Dari Sumba Timur, Oslin Wakili Indonesia di Ajang PBB

Dari Sumba Timur, Oslin Wakili Indonesia di Ajang PBB
info gambar utama
  • Oslin, gadis berumur 14 tahun mewakili Indonesia di sebuah ajang bergengsi PBB.
  • Ia merupakan siswi kelas 2 SMP asal Sumba Timur.
  • Di ajang internasional itu, Oslin berbicara tentang isu-isu kekerasan anak di desanya, dan bagaimana cara dia beserta forum anak menanggulanginya.

Pepatah bilang, umur hanyalah angka. Sebuah ungkapan yang bukan mengada-ada, karena di umurnya yang masih 14 tahun, Oslin tengah bersiap mengharumkan nama Indonesia.

Siswi kelas 2 SMP asal Desa Kombapari, Sumba Timur, bernama Roslin yang akrab dipanggil Oslin ini, terpilih menjadi wakil anak dari Indonesia untuk berbicara di rangkaian kegiatan side-event High Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development di New York.

Ajang yang digelar pada 9-18 Juli 2019 itu merupakan agenda tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk melihat sejauh mana implementasi agenda tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah dilaksanakan.

Indonesia menjadi salah satu peserta dari 47 negara yang akan menghadiri forum tersebut dan menyampaikan laporan nasionalnya atau Voluntary National Report (VNR), dalam mengimplementasi agenda tujuan SDGs.

BACA JUGA: Helios, Teknologi Panel Surya di Sumba

"Tugas" Oslin di HLPF adalah berbicara tentang target pembangunan 16.2, khususnya tentang penghapusan kekerasan terhadap anak. Oslin sendiri sudah cukup berpengalaman di bidang ini, karena ia tergabung di Forum Anak tingkat Desa Kombapari dampingan Wahana Visi Indonesia sejak 2016. Oslin menjabat ketua forum sejak 2018.

Di forum yang beranggotakan pelajar SMP-SMA itu, Oslin bersama puluhan rekannya memiliki kegiatan rutin seperti pengembangan minat dan bakat, ibadah, mengasah kreativitas, dan menyampaikan usulan-usulan.

Usulan-usulan yang diajukan pun bukan sekadar penyampaian pendapat saja, karena beberapa sudah disetujui dan direalisasikan oleh pemerintah. Contohnya pembuatan akta kelahiran massal.

Oslin dan anggota forum anak | Foto: Wahana Visi Indonesia
info gambar

Kepada Good News from Indonesia (GNFI), Oslin bercerita di desanya sangat sulit seorang bayi mendapat akte kelahiran, karena keterbatasan sarana. Akibatnya, tak jarang bayi lahir tanpa akte, yang membuatnya sulit mendaftar ke institusi pendidikan formal, karena akte kelahiran adalah salah satu syaratnya.

Oslin bersama rekan-rekannya di Forum Anak kemudian mengusulkan pembuatan akte kelahiran massal, yang menjadikan pembuatan akte kelahiran jadi lebih mudah dan ringkas prosedurnya.

BACA JUGA: Berkat Marlina, Sumba Jadi Destinasi Wisata Film Dunia

Selain itu, Forum Anak yang diikuti Oslin juga turut andil dalam penurunan angka kekerasan fisik di desa tempat tinggalnya. Caranya dengan gencar melakukan sosialisasi stop kekerasan pada anak, dan di hari Natal tahun lalu mereka membuat drama tentang isu tersebut.

"Sekarang angka kekerasan fisik sudah turun, tinggal kekerasan psikisnya saja," ujar Oslin. Kekerasan psikis yang dimaksud adalah ujaran-ujaran negatif saat orang tua memarahi anaknya.

Suara anak di HLPF

Di hadapan peserta dan delegasi PBB, perwakilan pemerintah setiap negara, sektor privat, INGO, anak-anak dan pemuda, Oslin akan mengisi panel di sesi side-event HLPF yang diselenggarakan oleh UNICEF dan World Vision.

Terpilihnya Oslin sebagai wakil anak Indonesia kian membanggakan, karena dialah satu-satunya wakil dari Asia Tenggara.

"Saya bersemangat untuk memperjuangkan hak anak, terutama hak untuk perlindungan dan pendidikan. Saya membayangkan setiap anak di desa dan negara saya terlindungi dari segala bentuk kekerasa," ucap Oslin.

"Karena setiap anak layak mendapatkan perlindungan dan dilindungi dari setiap kekerasan," pungkasnya.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini