang Diketahui

Setelah menyelesaikan prosesi ini, setiap peserta yang hadir akan dipersilahkan untuk mulai makan sesuai dengan wadah yang ada di hadapannya masing-masing. Dalam prosesnya, setiap peserta wajib makan dengan menggunakan tangan kanan dan harus memperhatikan porsi yang diambil dalam sekali suap.

Sementara itu, tangan kiri akan berfungsi untuk mencegah makanan yang tidak masuk seutuhnya ke dalam mulut berceceran. Setelah menyelesaikan makan bersama, prosesi makan bajamba biasanya ditutup dengan pembacaan doa sebagai wujud syukur atas aktivitas yang sudah dijalani.

Makna Makan Bajamba

Tradisi makan bajamba dalam kebudayaan Minangkabau memiliki makna mendalam dari penyelenggaraanya.

Dilansir dari artikel Safarra Fitri Rahmatika, dkk dalam Journal of Cultural Anthropology, terdapat empat makna utama yang bisa Kawan pahami ketika mengikuti tradisi ini, yakni:

1. Kebersamaan

Makan bajamba bisa menumbuhkan rasa kebersamaan antar sesama peserta yang mengikuti prosesi ini. Selain itu, tradisi ini juga bisa mempererat hubungan tali silaturahmi dalam masyarakat Minangkabau.

2. Manajemen Kehidupan

Tradisi makan bajamba juga mengajarkan nilai manajemen kehidupan, khususnya bagi kaum wanita yang bertugas untuk mempersiapkan makanan.

Nilai manajemen kehidupan ini bisa dimaknai pada saat proses persiapan menyajikan makanan ke dalam wadah dulang. Setiap makanan yang ada di wadah akan diatur jumlah dan takarannya agar sesuai dengan peserta yang hadir.

3. Adil

Makan bajamba juga mengandung makna keadilan dalam penyelenggaraannya. Prosesi adat ini bisa dihadiri oleh setiap orang tanpa melihat latar belakang kehidupannya.

Selain itu, setiap peserta juga duduk melingkar secara berdampingan tanpa membeda-bedakan status sosial di antara mereka.

4. Kontrol Perilaku

Makna terakhir yang terkandung dalam tradisi makan bajamba adalah kontrol perilaku. Setiap peserta yang mengikuti prosesi ini hanya boleh memakan makanan yang ada di hadapannya saja.

Proses ini secara simbol menggambarkan bahwa setiap individu hanya boleh memiliki apa yang memang sudah menjadi miliknya tanpa perlu mengambil hak orang lain.

Itulah penjelasan tentang tradisi makan bajamba dalam kebudayaan Minangkabau beserta makna yang terkandung di dalamnya.

Apakah Kawan GNFI tertarik untuk mencoba mengikuti tradisi khas yang satu ini?

Referensi:
- Rosalinda Wiemar, dkk. "Peran Perempuan dalam Tradisi Makan Bajamba pada Rumah Gadang Minangkabau" dalam Jurnal IDEAS, vol. 8, no.3, 2022, hal. 1029-1038.
- Safarra Fitri Rahmatika, dkk. "Pergeseran Nilai pada Tradisi Makan Bajamba di Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam" dalam Journal of Cultural Anthropology, vol. 1, no. 2, 2021, hal. 58-64.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IA
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini