Tersohornya Pancasila di Mata Dunia

Tersohornya Pancasila di Mata Dunia
info gambar utama

Selamat Hari Lahir Pancasila, Kawan GNFI!

Sebagai warga negara Indonesia, tentu kita sudah hafal bahwa Pancasila adalah ideologi utama Indonesia. Pancasila layaknya sudah menggambarkan nilai-nilai yang sudah dijalankan di tengah masyarakat Indonesia. Meski kita tahu bahwa impelementasinya kerap tidak mudah.

Tahukah Kawan GNFI, bahwa Pancasila-nya Indonesia kerap dikagumi oleh negara-negara lain? Tidak jarang beberapa negara barat kerap mengkaji, mengamati, bahkan meniru ideologi Pancasila. Hasilnya selalu disepakati bahwa Pancasila dapat membentuk sebuah peradaban yang tinggi dan menjadi solusi permasalahan yang terjadi.

Bahkan sebagian di antara mereka ingin meniru ideologi Pancasila yang diterapkan di Indonesia.

Berikut GNFI rangkum beberapa perlakuan negara-negara lain yang mengagumi Pancasila sehingga ideologi kita sangat tersohor di dunia.

Riuh Tepuk Tangan di Kongres AS 1956

‘’Mungkin Anda sudah tahu apa itu Pancasila. Ini merupakan lima prinsip bagi bangsa kami,’’ ungkap Presiden RI pertama Soekarno.

Kala itu Soekarno mendapat kesempatan berpidato di depan Kongres AS pada 17 Mei 1956. Soekarno punya kesempatan untuk memperkenalkan dasar negara Pancasila dan menjabarkan arti masing-masing sila. Setelah selesai, Soekarno disambuttepuk tangan meriah dari para hadirin.

‘’Saat deklarasi kemerdakaan kami pada Agustus 1945, kami melampirkan dalam pembukaan konstitusi kami, Pancasila,’’ kata Soekarno.

Awalnya Soekarno diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat terkait permasalahan yang sedang dialami dunia. Namun, ia menyempatkan untuk menjelaskan Pancasila sebagai panduan dalam berbangsa di Indonesia.

Secara tidak langsung, Soekarno ingin memberikan salah satu solusi yang bisa dunia adopsi untuk bisa menengahi atau bahkan menyelesaikan permasalahan dunia. Toh, lima poin tersebut sangat mungkin dilakukan oleh seluruh umat manusia.

Pancasila Dianggap Ideologi Terbaik Abad ke-21

Pancasila Sebagai Ideologi Terbaik di Abad ke-21
info gambar

Hal tersebut dikemukakan oleh Pakar Ilmu Politik, Universitas Dortmund Jerman, Profesor Thomas Meyer dalam diskusi bertema Relevance of Progressive Politics in Indonesia and Experiences in Europe, Jakarta Pusat, 19 September 2017 silam.

Meyer bahkan mengatakan bahwa dasar negara Indonesia sudah menjadi bahan kajian akademisi di Eropa. Ideologi Pancasila, menurut Meyer, dinilai lebih baik ketimbang neoliberalisme dan fundamentalisme keagamaan yang jadi kekuatan politik terbesar di dunia saat ini.

‘’Saya percaya ideologi demokrasi sosial adalah yang paling cocok di abad ke-21. Tantangan abad ke-21 ini bisa dijawab kelompok sosial dan demokrasi progresif,’’ jelas Meyer dikutip Medcom.

Meyer memberi contoh seperti saat krisis ekonomi tahun 2008. ‘’Apakah harus buang kapitalisme atau bagaimana, kemudian kami ambil jalan tengah yakni demokrasi sosial,’’ ungkapnya yang mengaitkan demokrasi sosial yang telah berjalan di Indonesia.

Band Asal Prancis Tertarik Mengaransemen Lagu “Garuda Pancasila”

Band The Shapers Asal Prancis
info gambar

Band indie rock asal Prancis, The Shapers, pertama kali menyanyikan lagu Garuda Pancasila pada pagelaran International Indie Music Festival – Pekan Raya Indonesia 2018.

Kala itu, The Shapers sepakat untuk berkolaborasi dengan band asal Yogyakarta, Rasgokil, untuk membawakan lagu ciptaan seniman Kota Kendal bernama Sudharnoto ini.

‘’Mereka ternyata sangat antusias saat kami tawarkan lagu ini. Mereka bahkan sempat minta diterjemahkan arti dan makna dari lagu Garuda Pancasila,’’ kata Memet, salah satu anggota Rasgokil dikutip Republika.

Siapa yang menyangka kalau The Shapers ternyata masih menyukai dan menyanyikan lagu Garuda Pancasila dengan aransemen rock. GNFI menemukan saat pagelaran Save Our Future Rockin Fest 2019 yang digelar di Cimahi, Jawa Barat, mereka masih melantunkan lagu tersebut di depan para penggemarnya di Indonesia.

Pujian dari Komunitas Besar Dunia

Komunitas Sant'Egidio di Roma, Italia
info gambar

Salah satunya adalah dari Komunitas Sant’Egidio yang memiliki kantor pusat di Roma, Italia dengan penyebaran komunitasnya sudah mencakup 73 negara di dunia. Asosiasi awal Katolik yang didedikasikan untuk pelayanan sosial ini pernah menyatakan kekagumannya pada Pancasila.

Mereka kagum atas harmoni kemajemukan yang dimiliki Indonesia atas dasar Pancasila. Ini disampaikan langsung oleh pendiri komunitas tersebut, Andrea Riccardi, saat Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi bertandang ke Roma, Italia 10 Oktober 2017 silam.

‘’Saya kagum terhadap Pancasila yang mampu persatukan bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya dan agama,’’ ungkap Riccardi kala itu.

Meski didasari oleh asosiasi Katolik, namun Komunitas Sant’Egidio sejatinya merupakan komunitas tanpa batas persahabatan yang terdiri dari orang-orang dari berbagai negara, budaya, dan agama yang berbeda.

Menlu Retno sendiri mengakui bahwa kerja sama Indonesia dan Komunitas Sant’Egidio sudah berlangsung lama. Salah satunya terjalinnya hubungan mereka dengan organisasi massa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Rupanya, sama salah satu pimpinan Komunitas Sant’Edigio, Prof. Marco Impagliazzo, juga pernah bertandang ke negeri ini, yaitu saat menghadiri diskusi lintas agama dengan Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban, Prof. Din Syamsudin di Jakarta.

Impagliazzo mengungkapkan, ‘’Pancasila adalah sesuatu yang harus diperlihatkan oleh Indonesia kepada negara yang lain. Indonesia harus bangga dengan ideologi ini karena menjadi model bagi negara-negara lain.’’

Sejak saat itu kedua tokoh tersebut sepakat untuk mempromosikan Pancasila ke dunia internasional.

Lihatlah betapa takjubnya negara lain dengan Indonesia dan Pancasila-nya. Mungkin tanpa sadar bahwa kita semua mampu menjalankan dan memaknai ideologi ini di setiap individu. Buktinya, Indonesia sampai kini masih ada dengan segala keberagamannya.

--

Sumber: Medcom.id | Republika.co.id | Beritasatu.com | RRI.co.id | Okezone.com | Wartaekonomi.co.id

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini