Pada generasi 90-an, anak-anak memiliki tradisi unik saat Ramadan yaitu berburu tanda-tangan. Di banyak tempat ibadah, selesai salat tarawih akan ditutup dengan sekelompok anak SD yang meminta tanda tangan imam.
Dalam sebuah video Tiktok yang dibagikan Safna.agstt memperlihatkan ada banyak SD yang berbaris membentuk shaf untuk meminta tanda tangan imam. Dalam video berdurasi satu menit itu, anak-anak SD itu cukup antusias.
Demi menghindari kegaduhan, pihak masjid di daerah Safna memberikan aturan berbaris sesuai shaf. Layaknya dalam salat, shaf laki-laki dan perempuan pun dibedakan. Mereka kemudian memberikan buku kegiatan Ramadan itu kepada imam.
Gurihnya Bubur Suro, Takjil Khas Ramadan yang Sudah Eksis sejak Zaman Sunan Bonang
Netizen mengaku sangat antusias melihat tradisi meminta tanda-tangan oleh anak-anak SD itu. Mereka mengaku bernostalgia dan rindu dengan masa kecilnya. Apalagi melihat keseruan anak-anak itu.
“Ternyata bukan Ramadan sekarang gak ramai, tetap ramai tapi kitanya aja yang udah tua jadi gak ngerasain gini lagi,” tulis nitizen.
Keseruan minta tanda tangan
Berburu tanda tangan imam saat Ramadan pada era 2000 an awal memang diwajibkan oleh banyak sekolah. Pada masa itu sekolah akan memberikan buku saat menjelang Ramadan dan dikembalikan lagi setelah Lebaran.
Pada buku itu, berbagai tugas sudah disiapkan dengan detail. Mulai dari jadwal puasa, tadarus, salat, kolom untuk menulis ceramah dan tanda tangan penceramah. Kolom inilah yang membuat buku ini perlu dibawa saat tarawih.
Survei Membuktikan, Inilah Merek Air Mineral Pilihan selama Ramadan 2024
“Saya dan teman-teman biasanya berbagi tugas untuk menulis ceramah. Jujur saja, mendengarkan ceramah bagi anak kecil bukan hal yang mudah. Kita dipaksa harus fokus sekaligus mencerna dan menulis dengan cepat, sedangkan ceramah tetap terus berlanjut,” kenang Tutut Setyorine.
Dikenang olehnya, setelah salat tarawih, dia dan teman-temannya tidak langsung pulang. Namun menunggu imam hingga selesai salam-salaman untuk berburu tanda tangan. Baginya momen ini sangat mendebarkan.
“Ada rasa dag-dig-dug yang luar biasa saat imam mulai membaca hasil tulisan ceramah di kolom tersebut,” ucapnya.
Mulai hilang
Tutut mengaku tak tahu mengapa tradisi ini mulai menghilang pada zaman ini. Anak-anak sudah tidak terlihat mengisi buku kegiatan Ramadan yang biasa diberikan di sekolah. Saat ini anak-anak setelah selesai salat tarawih akan langsung pulang ke rumah.
“Adik saya yang duduk di kelas 3 SD juga belum mendapatkannya. Entah sekolah yang tidak mengeluarkan, atau memang ia belum cukup umur untuk mengisinya,” jelasnya.
Bulan Ramadan Beri Berkah Bagi Industri Pengolahan
Padahal bagi Tutut, tradisi ini akan membiasakan anak-anak itu untuk melatih otak, mencerna ucapan dan menulis secara cepat. Di mana hal tersebut sangat bermanfaat ketika di sekolah.
“Hal ini akan meringankan tugas emak-emak untuk memperingati anak-anak yang berisik. Dengan begitu, ceramah dan tarawih akan dijalankan dengan lebih khusu,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News