Restoran di Jakarta dengan Konsep Menarik, dari yang Klasik, Elegan, hingga Megah

Restoran di Jakarta dengan Konsep Menarik, dari yang Klasik, Elegan, hingga Megah
info gambar utama

Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, wajar bila Jakarta memiliki banyak peninggalan sejarah dan cerita dari masa lalu. Untuk mempelajarinya, tak melulu harus dari buku atau pergi ke museum. Bahkan, kita bisa menikmati makanan di restoran-restoran yang jadi saksi sejarah, mengusung konsep tradisional zaman dahulu, atau berada di bangunan-bangunan tua yang ada di ibu kota.

Berikut ini beberapa rekomendasi restoran di Jakarta dengan konsep yang menarik, interiornya mengagumkan, ditambah dengan nilai plus lain berupa kebudayaan, sejarah, hingga kesenian yang membuat kegiatan Anda menikmati hidangan tak akan membosankan.

Gandy Steak House

Seperti namanya, Gandy Steak House merupakan restoran dengan menu utama berupa steik. Restoran yang terletak di kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat, ini telah dibuka sejak tahun 1973.

Dari luar, bangunan restoran tampak klasik dengan nuansa putih. Namun, begitu masuk ke dalamnya, interior restoran didominasi warna merah dan kental suasana romantis. Tak heran bila Gandy Steak House jadi tempat muda-mudi tahun 90-an berkencan.

Menu favorit di Gandy Steak House ialah steak ala Gandy, hidangan steak dengan daging sapi cincang tanpa lemak yang disajikan di atas hot plate dan bisa disantap dengan saus jamur, kentang goreng, dan sayuran rebus seperti wortel, jagung, dan buncis. Uniknya, steik di sana biasa dinikmati dengan acar bawang merah dan cabai rawit hijau.

Sambil menunggu pesanan, tamu akan dihidangkan roti lembut dengan butter sebagai makanan pembuka. Selain steik, ada menu lain seperti sandwich, pasta, salad, sup, omelette, dan beberapa menu Asia.

Koral Restaurant Bali Raih Penghargaan Restoran Terindah di Dunia

Tugu Kunstkring Paleis

Tugu Kunstkring Paleis menempati sebuah bangunan tua di pojok Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Tak sekadar gedung tua, bangunan tersebut awalnya menjadi tempat berdirinya Nederlandsch-Indische Kunstkring of the Dutch East Indies atau Lingkaran Seni Rupa Hindia Belanda pada tahun 1914.

Gedung tersebut selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang berbau seni. Bahkan, antara tahun 1934 dan 1938, pernah menampilkan mahakarya kelas dunia dari Vincent van Gogh, Pablo Picasso, Paul Gauguin, dan Marc Chagall.

Baru pada tahun 2013, bangunan ini dibuka sebagai restoran bernama Tugu Kunstkring Paleis tanpa mengubah arsitekturnya yang megah. Saat memasuki restoran ini, memang sangat terasa nuansanya yang romantis, megah, dan elegan.

Restoran ini memiliki beberapa ruangan dengan tema-tema khusus. Misalnya, ada Ruang Diponegoro yang merupakan area utama restoran. Di dindingnya, ada hiasan lukisan besar berjudul The Fall of Java. Kemudian, ada Ruang Multatuli yang merupakan nama alias Edward Douwes Dekker sang penulis novel Max Havelaar.

Kemudian, ada ruang Suzie Wong Lounge yang kental dengan nuansa pecintan ala film “The World of Suzie Wong” kisah romansa Hong Kong tahun 1950-an. Ada pula Ruang Soekarno yang di dalamnya penuh gambar sang proklamator.

Restoran dengan konsep rijsttafel ini punya banyak sajian Nusantara, mulai dari sup ikan, karedok, nasi uduk, bebek goreng bumbu rempah, semur lidah sapi, sayur gambas udang, sambal goreng labu siam, dan es selendang mayang. Ada pula menu perpaduan antara masakan China, Belanda, dan Indonesia seperti sambal goreng tempe lombok ijo, ikan tenggiri bumbu kluwak, dan ayam setan.

Restoran Sederhana Ternyata Rumah Makan Terfavorit di Indonesia

Café Batavia

Jika pernah jalan-jalan ke kawasan Kota Tua Jakarta, pasti pernah melihat keberadaan restoran yang satu ini. Cafe Batavia berada di di dekat alun-alun Taman Fatahillah. Tahukah Anda bahwa gedung yang menjadi restoran ini telah dibangun pada abad ke-19. Awalnya, bangunan ini merupakan tempat tinggal, gudang, sekaligus kantor gubernur Belanda.

Pada interiornya terlihat penuh hiasan bertema tahun 1930-an. Di sana banyak sekali terlihat foto-foto lawas para selebriti dan kaum bangsawan. Pada lantai dua restoran, terdapat area yang disebut Grand Salon, ruang makan utama yang bisa menampung sampai 150 orang.

Untuk menu makanan, variannya terbilang cukup beragam. Mulai dari gado-gado, salad, bistik, sup, gohu salmon, tahu telur, selada mangga kepiting, bebek panggang, kwetiau, tongseng, hingga nasi goreng.

Dapur Babah Elite

Dapur Babah Elite berada di sebuah bangunan tahun 1940-an yang berada di Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Anhar Setjadibrata selaku pemiliknya merupakan kolektor barang antik Indonesia sejak lama. Tak heran bila di restorannya penuh hiasan antik mulai dari peralatan rumah tangga, furnitur dari bahan kayu jati, hingga berbagai patung-patung Dewa dari batu. Semua benda-benda disusun sedemikian rupa hingga terlihat apik.

Untuk ruangannya, didominasi warna biru, ungu, merah, dan hitam yang kuat. Dapur Babah Elite membawa budaya Babah Peranakan yang romantis ke restorannya, juga perpaduan budaya antara orang-orang China dan Jawa yang juga dipengaruhi oleh Belanda.

Ada beberapa ruangan khusus untuk mengadakan acara atau sekadar makan-makan secara privat. Misalnya, Ruang VOC dengan kapasitas 10 orang dan memiliki kabinet kaca usang dengan lambang VOC. Kemudian, ada Tao Bar, tempat paling pas untuk menikmati kencan romantis sambil minum koktail dengan nuansa surealis yang dipenuhi warna-warna merah, hijau, dengan pilar kuil tua raksasa, hingga ukiran hewan mitologis.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini