HONF dan Dua Dasawarsa yang Mengangkasa

HONF dan Dua Dasawarsa yang Mengangkasa
info gambar utama
  • Mengenal HONF, sebuah lembaga yang melahirkan berbagai lab kecil dan bermacam kelompok di dalamnya.
  • HONF didirikan oleh beberapa lulusan ISI era 1990-an.
  • Salah satu pendirinya adalah orang pertama di Indonesia yang pernah mengikuti serangkaian percobaan hidup di Mars.

20 tahun lalu, beberapa lulusan ISI (Institut Seni Indonesia) yang berasal dari fakultas Seni Rupa dan Desain era 1990-an, mencoba membuat dunia seni dan area teknologi. Saat itu, kedua hal tersebut memiliki energi yang sama dan bisa saling berkolaborasi.

Itulah awal mula terbentuknya HONF (House of Natural Fiber) Foundation. Lembaga yang 20 tahun lalu dimulai dari komunitas yang berpijak atas nama media baru, dan kini sudah berkembang pesat dengan melahirkan berbagai lab kecil dan bermacam kelompok di dalamnya.

Venzha Christ, salah satu pendiri, direktur, dan karakter utama HNOF, kapada Koran Jakarta berujar bahwa HONF telah mengalami perjalanan panjang untuk nendorong masyarakat Indonesia melek sains.

“Ya, 20 tahun waktu yang cepat ternyata. Ini tahun mengingat kem­bali perjalanan panjang kami, refleksi, dan menghitung ulang visi. Yang jelas tujuan utamanya adalah mendorong masyarakat kita melek sains, dengan mediumnya bisa apa saja, salah satunya seni,” terangnya.

BACA JUGA: KAMAL UCUL, Gantungan Kunci Berbasis Teknologi Karya Mahasiswa UM

Venzha merupakan salah satu peserta percobaan hidup di planet Mars. Selama 16 hari ia diisolasi di sebuah kapal besar pemecah es (ice breaker) milik Jepang, SHIRASE 5002.

Pengalaman ini menjadikannya sebagai satu-satunya orang Indonesia yang pernah mengikuti serangkaian percobaan hidup di Mars. Ia melakukannya pada Maret 2018 lalu, berangkat dari Utah, Amerika Serikat.

HONF dan kegiatannya | Foto: Koran Jakarta
info gambar

HONF berjalan dan berkembang

Desember 1999 merupakan aktivitas pertama HONF, berupa rangkaian workshop dan lokakarya untuk para pelajar SD dan SMP. Fokus kegiatan ini adalah pengenalan peralatan dan penalaran pada beragam seni terapan, seperti videografi, fotografi, teater, multimedia, dan lainnya.

Kemudian di tahun 2001, HONF mulai mengajak lembaga dan atau institusi penting yang sarat birokrasi serta aturan. Saat itu mereka melakukannya untuk berkolaborasi dengan ide-ide yang telah dipaparkan.

Beberapa di antaranya adalah rumah sakit, lembaga penelitian, laboratorium biologi, dan laboratorium instrumentasi di sejumlah universitas.

BACA JUGA: 7 Inovasi Teknologi Karya Anak Bangsa

Berkat dedikasinya pada seni dan teknologi, Pemda DIY kemudian memberi penghargaan Kreator Pelopor Pencipta Karya Budaya pada Venzha Christ pada tahun lalu.

Tahun ini, HONF semakin berkembang. Di usianya yang ke-20, ada puluhan agenda yang telah dikerjakan mulai April sampai Desember.

Contohnya Pop Up Lab, Transformaking festival bagi para makers, Cellsbutton media art festival, HONF Record untuk musik eksperimental dan dokumentasi, UFO Festival bersama BETA UFO Indonesia pada Mei, dan SETI pada Juli yang menghadirkan Direktur SETI AS serta pakar-pakar astronomi dari berbagai negara termasuk dari LIPI, ITB, dan UGM.

Rangkaian dokumentasi kegiatan HONF | Foto: Koran Jakarta
info gambar

“Kami tak bisa tanpa pribadi-pribadi itu. Penghormatan terbesar untuk mereka, We Are HONF, We Are Done,” ucap Venzha.

Venzha juga menambahkan, selanjutnya HONF akan diisi para penerus yang berusia lebih muda. Ini dilakukan sebagai lamgkah regenasi.

“Mereka akan menghadirkan banyak proyek baru seperti, X-PLORE, Spacial, Atlas Of The Dead, UFO-LOGIC, Evolution of The Unknown, (under)standing:(micro)cosmos+(macro)cos­mos, DIY Radio Astronomy, Circular Material, C6H12O6+O2, Microbial Dress, dan lain lain,” tutupnya.


Sumber: Koran Jakarta

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini