Keindahan Gunung Bubut, Gunung Api Purba dari Soreang yang Sudah Lama Mati

Keindahan Gunung Bubut, Gunung Api Purba dari Soreang yang Sudah Lama Mati
info gambar utama

Gunung Bubut adalah sisa gunung api purba yang berada di sebelah selatan Soreang, tepatnya di perbatasan Kecamatan Cangkuang dan Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Bentuk Gunung Bubut saat ini sudah tidak menyerupai gunung api yang utuh. Karena gunung dengan ketinggian 1.341 meter ini pernah meletus dahsyat dalam beberapa periode. Hal ini membuat rona buminya membentuk beberapa kerucut yang seolah terpisah.

Danau Toba Kawasan Memikat dalam Destinasi Pariwisata Superprioritas

Catatan mengenai gunung api purba ini pernah ditulis oleh Dr.R.M Verbeek dan R.Fennema dalam buku Geologische beschrijving van Java en Madura yang terbit pada 1896. Pada buku itu termuat nama Gunung Bubut-Tanjaknangsi Vulkaan.

“Di sebelah barat Malabar, di seberang lembah Ci Sangkuy, terdapat pegunungan vulkanik yang relatif rendah dan memanjang. Dua puncak yang terkenalnya disebut Bubut dan Tanjaknangsi,” tulisnya yang dinukil dari Bandung Bergerak.

Habitat burung

Gunung Bubut memiliki berbagai versi penamaan. Setidaknya ada dua versi yang cukup populer. Versi pertama berhubungan dengan sejenis burung yang dahulu banyak hidup di kawasan tersebut, yaitu burung bubut.

Hal ini diungkapkan oleh T.Bachtiar dalam artikel Perkampungan di Dalam Kawah Purba Gunung Bubut. Dirinya menuliskan bahwa ada enam spesies burung bubut di dunia dan lima di antaranya terdapat di Indonesia.

“Perubahan habitat asli di Gunung Bubut karena alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan permukiman membuat populasinya menjadi jauh berkurang,” urainya dalam Bandung Bergerak.

Mengenal 16 Gunung Berapi Paling Berbahaya di Dunia, Ada Satu dari Indonesia

Sementara itu versi kedua adalah cerita warga Kampung Ciseupan yang menyebut kata bubut berasal dari bahasa Sunda yaitu burubut atau murubut. Kata ini memiliki arti benda-benda berjatuhan dalam jumlah banyak.

“Peristiwa murubut ini terjadi di masa lampau dan sekarang, ketika terjadi longsor yang membawa jatuh material berupa pohon, tanah, dan batuan yang menimpa lereng dan kaki gunungnya,” jelasnya.

Pemandangan yang indah

Pendaki yang ingin menuju Gunung Bubut bisa melintas di Jalan Raya Soreang lalu berbelok ke arah jalan baru yaitu Jalan Al Fathu. Dari sana, pendaki bisa memasuki jalan kecil untuk terus menyusuri Jalan Sukanagara hingga sampai di Kampung Gunung Bubut.

Gunung Bubut bukanlah gunung dengan ketinggian menjulang. Hampir setiap bagian tanahnya sudah bersalin rupa menjadi lahan perkebunan maupun pemukiman. Tetapi masih ada daya tarik dari Gunung Bubut yaitu di puncaknya.

“Kita bisa menikmati bentang alam berupa kenampakan kaldera gunung api purba yang sangat menawan, membentang seperti bentang alami di bagian selatan dengan Gunung Tanjaknangsi sebagai titik tertingginya,” jelasnya.

Pemukiman Dekat Gunung Berapi, Zona Berbahaya yang Malah Dirindukan

Selain itu, jelas Jatnika, selama perjalanan menuju puncak, para pendaki bisa menemui lapisan-lapisan material produk dari letusan gunung api di masa lalu, seperti batuan tuff, plutonisme, dan batuan bekas endapan lava.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini