La Dana dan Kerbaunya, Legenda dari Tanah Toraja

La Dana dan Kerbaunya, Legenda dari Tanah Toraja
info gambar utama

Legenda merupakan salah satu jenis cerita rakyat dan kisah-kisah yang berkembang di masyarakat. Kemudian, menjadi popular hingga saat ini. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai legenda asal daerah mereka masing-masing.

Umumnya, legenda sering diceritakan saat kita masih duduk di bangku sekolah dasar yang menceritakan tentang tempat, peristiwa atau seseorang yang ada di masa lampau. Selain sebagai hiburan, legenda juga mengandung pesan moral dan nilai-nilai kehidupan.

Nah, Kawan GNFI berbicara tentang salah satu legenda, kisah yang satu ini berasal dari Indonesia Timur, tepatnya di Toraja Sulawesi Selatan. La Dana dan Kerbaunya namanya. Legenda ini menceritakan kisah seorang pemuda anak yang berasal dari Toraja dan terkenal akan kecerdikannya di seluruh kampung. Pemuda tersebut bernama La Dana.

Menelusuri Jejak Sejarah Kubuang Tigo Baleh: Dari Legenda Datuk Parpatih Nan Sabatang hingga Kearifan Lokal

Kecerdikan La Dana digunakan untuk menipu warga di kampungnya. Sosoknya terkenal pandai, tetapi licik. Suatu hari, warga sedang mengadakan upacara adat pemakaman. Pekaman adat Toraja ini terkenal meriah dan megah. Tamu-tamu akan disuguhkan dengan hidangan kerbau dan hidangan mewah khas Toraja lainnya.

Ketika itu, La Dana bersama temannya diundang untuk menghadiri acara pemakaman tersebut. Laki-laki tersebut mendapatkan bagian kaki belakang kerbau untuk dia makan, sedangkan temannya mendapatkan setengah bagian, kecuali kaki kerbau. Hal tersebut membuat La Dana cemburu dan memikirkan cara agar dia bisa mendapatkan yang lebih banyak dari temannya.

La Dana kemudian membohongi temannya tersebut dengan mengatakan bahwa potongan daging kerbau yang mereka dapatkan jika digabungkan dan ditukarkan akan mendapatkan kerbau yang masih hidup. Nantinya, kerbau tersebut bisa dipelihara dan dimakan bersama-sama. Sang pemilik hajat menerima usulan dari Ladana dan temannya itu. Kemudian, mereka berhasil membaya pulang seekor kerbau untuk dipelihara bersama-sama.

Seminggu kemudian, La Dana yang sudah tidak sabar mendatangi rumah temannya agar kerbau yang mereka punya segera disembelih. Namun, teman La Dana menolak dan mengatakan agar menunggu hingga kerbau itu gemuk.

La Dana tetap memaksa temannya untuk segera menyembelih kerbau tersebut dengan mengatakan bahwa bagiannya akan dia ambil dan untuk bagian temannya dipelihara sendiri. Saran La Dana tentu saja ditolak. Sebab, sama saja kerbau itu akan mati dan tidak bisa dipelihara lagi. Lalu, temannya tersebut membuat kesepakatan jika La Dana bersabar, maka dirinya akan mendapatkan dua pasang kaki kerbau.

Legenda Buaya Kuning Masyarakat Suku Banjar

Beberapa hari berselang, La Dana datang lagi dan meminta agar bagiannya diberikan. Sekali lagi, temannya menolak permintaan itu dan membujuknya untuk mau bersabar dan menjanjikan setengah badan kerbau untuk La Dana.

Seminggu berselang, lagi-lagi La Dana menagih hal yang sama. Teman La Dana akhirnya marah dan mengatakan bahwa kerbau itu untuk La Dana saja dan ia tidak mau untuk diganggu lagi. Akhirnya, La Dana membawa pulang kerbau tersebut dengan perasaan bahagia.

Dari legenda ini, kita mendapatkan pesan moral bahwa manusia harus bisa menggunakan kecerdasan yang ia miliki untuk kebaikan dirinya maupun orang lain. Bukan malah memperdaya dan merugikan orang lain. Sifat serakah dan keinginan untuk mendapatkan yang lebih banyak.

Pada akhirnya, ini bisa merugikan orang lain dan merusak hubungan pertemanan. Tentunya itu juga membuat orang lain kehilangan hal yang lebih berharga dalam hidup, yakni persahabatan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini