Mengenal 4 Sosok yang Menyandang Gelar Pahlawan Nasional Baru

Mengenal 4 Sosok yang Menyandang Gelar Pahlawan Nasional Baru
info gambar utama

Tidak pernah terlewat untuk selalu mendapatkan perhatian di setiap peringatannya, tanggal 10 November telah menjadi salah satu hari besar yang tidak akan pernah terlupakan bagi segenap masyarakat Indonesia.

Jika menilik riwayatnya, tidak hanya untuk mengenang sejumlah pahlawan yang secara spesifik berjuang pada saat pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 saja, hari peringatan ini sejatinya juga telah menjadi memomentum besar untuk mengenang jasa ratusan atau bahkan ribuan pahlawan lain di luar sana yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan caranya masing-masing.

Karena itu, tak heran jika dari tahun ke tahun pemerintah Indonesia tak pernah terlewat untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional baru kepada para tokoh pejuang terdahulu, yang belum berkesempatan mendapat apresiasi dan dideklarasikan sebagai pahlawan nasional secara resmi.

Sebagai contoh, pada tahun 2019 lalu diketahui ada sebanyak enam tokoh yang akhirnya mendapat gelar pahlawan nasional baru yang diresmikan secara langsung oleh Presiden RI, adapun ke-enam tokoh yang dimaksud yaitu Rohana Kuddus yang merupakan jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Sultan Himayatuddin, Sardjito, Abdul Kahar Mudzakkir, A.A. Maramis, dan K.H. Masjkur.

Pada tahun 2020 diketahui juga ada enam tokoh lainnya yang secara resmi menyandang gelar pahlawan nasional baru, yaitu Sultan Baabullah, Macmud Singgirei Rumagesan, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Arnold Mononutu, Sutan Mohammad Amin Nasution, dan Raden Mattaher.

Bagaimana dengan penganugerahan gelar pahlawan nasional baru di tahun ini?

Inilah 6 Tokoh yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional 2019

Empat pahlawan nasional baru di tahun 2021

Upacara penyerahan gelar pahlawan nasional 2021
info gambar

Penghormatan terus berjalan, gelar pahlawan nasional baru sudah pasti terus diberikan kepada para tokoh yang telah berjuang di masa lampau. Diketahui bahwa tahun ini ada sebanyak empat tokoh yang akan didaulat sebagai pahlawan nasional di mana upacara penganugerahannya berlangsung hari ini, Rabu (10/11/2021) di Istana Negara, Jakarta.

Adapun empat tokoh yang dimaksud yaitu Usmar Ismail, Tombolotutu, Sultan Aji Muhammad Idris, dan Raden Aria Wangsakara. Sama seperti penganugerahan sebelumnya, gelar pahlawan nasional yang diberikan akan secara simbolis diberikan kepada para garis keturunan atau ahli waris dari keempat tokoh tersebut.

Lantas seperti apa sebenarnya sosok empat tokoh pahlawan nasional baru ini, dan seperti apa bentuk perjuangan mereka? Berikut dedikasi dan perjuangan mereka untuk tanah air di masa lampau yang wajib kita ketahui.

Usmar Ismail

Usmar Ismail (tengah) | perpusnas.go.id/Sinematek Indonesia via Historia
info gambar

Tidak asing di dunia perfilman, sebelum mendapat keistimewaan sebagai sosok yang akan dianugerahi gelar pahlawan nasional nama Umar Ismail sebenarnya sudah banyak dikenal terutama di kalangan sineas tanah air sebagai ‘Bapak Perfilman Nasional’.

Lahir di Bukittingi pada tanggal 20 Maret 1921, sepanjang hidupnya Usmar dikenal sebagai sosok yang membawa perubahan besar di Industri perfilman Indonesia, terutama lewat sejumlah karya film yang memiliki latar belakang menyoroti kehidupan para tentara RI ataupun perjuangan masyarakat pribumi selama masa penjajahan.

Mengutip Historia, selama berkarya di industri perfilman selama kurang lebih 20 tahun di kisaran tahun 1950-1970, Usmar telah melahirkan lebih dari 30 karya film berbagai genre mulai dari drama, komedi atau satire, aksi, serta musikal dan hiburan.

Alih alih bergabung dalam pendirian Perusahaan Film Negara (PFN), pada tahun 1950 Usmar mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dengan tujuan untuk menghasilkan film secara independen dan terlepas dari dikte atau permintaan film yang dibuat atas kebutuhan negara.

Beberapa karya Usmar yang paling dikenal di antaranya Darah dan Doa (1950) yang di saat bersamaan menjadi film pertama hasil produksi Indonesia saat sudah menjadi negara yang berdaulat, Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan masih banyak lagi.

Usmar diketahui menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 2 Januari 1971 akibat menderita pendarahan otak.

Tombolotutu

Visual Tombolotutu
info gambar

Tombolotutu merupakan salah satu sosok pejuang di era kolonial Belanda yang menyandang gelar Raja dari Kerajaan Parigi Moutong di Sulawesi Tengah.

Melansir laman resmi parigimoutongkab.go.iddesakan untuk menjadikan Tombolotutu sebagai salah satu pahlawan nasional nyatanya sudah disuarakan jauh sejak tahun 1990-an.

Terbatasnya dokumen resmi dan data primer yang memuat bentuk perjuangan tokoh satu ini nyatanya menjadi salah satu penghalang sekaligus alasan di balik baru ditetapkannya Tombolotutu sebagai salah satu tokoh yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun ini.

Baru dalam sebuah buku berjudul Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu melawan Belanda yang digagas pada tahun 2017, terungkap bahwa Tombolotutu merupakan salah satu pejuang yang berada di garda terdepan dalam barisan yang melawan penjajahan Belanda pada tahun 1800-an

Bahkan disebut bahwa Pemerintah Belanda sampai menurunkan pasukan elit Marsose untuk menumpas perlawanan yang dipimpin oleh Tombolotutu.

Mengenai akhir hayatanya, sumber lain menyebut bahwa Tombolotutu wafat pada tanggal 17 Agustus 1901.

Sultan Aji Muhammad Idris

Sultan Aji
info gambar

Bergeser dari Sulawesi, tokoh pahalawan nasional satu ini datang dari wilayah Kalimantan Timur, yaitu Sultan Aji Muhammad Idris yang dikenal sebagai Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah sejak tahun 1735 hingga 1778.

Bicara mengenai perjuangan yang dilakukan, Pemerintah Kalimantan Timur memublikasikan bahwa Sultan Aji Muhammad Idris gugur dalam pertempuran bersama rakyat Bugis saat melawan VOC di tanah Wajo.

Terlepas dari perjuangan yang dilakukan, diputuskannya Sultan Aji Muhammad Idris sebagai salah satu pahlawan nasional ternyata dianggap sebagai hadiah istimewa bagi masyarakat Kalimantan Timur, mengingat provinsi satu ini diketahui belum memiliki satu pun sosok pahlawan nasional yang diakui negara.

Raden Aria Wangsakara

Raden Aria Wangsakara
info gambar

Merupakan salah satu tokoh tertua yang menerima gelar pahlawan nasional di tahun ini, Raden Aria Wangsakara diketahui lahir di sekitar tahun 1615. Tidak hanya sebagai pahlawan, sosok satu ini juga diketahui merupakan seorang ulama sekaligus pendiri wilayah Tangerang.

Dalam publikasi pemerintah provinsi Banten, disebutkan bahwa Raden Aria merupakan sosok ulama yang kharismatik sekaligus tokoh sentral perlawanan terhadap penjajah Belanda pada zamannya.

Lebih detail, perlawanan yang dimpimpin oleh Raden Aria mulai terjadi pada kisaran tahun 1652-1653 di dekat wilayah Sungai Cisadane. Terus terjadi perselisihan dengan pihak VOC, Raden Aria Wangsakara disebutkan tewas saat terlibat perang dengan VOC di wilayah Ciledug pada tahun 1720.

Gelar Pahlawan Nasional, Seperti Apa Prosedur dan Persyaratannya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini