Siapa Bilang Jakarta Lebih Kejam dari Ibu Tiri

Siapa Bilang Jakarta Lebih Kejam dari Ibu Tiri
info gambar utama

Jika kawan GNFI pernah mendengar istilah ''Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibukota'', boleh jadi tak sepenuhya benar. Nyatanya, Jakarta adalah kota yang cukup ramah kok.

Masa iya?

Begini kawan. Jakarta, masih menjadi tempat favorit banyak orang untuk mengadu nasib. Pembangunan yang tampak terpusat menjadikan daerah khusus ini sebagai tujuan impian sebagian besar orang di seluruh Indonesia.

Selain alasan keuangan atau lapangan kerja, pasti masih ada beberapa alasan lainnya yang juga sama pentingnya untuk diperhatikan, misal soal pendidikan hingga soal lingkungan.

Lapangan kerja di Jakarta tak pernah habis

Bisa dibilang bahwa lapangan pekerjaan menjadi magnet utama urbanisasi di Jakarta. Banyak orang yang pindah ke ibukota dengan harapan dapat memperbaiki skala ekonominya.

Melihat keterbatasan kesempatan kerja di daerah, bisa dimaklumi jika Jakarta merupakan pilihan para pencari kerja. Makin pesatnya pembangunan, diharapkan makin banyak tenaga pekerja yang dibutuhkan.

Jenis pekerjaan di Jakarta seolah tak pernah habis. Selalu saja ada pekerjaan atau industri yang membutuhkan pekerja di sektor tertentu.

Misalnya, akan sulit bagi seorang yang menyukai bidang teknologi informasi untuk mendapat kerja di daerah, terutama daerah kecil. Tapi di Jakarta, tenaga di industri ini boleh jadi sangat dibutuhkan. Baik itu sebagai pegawai tetap maupun pekerja lepas.

Jumlah Pekerja di Jakarta

Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta periode 2019 mencatat bahwa jumlah angkatan kerja di DKI dalam kurun itu mencapai 5.157.878 orang, dan yang bekerja sebanyak 4.836.977 orang.

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif (15–64 tahun) yang sudah mempunyai pekerjaan, pekerja lepas, atau yang sedang aktif mencari pekerjaan.

Jumlah pekerja di Jakarta 2019

Berdasarkan data itu, kelompok umur yang memiliki pekerja paling banyak adalah kelompok usia 30–34 sebanyak 729.843 pekerja.

Kemudian disusul kelompok usia 35-39 dengan 711.402 pekerja. Lalu menutup tiga besar kelompok usia pekerja paling banyak ada di rentang usia 25-29 (657.252 pekerja).

Sementara kelompok umur yang memiliki jumlah pengangguran paling banyak adalah kelompok 25-29 tahun yang tercatat 71.560 orang. Lalu kelompok usia 20-24 (69.642 orang), dan kelompok umur remaja (15-19 tahun) sebanyak 55.642 orang.

Data ini menunjukkan bahwa kelompok usia yang berada di masa produktif, berpotensi menjadi pekerja di sektor-sektor Industri yang dibutuhkan di Jakarta.

Jumlah pekerja per wilayah di Jakarta

Kemudian jika membicarakan wilayah dengan pekerja terbanyak di DKI, maka wilayah kota administratif Jakarta Timur adalah yang mendominasi dengan catatan 1.330.671 pekerja. Kemudian kota administratif Jakarta Barat dengan 1.177.100 pekerja. Lalu ada kota administratif Jakarta Selatan dengan 1.020.437 pekerja.

Jumlah pekerja di Jakarta 2019

Kemudian untuk kelompok pengangguran, BPS membaginya menjadi dua kategori. Yakni kategori pengangguran yang pernah bekerja dan pegangguran yang belum sama sekali pernah bekerja.

Dari enam wilayah kota administratif, wilayah Jakarta Timur juga tercatat sebagai kawasan dengan pengangguran tertinggi, yakni sebanyak 87.160 orang. Rinciannya adalah 50,760 orang (pernah bekerja) dan 36.400 orang (tak pernah bekerja).

Lalu diikuti oleh kota administratif Jakarta Selatan dengan kategori serupa yang membukukan penganggur sebanyak 74.352 orang, dengan rincian 47.181 orang (pernah bekerja) dan 27.171 orang (tak pernah bekerja).

Tiga besar wilayah dengan pengangguran tertinggi ditutup oleh kota administratif Jakarta Utara yang membukukan 58.554 orang, yang terdiri atas 33.538 orang (pernah bekerja) dan 25.016 orang (tak pernah bekerja).

Serapan tenaga kerja di Jakarta

Jumlah pencari kerja di DKI Jakarta tahun 2019 tercatat sebanyak 30.338 orang dengan pencari kerja pria (16.601 orang) lebih dominan ketimbang wanita (13.737 orang).

serapan tenaga kerja di Jakarta 2019

Lalu jumlah pencari kerja terdaftar pada 2019 tercatat meningkat dari tahun 2018, yakni sebanyak 26.514 orang.

Sebanyak 34.038 lowongan kerja terdaftar yang ada sepanjang tahun 2019, nyatanya juga didominasi untuk pekerja pria dengan 19.142 lowongan.

Sementara soal serapan atau penempatan kerja, tercatat angkanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang terdaftar dan lowongan kerja yang terdaftar.

Penempatan pekerja dalam kurun 2019 hanya tersedia untuk 20.004 pekerja, dengan 11.302 orang untuk pekerja pria dan 8.702 orang untuk pekerja wanita.

Gaji para pekerja di Jakarta

Nah, ini yang paling ditunggu, yakni soal gaji bulanan. Sebenarnya, berapa sih pendapatan rerata para pekerja di Jakarta?

Dalam data BPS, rerata upah/gaji bersih para pekerja formal DKI Jakarta dalam kurun sebulan mencapai Rp4.216.379, dengan lapangan pekerjaan sektor jasa yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih tertinggi, yakni sebesar Rp4.307.569.

Gaji pekerja di Jakarta 2019

Jika menyisir wilayahnya, kota administratif Jakarta Timur memiliki rata-rata upah/gaji bersih pekerja tertinggi, yakni mencapai Rp4.719.561 jika dibandingkan dengan wilayah lain di DKI.

Kemudian lapangan pekerjaan sektor pertanian yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih tertinggi ada pada kota adminisitratif Jakarta Barat, yakni sebesar Rp6.443.286.

Sementara lapangan pekerjaan sektor industri pengolahan yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih tertinggi ada pada kota administratif Jakarta Timur yang mencapai Rp4.409.015.

Lalu yang terakhir lapangan pekerjaan sektor jasa yang memiliki rata-rata upah/gaji bersih tertinggi juga berada di kota administratif Jakarta Timur yang tercatat sebesar Rp4.776.107.

Harapan untuk Jakarta

Dari data-data yang dijabarkan di atas barusan, jelas Jakarta adalah kota yang ramah untuk urusan pekerjaan. Jumlah pekerjanya pun jauh melesat ketimbang kelompok penganggurannya.

Pendek kata, jika ingin tinggal dan bekerja di Jakarta, maka asahlah kemampuan sesuai sektor yang dibutuhkan industri.

Lain itu, perluas pula jejaring pertemanan serta peningkatan kemampuan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang banyak diselenggarakan oleh perusahaan maupun lembaga tertentu di Jakarta.

Jadi, Jakarta boleh dikata gak kejam-kejam amat kok.

Boleh jadi, Jakarta hanya kejam bagi mereka yang enggan berkembang secara kemampuan dan mental, hingga menjadi kelompok yang sangat tertinggal.

Meski begitu, Jakarta tetap menjadi kota harapan bagi sebagian orang. Dan, pada ulang tahun Jakarta yang jatuh pada hari ini, Senin (22/6/2020), banyak pihak yang berharap Jakarta akan menjadi lebih baik dari sebelumnya, lebih ramah, dan tentunya lebih modern.

Selamat ulang tahun Jakarta ke-493. ''Maju kotanya, bahagia warganya!''

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini