Museum Mulawarman, Situs Cagar Budaya Bekas Istana Kutai Kartanegara

Museum Mulawarman, Situs Cagar Budaya Bekas Istana Kutai Kartanegara
info gambar utama

Selain membaca referensi dari berbagai buku, museum bisa jadi salah satu tempat yang dapat dikunjungi untuk belajar tentang sejarah. Berkunjung ke museum dapat memperbanyak informasi yang ditampilkan lewat ilustrasi, diorama, serta berbagai koleksi terkait dengan cara yang mudah dipahami dan menyenangkan.

Bila Anda tertarik pada sejarah kerajaan, khususnya mengenai Kesultanan Kutai Kartanegara, cobalah datang ke Museum Mulawarman di Tenggarong, Kalimantan Timur. Museum ini begitu spesial karena berada di bangunan bekas istana Kutai Kertanegara.

Gedung bergaya arsitektur Eropa klasik ini dibangun oleh sebuah perusaaah beton asal Belanda yaitu Hollandsche Beton Maatschappij. Bangunan istana dibangun pada tahun 1739 dan saat itu masih terbuat dari kayu ulin. Namun, bangunan istana habis terbakar saat peperangan melawan Belanda tahun 1844. Kemudian, tahun 1850, Sultan Aji Muhammad Sulaiman membangun kembali Istana Kutai Kertanegara dengan gaya arsitektur Melayu.

Baru pada tahun 1976, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyerahkan istana kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola menjadi museum. Apa saja yang menarik untuk dipelajari dari museum ini?

Berkenalan dengan Museum Tertua di Indonesia yang Berdiri Sejak Tahun 1890

Pemandangan di sekitar museum

Ketika memasuki area museum, di halamannya Anda bisa melihat replika patung Lembuswana yang merupakan lambang Kerajaan Kutai Kartenegara. Juga ada sebuah kolam berbentuk naga yang menjadi lambang perjalanan hidup dan penjaga alam semestaa yang menjadi bagian dari mitos masyarakat Kutai.

Di sana juga terdapat sebuah totem yang tingginya 13 meter dengan diameter 60 cm. Totem merupakan benda atau binatang yang dianggap suci dan dipuja ini menggambarkan perjalanan hidup masyarakat Dayak sejak lahir sampai dewasa dan berpulang. Ada ornamen di bagian bawahnya yang berbentuk guci yang menjadi simbol alam baka, dan ornamen ular sawah melingkar dari bawah ke puncak totem melambangkan perjalanan hidup sekaligus kejantanan pria. Selain itu, di puncak totem Anda bisa melihat ornamen burung enggan yang menjadi lambang dunia atas.

Bangunan museum memiliki beranda dengan ruangan memanjang, bagian induk yang terdiri dari ruang tamu, kamar sultan, dan serambi, dan tempat beristirahat. Di sisi barat bangunan museum terdapat sebuah istana yang baru dibandun tahun 2001, sebuah parit, dan Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin yang dibangun tahun 1922. Kemudian di sisi timur bisa ditemukan keberadaan sebuah dermaga.

Pengunjung juga bisa melihat Kompleks Makam Raja-raja Kutai Kartanegara. Kompleks makam ini terdiri dari dua bangunan utama. Pada bangunan pertama ada dua makam, yaitu makam Sultan M. Shalihuddin dan istrinya, juga ada tiga makam kerabat sultan di luar cungkup atau bangunan beratap di atas makam sebagai pelindung makam. Kemudian bangunann kedua memiliki tiga cungkup utama dan 175 makam di luar cungkup. Di sana, terdapat makam A.M Salehuddin Sultan ke-16, makam dari Sultan A.M Sulaiman Sultan ke-17, dan A.M. Parikesit.

Menapaki Riwayat Pendirian Museum La Pawawoi di Kabupaten Bone

Koleksi Museum Mulawarman

Berjalan-jalan ke bagian dalam museum, tentunya akan dipenuhi dengan berbagai benda bersejarah yang pernah digunakan selama masa kesultanan.

Anda dapat melihat singgasana, sebagai tempat duduk Raja dan Permaisuri yang terbuat dari kayu dan bergaya Eropa yang diciptakan oleh Ir. Vander Lube pada tahun 1935. Kemudian ada Patung Lembuswana yang dibuat di Birma pada tahun 1850. Lembuswana diyakini merupakan kendaraan Batara Guru berupa lembu yang berwajah gajah, bersayap seperti burung, bertanduk seperti sapi, bertaji dan berkukuh seperti ayam, dan berkepala raksasa dengan beragam hiasan.

Pengunjung juga bisa melihat koleksi lain berupa kalung uncal yang merupakan atribut kebesaran Kesultanan Kutai Kartanegara yang digunakan pada waktu penobatan Sultan Kutai menjadi Raja, merayakan kelahiran, penobatan, dan berbagai acara sakral.

Museum Mulawarman juga menyimpan koleksi meriam sapu jagad peninggalan VOC. Meriam yang ada di museum ini merupakan replika dari yupa dan yang asli ada di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti Yupa merupaman peninggalan Kerajaan Kutai dan terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti. Prasasti ini ditulus dalam bentuk puisi anustub menggunakan huruf Pallawa Pra-Nagari dan Bahasa Sanskerta, serta diperkirakan berasal dari sekitar 400 Masehi.

Untuk koleksi lain ada seperangkat gamelan dari Keraton Yogyakarta tahun 1855, arca Hindu, meja tamu peninggalan Kesultanan Bulungan, ulap doyo yang merupakan kerajinan Suku Dayak Benuaq, minirama yang menjelaskan tentang sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara, juga ada koleksi mata uang dan berbagai alat tukar.

Pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi keramik China, Jepang, Vietnam, dan Thailand, serta peninggalan bercorak kesenian. Selain itu ada pula pakaian kebesaran, tombak, keris, kalung, hingga Al-Quran peninggalan Sultan Kutai Kartanegara XIX. Ada pula, koleksi tempayan, kursi tanduk, alat musik gambus, ketipung, amphora atau vas keramik, golok, dan wayang kulit. Kemudian, pada bagian belakang museum terdapat toko suvenir di mana pengunjung bisa membeli produk kerajinan Dayak seperti batu perhiasan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini