Dieng Culture Festival, Merasakan Pagelaran Seni Budaya di Tengah Suhu 2 Derajat

Dieng Culture Festival, Merasakan Pagelaran Seni Budaya di Tengah Suhu 2 Derajat
info gambar utama

Dieng Culture Festival (DCF) kembali digelar pada tanggal 5 hingga 7 Agustus 2016 di Dieng Plateau, Kabupaten Banjarnegara. DCF merupakan sebuah rangkaian acara festival budaya dengan konsep sinergi antara unsur budaya masyarakat, potensi wisata alam Dieng, serta pemberdayaan masyarakat lokal. Acara ini diselenggarakan sebagai wujud usaha untuk memperkenalkan wisata Dieng baik alam, budaya, sejarah, hingga kuliner lokal.

Pagelaran DCF yang ke-7 tahun ini dilaksanakan secara meriah dengan mengusung tema “The Soul of Culture”. Tema ini merupakan lanjutan tema dari tahun lalu yaitu “The Harmony of Nature”. Jika pagelaran tahun lalu diharapkan mampu memberikan pelajaran kepada pengunjung tentang pentingnya harmonisasi antara manusia, alam, dan budaya, maka pagelaran tahun ini mengharapkan nilai-nilai tersebut dapat merasuk dalam jiwa setiap pengunjung DCF.

DCF 2016
info gambar

Acara utama pada DCF tahun ini adalah pertunjukan Prosesi Ruwat Rambut Gembel yang telah menjadi tradisi masyarakat Dieng selama bertahun-tahun. Atraksi Budaya yang dikemas dengan menarik ini juga semakin dimeriahkan dengan beberapa acara lain seperti penampilan Kiai Kanjeng, tausiyah MH Ainun Najib, Jazz Atas Awan, Konser Akustik, jalan sehat, mengejar sunrise, dan pesta menerbangkan lampion.

Sambutan singkat dari Walikota Banjarnegara membuka sekaligus menandakan secara resmi dimulainya acara pada 5 Agustus 2016 pukul 14.00 di panggung utama. Acara dilanjutkan dengan penampilan dari Kiai Kanjeng yang diikuti dengan tausiyah MH Ainun Najib, dan festival film Dieng. Malamnya panggung dimeriahkan dengan penampilan beberapa musisi dan jazz band dalam acara bertajuk “Jazz di Atas Awan”.

Baca juga: Dawai dan Dansa Penonton Meriahkan Jazz Atas Awan di DCF 2016

Jazz Atas Awan
info gambar

Para pengunjung yang menghadiri konser pun berkesempatan mencicipi hidangan khas Banjarnegara yang diberikan secara gratis oleh panitia. Hidangan tersebut adalah semacam semur kentang yang terbuat dari kentang-kentang kecil (sebesar bola kelereng) dengan bumbu khas Banjarnegara. Acara pun ditutup dengan festival kembang api.

Pada hari kedua, para pengunjung festival mengawali hari dengan berburu sunrise dan berjalan sehat. Setelah berlelah-lelah, para pengunjung ikut serta dalam Purwaceng party. Purwaceng adalah minuman tradisional penambah vitalitas yang cocok diminum setelah tubuh melakukan kerja keras. Acara dilanjutkan dengan parade seni budaya, konser akustik, dan ditutup dengan penerbangan ratusan lampion.

Pertunjukan Seni Budaya
info gambar

Pada hari kedua ini pula penyerahan hibah dari Kementrian pariwisata Indonesia dilakukan kepada Bupati Banjarnegara. Hibah tersebut berupa dua kereta kencana yang diharapkan mampu membuat pagelaran budaya semakin menarik dan menarik lebih banyak wisatawan. Bantuan pun juga diberikan kepada para pemangku adat lokal sebagai bentuk apresiasi karena telah melestarikan budaya lokal yang kini menjadi salah satu tujuan wisata budaya Dieng.

Di hari ketiga, acara difokuskan pada prosesi ruwat rambut gembel mulai dari kirab budaya, jamasan, ruwat & cukur, kemudian diakhiri dengan prosesi larungan. Para pengunjung pun juga dimanjakan dengan berbagai stand oleh-oleh di sekitar area venue dari berbagai UKM di kabupaten Banjarnegara.

Stand UKM yang menjual batik Banjarnegara
info gambar

Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, menyebutkan bahwa DCF mengalami perkembangan pesat sejak pertama kali diadakan. Pada tahun 2012 DCF menjadi salah satu event unggulan jawa Tengah, sebelum menjadi event skala nasional pada 2013. DCF yang sebelumnya tidak diselenggarakan secara rutin pun telah menjadi event tahunan Banjarnegara sejak 2012. Maka jangan khawatir, bagi yang belum sempat berkunjung ke DCF Anda masih dapat mengunjungi festival di tengah suhu 2 derajat celcius ini tahun depan.

Sejak menjadi acara rutin, DCF memang mampu menarik wisatawan namun masih banyak PR yang harus diselesaikan. Diantaranya kemacetan jalan karena minimnya akses jalan serta harga parkir yang di beberapa tempat dirasa terlalu mahal.

Sebagai bentuk dukungan pada DCF serta usaha mengatasi masalah tersebut, pemerintah Banjarnegara pun berjanji untuk membuat kebijakan pro masyarakat lokal di sekitaran Dieng. Seperti kebijakan-kebijakan untuk memberdayakan homestay dibandingkan pembanguan hotel mewah, dan manajemen parkir yang akan diperbaiki di lahan sekitar Dieng. Pemerintah pun juga berjanji untuk menambah akses jalan ke Dieng untuk mengurangi kemacetan di musim-musim liburan.




Sumber : Tim GNFI
Sumber Gambar Sampul : Dokumentasi GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini