Mesigit Jipang jadi bukti ilmiah betapa besarnya peradaban islam di era Majapahit. Seperti dawuh Gus Dur: tempat ini melengkapi posisi Mesigit Tebon sebagai sepasang gerbang yang dibangun Mbah Jumadil Kubro.
Perjalanan telah sampai ke lokasi reruntuhan mesigit atau masjid Jipang. Tempat ini barangkali jarang terdengar dan benar-benar sudah dilupa bagi sebagian besar orang Blora atau bahkan masyarakat Jipang sendiri. Orang akan lebih condong dan terkesima dengan Gedong Ageng Jipang, yang konon, adalah lokasi makam Arya Penangsang, tokoh kesatria perang itu.
Seperti buruk sangka yang lebih sulit dilupa daripada prasangka baik, Gedong Ageng mungkin didedikasikan oleh Solo untuk legenda yang menyimpan karma atau dendam, atas kehadiran Kasultanan Islam di pedalaman Jawa, sehingga secara kolektif lebih mudah untuk diingat.
Baca Juga: Mesigit Tebon, Peradaban Islam Sebelum Wali Songo di Bojonegoro
Sedangkan Mesigit Jipang, hadir membawa pesan damai dengan meminta ampunan lewat do’a-do’a, dan mencoba menyucikan kasta-kasta bhatara seluruh Jawa. Dalam dualisme itu, agaknya memaksa kita untuk menoleh lebih jauh ke belakang hari, ketika semangat naungan dan perlindungan telah digaungkan berkali-kali bagi masyarakat yang terberai karena teritori, dengan simbol payung; pohon kehidupan yang tumbuh di atas air suci.
Baca Selengkapnya