Kangen pada "Apel Jawa", yang Ternyata bukan Buah Apel

Kangen pada "Apel Jawa", yang Ternyata bukan Buah Apel
info gambar utama

Tiba-tiba ingat Jogja. Ingat kampung halaman tempat saya lahir dan dibesarkan. Tiba-tiba ingat buah Mundu. Buah ini tumbuh di halaman belakang rumah, hanya ada 2 atau 3 pohon waktu itu, dan setiap berbuah, selalu habis di"rampok" kawan-kawan sepermainan.

Nah, buah ini oleh orang luar sering dipanggil "Javan Apple", atau apel jawa. Mundu (Garcinia dulcis) adalah sejenis pohon buah-buahan yang asli Indonesia. Buahnya dapat dimakan segar atau diolah menjadi selai.

Mundu merupakan sejenis pohon buah-buahan yang semakin langka anggota genus Garcinia yang berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asam kandis (Garcinia parvifolia). Mundu dipercaya sebagai tanaman buah asli Indonesia yang hanya tumbuh di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Filipina dan Thailand, dan karena mutu buah ini kurang baik, maka buah ini kurang diremajakan.

Baca juga : Mengenal Ragam Buah Asli Indonesia Yang Sudah Mulai Langka

Mundu di Jawa disebut juga rata, baros atau klendeng dalam bahasa Sunda dikenal sebagai jawura atau golodogpanto. Dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan sebutan yang sama, mundu atau moendoe. Di Filipina disebut sebagai biniti atau bagalot, sedangkan di Thailand dikenal sebagai maphut.

Dalam bahasa latin (ilmiah), mundu disebut Garcinia dulcis yang bersinonim dengan Garcinia longifolia, dan Xanthochymus javanensis.

Mundu | foro : Ez2plant.com
info gambar

Tumbuhan mundu (Garcinia dulcis) berupa pohon berbatang pendek dengan tinggi maksimal 13-15 meter dengan tajuk yang mengerucut ke atas. Batangnya mempunyai kulit berwarna coklat dan mempunyai semacam getah berwarna putih yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Batang mundu ditumbuhi banyak ranting berbentuk hampir persegi empat yang mudah patah dan berbulu halus.

Daun mundu berbentuk bundar telur sampai lonjong jorong, panjang 10 – 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm, hijau pucat bila muda, permukaan atas hijau gelap dan mengkilat, pada bagian bawah dengan tulang tengah yang menonjol dan keras, urat-urat daun banyak dan paralel, panjang tangkai daun sampai 2 cm. Bunga mundu muncul di dekat pangkal daun berwarna kuning keputihan dan berbau harum.

Buah mundu berbentuk bulat dengan ujung atas dan bawah agak meruncing dengan diameter antara 5-8 cm. Buah berwarna hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah (mengkilat) ketika masak. Buah mundu (Garcinia dulcis) memiliki 1-5 biji berukuran 2,5 cm berwarna coklat.Pohon mundu tumbuh di Indonesia (Jawa dan sebagian Kalimantan) dan telah ditanam di negara-negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina.

Baca juga : Mengenal Buah Mundu dari Jenis Hingga Manfaatnya

Habitatnya adalah daerah dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dpl.Manfaat. Buah mundu dapat dimakan langsung dan diolah menjadi selai bahkan sebagai campuran jamu tradisional. Sedangkan kayu dan kulitnya, dahulu sering dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami.

Rasa masam bercampur manis dengan kulit buah yang berwarna kuning cerah, sangat menarik bagi anak-anak desa seperti kami. Penulis sering sembunyi-sembunyi untuk makan buah ini, karena dengan alasan yang tidak jelas orangtua penulis tidak suka kalau anaknya makan buah mundu. Walupun begitu orangtua pasti tahu kalau kami habis makan buah mundu, karena warna kuning kadang masing terlihat di lidah dan gigi, apalagi penulis sering makan berlepotan sehingga baju penulis dipenuhi bercak-bercak warna kuning.Buah mundu ini selain rasanya yang khas, juga mengandung serat dan air yang cukup tinggi.

Yang perlu diperhatikan ketika memakan buah mundu secara langsung adalah getahnya. Buah yang banyak mengandung vitamin C ini memiliki getah yang kuat yang dapat membuat iritasi ringan di bibir bagi yang tidak terbiasa. Karena itu, jika hendak memakannya lebih baik mengupas dan mencucinya terlebih dahulu sehingga getah buah langka ini hilang dulu.

Referensi: www.plantamor.com; www.proseanet.org;

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini