Perempuan Penulis Malu Sebarkan Hoaks

Perempuan Penulis Malu Sebarkan Hoaks
info gambar utama

Zaman sekarang, perkembangan berita hoaks rasanya nyaris sulit dibedakan dengan berita asli. Apalagi penyebabnya kalau bukan sebagian besar didominasi oleh penyebaran yang dilakukan banyak orang di media sosial.

Mirisnya lagi, kalau dilihat-lihat, justru yang paling banyak ikut menyebar berita tersebut justru datang dari kaum perempuan.

Lebih memilukan lagi, di antara para perempuan yang ikut-ikutan menyebarkan berita hoaks tersebut, ada pula beberapa perempuan yang nyatanya begitu pandai menulis yang bisa disebut sebagai perempuan penulis.

Sedih bukan? Seorang yang seharusnya bisa lebih bijak dalam menyebarkan sebuah berita, karena dalam dunia kepenulisan sudah seharusnya seorang perempuan penulis selalu meluangkan waktu untuk selalu meng-upgrade pengetahuannya dengan banyak membaca.

Sudah seharusnya pengetahuan seorang perempuan penulis lebih luas dan terbuka, dan pastinya bisa lebih mudah membedakan mana berita hoaks maupun mana berita asli.

Perempuan penulis seharusnya malu menyebarkan berita hoaks

Menyandang sebutan perempuan penulis sesungguhnya menjadikan saya begitu bangga. Bagaimana tidak? Tidak semua perempuan bisa menulis, setidaknya merangkai kata seperti layaknya perempuan penulis, meskipun jujur saya masih merasa jauh dari kesempurnaan disebut sebagai perempuan penulis.

Tapi setidaknya saya bangga akan hal tersebut.

Terlebih lagi, jika kita bisa bergabung dengan berbagai komunitas penulis maupun blogger, yang mana bisa menjadi bagian dari banyak perempuan-perempuan hebat dengan karya yang beragam, khususnya di bidang kepenulisan. Contohnya karya buku antologi Ngeblog Seru Ala Ibu-Ibu, yang mana saya pun ikut berpartisipasi di dalamnya.

Sungguh merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, sekaligus menjadi tanggung jawab tersendiri dalam menjaga sikap demi nama baik komunitas yang kita bawa.

Nyatanya, tidak semua orang yang menjadi perempuan penulis bisa berpikiran seperti itu, sebagian malah masih ikut dalam kegiatan menyebarkan berita hoaks, bahkan hingga terjadi berkali-kali.

Miris bukan?

Menurut saya, ikut menyebarkan berita hoaks itu adalah sebuah perlakuan yang memalukan bagi seorang penulis perempuan.

Iya kan? Seseorang yang seharusnya punya pemikiran lebih terbuka dan bijak, malah bisa juga ikutan dalam lingkaran berita hoaks dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Padahal, kita semua tahu, bahwa berita hoaks itu bisa lebih mudah dilihat perbedaannya dengan berita asli, salah satunya dengan selalu membaca secara detail dan mencari tahu dari berbagai pihak, sampai kita yakin, berita yang kita baca atau terima tersebut, benar-benar berita asli, bukan hoaks semata.

Jika sudah yakin kalau berita tersebut adalah asli, maka langkah selanjutnya adalah bisa dengan tenang dan bijak dalam menyebarkannya.

Jadi, wahai para perempuan penulis, bukankah memalukan, jika kita terlihat menyebarkan berita hoaks? Semacam keterampilan kepenulisan kita diragukan karenanya.

Perempuan penulis itu saring dulu sebelum sharing

Salah satu cara termudah dalam membedakan mana berita asli dan hoaks adalah, dengan seringnya kita saring dahulu setiap berita yang ada, sebelum kita sharing melalui media sosial.

Kalau saya sendiri, rasa malu-lah yang membuat saya lebih berhati-hati dengan saring sebelum sharing berita yang saya baca.

Ada berbagai cara saya dalam menyaring berita hoaks, yaitu :

  • Googling berita lainnya. Sesaat setelah saya mengetahui dan membaca sebuah berita, terlebih berita itu semacam berita yang memancing kehebohan, saya akan segera buka mesin pencarian dengan kata kunci dari berita tersebut. Jika berita itu benar adanya, maka akan ada beberapa berita lainnya yang senada yang akan muncul di mesin pencarian atau Google. Jangan khawatir dan berpikir bahwa mungkin berita yang kita terima itu adalah hal yang masih fresh, karena ada banyak situs media online seperti goodnewsfromindonesia.id ini yang akan mengulas berita terbaru secepat dan seakurat mungkin. Jika tidak ada berita lainnya, maka dipastikan berita yang kita terima itu adalah berita hoaks.
  • Beritanya beda dengan beberapa berita dari situs media online yang ada. Berita-berita yang diunggah di situs media online terkemuka, selalu melalui editor yang ketat, sehingga amat sangat kecil kemungkinannya akan salah dalam memberikan informasi. Jadi, jika berita yang kita terima berbeda isi dan maksudnya dari berita yang beredar lainnya. Sudah bisa dipastikan, berita yang kita terima adalah berita hoaks.
  • Mengedepankan logika di atas nafsu ingin pertama dalam membagikan sebuah berita. Salah satu alasan mengapa orang sedemikian semangatnya dalam membagikan setiap berita yang ada adalah, karena ingin jadi orang yang pertama dalam mengetahui berita tersebut. Rasanya seolah menjadi FOMO (Fear Of Missing Out) yaitu cemas berlebihan jika ketinggalan info di media sosial. Padahal berita yang secepatnya ingin di-share tersebut amat sangat tidak masuk akal, terlebih logika. Maka, selalu mengedepankan logika adalah hal terbijak yang bisa diambil dari sikap seorang penulis perempuan.

Demikianlah, mari bersama-sama, khususnya bagi kita yang menjadi seorang perempuan penulis, untuk selalu merasa malu jika menyebarkan sebuah berita bohong atau hoaks.

Kita pasti bisa lebih tahu, mana berita benar atau mana berita bohong, karena kita adalah perempuan penulis yang cerdas.

Perempuan penulis yang cerdas, akan sangat malu jika ketahuan menyebarkan berita bohong atau hoaks.

Kalau teman-teman?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini