Perdana Ekspor ke Singapura, Ini Kisah Ekspor Pertama Beras Indonesia

Perdana Ekspor ke Singapura, Ini Kisah Ekspor Pertama Beras Indonesia
info gambar utama

Seakan pantang akan kondisi pandemi Covid-19, Indonesia tampak masih terus menggenjot perekonomian dalam negeri. Sebelumnya GNFI pernah memberikan informasi tentang meningkatnya ekspor Indonesia di tengah pandemi.

Salah satu sektor yang jadi juaranya adalah sektor pertanian. Dari sektor pertanian ini, ada kabar baik bahwa Indonesia sedang menggenjot ekspor beras Indonesia. Seiring dengan panen raya yang berlimpah yang diperkirakan akan mencukupi kebutuhan sampai Mei 2020 nanti.

Pada akhir Maret lalu, kondisi pandemi tidak menghalangi Indonesia untuk melakukan ekspor beras premium perdananya ke Singapura.

Salah satu beras premium yang digemari di Singapura itu adalah Pandan Wangi Cianjur. Akhirnya Indonesia berhasil ekspor sampai 20 ton beras ke Singapura yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Ekspor Beras Untuk Program Gratieks

Untuk diketahui, ekspor beras premium perdana ini merupakan upaya untuk menyukseskan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Gerakan ini dicanangkan oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, atas titah Presiden Joko Widodo yang menargetkan ekspor beras hingga 1 juta ton.

Target tersebut akan dilaksanakan sepanjang tahun 2020-2024. Dengan target dimulai dari 100 ribu ton pada tahun 2020 dan meningkat bertahap setiap 50 ribu ton sampai target tercapai di tahun 2024 nanti.

Target ekspor beras yang meningkat itu tentu saja dibarengi dengan target produksi gabah kering giling (GKG). Dengan pembagian:

  • Tahun 2020 target 59,10 juta ton
  • Tahun 2021 target 62,50 juta ton
  • Tahun 2022 target 65 juta ton
  • Tahun 2023 target 71,50 juta ton
  • Tahun 2024 target 74 juta ton

Gratieks sendiri merupakan program Kementerian Pertanian untuk mendorong roda ekonomi nasional untuk jangka panjang. Terutama untuk mempercepat jalannya laju ekspor komoditas pertanian menuju ekosistem pertanian yang modern.

Dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, digitalisasi, riset, maka Kementian Pertanian akan meningkatkan ekspor berbagai komoditas pertanian dengan cara yang tidak biasa. Sehingga dapat menyatukan kekuatan untuk pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir.

Hingga Maret 2020, sektor pertanian menjadi sektor juara yang menyumbang kenaikan ekspor yang signifikan. Secara year on year (yoy) total nilai ekspor pertanian mencapai 0,30 miliar dollar AS. Atau naik 28,04 persen.

Hanya saja nilai tersebut lebih banyak disumbang dari komoditas perkebunan. Untuk itu, mulai tahun 2020 pemerintah akan mengusahakan untuk ekspor beras Indonesia. Melihat beras Indonesia sudah memiliki pasar tersendiri di berbagai negara sesuai dengan jenis berasnya.

Kisah Ekspor Beras Pertama di Indonesia

Kesuksesan Indonesia melakukan ekspor beras diawali dengan kesuksesan negeri ini melakukan swasembada beras. Tahun 1985, Indonesia memperoleh penghargaan dari Food Agricultural Organization (FAO) atas keberhasilannya itu.

Swasembada beras ini tentu mengurangi ketergantungan impor beras saat itu. Presiden Soeharto yang menginisiasinya. Hal tersebut ia lakukan setelah Indonesia mengalami masa-masa kemiskinan dan kelangkaan pangan yang terjadi saat tahun 1960an dan berlanjut pada tahun 1970an.

Ekspor Beras Pertama Indonesia
info gambar

Setelah dilantik menjadi presiden pada tahun 1968, Soeharto pun kerap mengunjungi petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ini ia lakukan untuk mengetahui secara langsung apa saja yang dibutuhkan para petani.

Saat itu pula cikal bakal dibentuknya Bulog (Badan Urusan Logistik) Nasional sebagai pengurus stabilitas beras.

Baru pada 1985, Indonesia memulai untuk ekspor beras. Ekspor pertama kali ke Vietnam dengan jumlah 100 ribu ton beras. Meski hanya mampu bertahan sampai tahun 1986.

Negara-Negara Target Ekspor Beras Indonesia

Butuh perjalanan dan usaha yang panjang memang agar Indonesia tidak kembali bertumpu pada impor beras. Mengingat bahwa Indonesia tercatat menjadi salah satu negara produsen beras terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India.

Tahun 2020 ini, genjotan ekspor itu kembali dilakukan.

Sebelum ke Singapura, sebenarnya Bulog juga sudah ekspor beras duluan ke Arab Saudi. Tepatnya pada bulan Februari 2020 dengan total ekspor mencapai 100 ton beras.

“Izinnya baru bisa 5 kontainer. Kurang lebih 20 ton dalam 5 kontainer. Dan dikirim dalam ukuran kemasan renceng 250 gram,” ungkap Budi Waseso atau Buwas, Direktur Perum Bulog, dikutip dari Katadata.

Ke depannya Buwas juga akan menargetkan akan ekspor beras dalam ukuran 5-10 kilogram, bahkan lebih ke Arab Saudi. Mengingat tinginya permintaan beras yang akan digunakan untuk konsumsi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di sana.

Menteri Pertanian Syahrul pernah menargetkan akan ekspor beras ke China. Belum diketahui berapa banyak ekspor beras yang akan dikirimkan ke sana.

Tadinya rencana ekspor akan dilakukan pada Maret 2020. Persiapannya pun sudah dilakukan sejak tahun 2019 dengan mempersiapkan proses lahan yang dipilih dan bibitnya.

Jenis beras yang akan di ekspor tentu jenis beras-beras khusus yang cenderung punya karakteristik yang berbeda. Selain beras premium, beras organik dan beras merah juga memilih pasar tersendiri di luar negeri. Seperti di Malaysia, Brunei Darusalam, Australia, Jerman, Italia, Belgia, sampai Amerika Serikat.

Seperti Malaysia dan Brunei Darusalam diketahui sangat suka dengan beras Adan Kyaran dari Kalimantan Utara. Alasannya karena memiliki tekstur lembut dengan varian warna putih, merah, dan hitam kemerahan.

“Selain beras Adan Krayan, beras Raja Uncul dari Kalimantan Barat, dan beras Siam Unus Mutiara dari Kalimantan Selatan juga berpotensi mengisi pasar Malaysia,” ungkap Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Gatut Subogodjati, kutip Detikcom (9/10/2018).

--

Sumber: CNBC Indonesia | Investor Daily | Detik.com | Liputan6.com | Katadata | Warta Ekonomi | Cendana News

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini