Bukan Gombal, 7 Kutipan Romantis Jenderal Soedirman Ini Sangat Meluluhkan

Bukan Gombal, 7 Kutipan Romantis Jenderal Soedirman Ini Sangat Meluluhkan
info gambar utama

Salah satu pahlawan nasional yang menyandang sebagai Jenderal termuda ini memang terkenal tegas dan disegani oleh anggota pasukannya.

Jenderal bernama Raden Soedirman yang wafat di usia ke-34 ini meski dalam keadaan sakit, namun tetap teguh untuk bergerilya melawan mengusir Belanda. Kala itu, Sang Jenderal bulak-balik hutan di Yogyakarta meski harus ditandu oleh prajuritnya.

Namun dibalik ketegasannya, ternyata Jenderal Soedirman dikenal sebagai sosok yang romantis dan sangat menyayangi istri serta anak-anaknya.

GNFI mengumpulkan beberapa kutipan Sang Jenderal tersebut. Barangkali ada Kawan GNFI yang mau menerapkannya untuk memikat hati seseorang :)

Beberapa di antaranya GNFI selipkan beberapa kutipan dari istrinya, Siti Alfiah, yang tidak kalah romantis.

Siap Sengsara

‘’Siap hidup sengsara bukan berarti akan disengsarakan. Siap hidup sengsara, artinya menyediakan kesiapan mental ketika benar-benar menghadapi ketidakberuntungan dalam hidup.’’

Jenderal Soedirman
info gambar

Awalnya, kisah cinta antara Dirman (sapaan Jenderal Soedirman) dan Alfiah (panggilan Siti Alfiah) sempat tidak direstui oleh keluarga besar Alfiah. Kala Dirman kepincut gadis asal tersohor tepi pantai Selatan, Cilacap, Dirman rupanya tak menyerah untuk mengambil hati Alfiah.

Orang tua Alfiah yang merupakan pengurus utama Muhammadiyah dan Paman Alfiah bernama Haji Mukmin menentang keras hubungan keduanya. Mengingat Alfiah merupakan anak dari keluarga terpandang, Mukmin ingin agar Alfiah mendapat pendamping hidup dari kalangan kelas atas.

Apalah Dirman yang saat itu hanya anak ajudan wedana yang bergaji kecil.

Meski begitu Alfiah sebenarnya termasuk orang yang sangat sederhana. Maka dari itu kalimat Dirman ini berhasil meluluhkan hatinya dan keluarganya. Ditambah dengan pelatikan Dirman menjadi Panglima Besar oleh Presiden Soekarno 28 Juni 1947 di Yogyakarta.

‘’Siap hidup sengsara bukan berarti akan disengsarakan. Siap hidup sengsara, artinya menyediakan kesiapan mental ketika benar-benar menghadapi ketidakberuntungan dalam hidup.’’

Harus Tetap Cantik

Beli bedak sebelum berperang. ‘’Biar bagaimanapun, Ibu harus tetap terlihat cantik,’’ katanya.

Jenderal Soedirman dan Istrinya
info gambar

Meski di tengah keadaan berperang, Dirman dikenal tidak dapat menutupi aura romantisnya selama menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya. Diketahui Dirman selalu memperlakukan istrinya dengan baik dengan rajin membelikan baju dan kosmetik.

‘’Apa yang Bapak bawa?’’ tanya Alfiah.

‘’Baju dan bedak, Bu. Soalnya kalau ada serangan udara, semua toko bakal tutup,’’ jawab Dirman seraya membuka bungkusan yang ia beli.

Diserahkannya baju dan kotak-kotak bedak itu.

‘’Buat apa bedak sebanyak itu?’’

‘’Biar bagaimana pun, Ibu harus tetap terlihat cantik.’’

‘’Tapi satu dus saja bisa untuk sebulan lebih, Pak.’’

Untuk beberapa saat Dirman terdiam melihat Alfiah memeluk baju barunya.

‘’Kau senang, Bu?’’ tanya Dirman.

Alfiah hanya mengangguk sambil sibuk menyeka air matanya.

Penghargaan yang Pantas

‘’Penghargaan apa yang sepantasnya kau terima? Tetapi kalaupun ada, tampaknya aku tak akan sanggup mengabulkannya.’’

Jenderal Soedirman
info gambar

Kala tugas melindungi negara memanggil, pantang bagi Sang Jenderal untuk berkata tidak. Bahkan dalam keadaan sakit pun Dirman masih tetap memilih untuk melakukan geriliyanya.

Suatu waktu, tercatat pada 17 Desember 1948, Dirman tiba-tiba bisa bangkit dari tempat tidur karena mempunyai firasat bahwa Belanda akan melakukan agresi.

Padahal sebelumnya ia pernah muntah darah setelah merokok dan sempat terkulai lemah karena penyakit tuberkolosis, infeksi paru-paru.

Awalnya Dirman mengambil cuti, namun karena benar saja dua hari kemudian Belanda menyerang, ia tak jadi mengambil cuti.

Meski begitu, Alfiah tetap mendukung Dirman untuk menjalani tugasnya. Sampai Dirman pernah berkata, ‘’Kau menghabiskan seluruh waktu untuk mengurus anak-anak dan rumah tangga. Penghargaan apa yang sepantasnya kau terima? Tetapi kalaupun ada, tampaknya aku tak akan sanggup mengabulkannya.’’

Alfiah pun membalas ungkapan tersebut.

‘’Aku menghabiskan seluruh waktu untuk anak-anak dan rumah tangga, tetapi Bapak menghabiskan seluruh waktu untuk bangsa dan negara. Maka, kalaupun ada penghargaan yang aku terima, aku akan serahkan penghargaan itu kepadamu, Pak.’’

‘’Sebab tugas dan tanggung jawab Bapak jauh melampaui kemampuan Bapak sendiri. Aku masih bisa istirahat di antara waktu anak-anak istirahat, tetapi Bapak hampir tak bisa istirahat di antara waktu para prajurit istirahat.’’

Kebahagiaan yang Manis

‘’Kebahagiaan membuatmu tetap manis, cobaan membuatmu kuat, kesedihan membuatmu tetap menjadi manusia, kegagalan membuatmu tetap rendah hati.’’

Prosesi Pemakaman Jenderal Soedirman
info gambar

Selain dikenal sebagai sosok yang sederhana, Siti Alfiah juga dikenal sebagai potret istri yang bersahaja. Alfiah dikenal mengabdi dengan ikhlas kepada suaminya dan memiliki kemampuan untuk menghargai sekecil apa pun dari apa yang telah diberikan suaminya.

‘’Kebahagiaan membuatmu tetap manis, cobaan membuatmu kuat, kesedihan membuatmu tetap menjadi manusia, kegagalan membuatmu tetap rendah hati,’’ begitu kata Dirman kepada istrinya.

Dirman dan Alfiah dinilai telah melahirkan perpaduan sikap hidup yang saling pengertian dan menanggung beban bersama. Keduanya saling memperlakukan dengan baik dan menyadari posisinya sebagai suami dan istri.

Jalan Sederhana dari Pencipta

‘’Gusti Allah selalu memberikan jalan yang sederhana. Coba kau bayangkan, aku bisa dekat dengan alam, dengan anak-anak, dengan prajurit, dan dengan rakyat. Dari merekalah aku menemukan pikiran-pikiran yang sederhana.’’

Jenderal Soedirman dan para prajuritnya
info gambar

Dirman merupakan salah satu pahlawan yang tidak tanggung-tanggung menyerahkan jiwa raganya untuk bangsa dan negaranya. Meski begitu ia dikenal tetap memperhatikan dan menyayangi dengan sepenuh hati istri dan ketujuh anaknya.

Dari setiap momen dan perjalanan hidupnya, Dirman selalu mensyukuri segala hal yang pernah terjadi dalam hidupnya dan tak lupa membagi cerita dengan istrinya.

‘’Aku merasa bangga, Bu. Bangga sekali setiap merenungkan perjalanan hidupku, sejak kecil sampai aku menikahimu.’’

‘’Gusti Allah selalu memberikan jalan yang sederhana. Coba kau bayangkan, aku bisa dekat dengan alam, dengan anak-anak, dengan prajurit, dengan rakyat. Dari merekalah aku menemukan pikiran-pikiran yang sederhana.’’

‘’Dalam rasa senang dan kesederhanaan itu, aku merasa kok rasa-rasanya tugasku sudah selesai.’’

Seakan benar merasakan firasatnya akan ‘selesai’ masa tugasnya. Di detik-detik sebelum kematiannya memanggil, Dirman juga tidak lupa akan cintanya pada Sang Pencipta.

Kala itu, Dirman memanggil istri dan anak-anaknya, seraya berkata, ‘’Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak. Tolong aku dibimbing tahlil.’’

Taat Perintah

Siti Alfiah menjadi perokok, ‘’Barangkali terdengar konyol, tapi Ibu berprinsip menaati perintah Bapak,’’

Istri Jenderal Soedirman, Siti Alfiah
info gambar

Kali ini keromantisan datang dari Alfiah. Sosok Alfiah dikenal sangat menaati perintah suaminya karena ia yakin bahwa setiap perintah yang dikeluarkan Dirman adalah hal yang baik dilakukan. Termasuk perintah merokok.

Sejak masuk Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, kondisi kesehatan Dirman memang sudah sangat lemah. Berkali-kali dokter melarangnya untuk merokok. Sampai suatu waktu, Dirman tak tahan ingin merokok.

‘’Karena perokok berat, Bapak tak bisa benar-benar meninggalkan rokok. Bapak meminta Ibu merokok dan meniupkan asap ke mukanya,’’ ungkap putra bungsu Dirman, Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi dikutip Tempo.

Sejak saat itu, menurut Teguh, ibunya berubah menjadi perokok.

‘’Barangkali terdengar konyol, tapi Ibu berprinsip menaati perintah Bapak.’’

Buat Kawan GNFI yang ingin tahu kisah romantis lainnya dari Sang Jenderal dan Alfiah, Kawan GNFI bisa membaca kisah mereka dalam buku berjudul Soedirman dan Alfiah: Kisah-Kisah Romantis Panglima Besar Jenderal Soedirman karya E. Rokajat Asuro.

--

Sumber: Minews.id | Tempo.co | Liputan6.com | Merdeka.com | Resensi Buku Soedirman dan Alfiah: Kisah-Kisah Romantis Panglima Besar Jenderal Soedirman oleh Hariyah, Pustakawan Badan Penelitian dan Pembangundan dan Pendidikan Latihan Kementerian Agama RI.

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini