Menelusuri Cikal Bakal Kota Bima, Titisan dari Kesatria Pandawa

Menelusuri Cikal Bakal Kota Bima, Titisan dari Kesatria Pandawa
info gambar utama

Kota Bima merupakan kota yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur, provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara umum kondisi tanah di Kota Bima didominasi oleh gunung batu, hal ini menyebabkan rata-rata masyarakatnya berprofesi sebagai petani.

Kota Bima awalnya merupakan kota administrasi Bima yang terbentuk pada 10 April 2002 melalui Undang-Undang tentang Pembentukan Kota Bima Nomor 13 Tahun 2002. Sebelum menjadi kota, Bima merupakan sebuah kabupaten yang berdiri pada 5 Juli 1640.

Dipaparkan dalam buku Asal Usul Kota-Kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, ketika itu Sultan Abdul Kahir dinobatkan menjadi Sultan Bima I yang menjalankan pemerintahan bedasarkan syariat Islam.

“Dari peristiwa inilah kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Bima yang diperingati setiap tahun,” tulisnya.

Zaenuddin menyebut banyak penemuan benda purbakala yang ditemukan di Kabupaten Bima, antara lain Wadu Pa’a, Wadu Nocu, dan Wadu Tunti (batu bertulis), di dusun Padende Kecamatan Donggo yang menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia.

Bima, Wilayah Terpanas di Indonesia

Dalam sejarah kebudayaan, penduduk Indonesia terdiri atas bangsa Melayu purba dan Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami daerah Kabupaten Bima, mereka sering menyebut dirinya sebagai Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai.

Banyak alasan mengapa masyarakat di sini diberi nama Bima, konon nama ini berasal dari kata Dou Mbojo yang artinya orang Bima. Bila menggunakan bahasa Indonesia, kalimat orang Bima dianggap paling tepat dibandingkan orang Mbojo.

Selain itu ada versi lain mengenai nama Bima, ada yang menduga nama ini diambil dari nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan. Dalam kitab Mahabharata, Bima (Bhimasena) merupakan tokoh protagonis dalam cerita.

Sosok dari keluarga Pandawa ini digambarkan sebagai pria yang kuat, bersifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, Bima merupakan urutan kedua dari lima bersaudara (pandawa lima).

“Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tidak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri,” ucap Zaenuddin.

Orang memang sering menyebut tipikal orang Bima memang mirip dengan sosok Bima dalam karakter Mahabharata, yaitu keras dan tegas. Tidak ada yang namanya pakewuh dan selalu mengungkapkan apa yang ada dipikirannya, suka atau tidak suka.

Titisan dari Bima

Sementara itu terkait cikal bakal Kota Bima juga kerap dikaitkan dengan keberadaan Kesultanan Bima pada masa lampau. Pada awalnya, Bima sendiri terdiri dari beberapa daerah yang masing-masing diketuai oleh pemimpin yang disebut Ncuhi.

“Setiap daerah akan menamai dirinya sebagai bagian dari Bima, meskipun pada kenyataannya tidak ada pemimpin tunggal yang menguasai pemerintahan tanah Bima,” tulisnya.

Menurut legenda yang tertulis dalam Kitab Bo, ada seorang pengembara yang datang dari Jawa bernama Bima, seorang pandawa yang melarikan diri dari pemberontakan di Majapahit kala itu. Sang Bima pertama kali berlabuh di Pulau Satonda dan menikah dengan putri di wilayah itu.

Melihat hal ini, para Ncuhi lalu memutuskan untuk menawarkan posisi raja kepada Sang Bima. Dirinya kemudian menerima, namun Bima tidak langsung bisa memimpin karena harus segera Kembali ke Majapahit.

Hore! Kini Seluruh Pelosok NTB-pun Turut Terang

Beliau kemudian menawarkan anaknya nanti yang akan memimpin Bima. Para Ncuhi lantas menerima dan menanti kedatangan anak Sang Bima untuk memimpin mereka. Inilah cerita cikal bakal dari kota Bima yang sampai sekarang masih simpang siur.

Pasalnya, dokumen sejarah yang ada hanya didapat dari Kitab Bo, yang sudah tercampur dengan legenda serta hal-hal gaib. Akan tetapi, Bima yang merupakan salah satu dari wilayah kekuasaan Majapahit, tentu sangat dekat hubungannya dengan orang-orang Jawa.

Apalagi dengan daerah yang mempunyai teluk teraman dan juga menjadi salah satu dari segitiga lumbung padi Indonesia Timur, bersama Gowa dan Ternate. Hubungan dagang dengan orang daerah lain pastilah sangat sering.

“Dalam hal budaya, khususnya bahasa yang digunakan saat itu, sangatlah mirip dengan bahasa Jawa Kuno,” ucapnya.

Bima sebagai kota wisata

Kota Bima kini telah dikembangkan menjadi salah satu kota wisata andalan bagi Provinsi NTB. Pasalnya ada beberapa objek wisata yang terdapat di kota ini, antara lain wisata alam Soromandi.

Di Ngaha Aina Ngoho ini tersimpan banyak sekali aset-aset alam yang mengandung sejuta pesona yang masih belum terjamah, sehingga perlu digali dan dijadikan sebagai objek wisata. Aset alam ini bisa dijadikan sebagai daya tarik wisatawan domestik maupun asing.

Kemudian ada Desa Campa yang merupakan desa kecil yang letaknya di Kabupaten Bima, NTB, khususnya di Kecamatan Madapangga. Letaknya memang cukup jauh dari keramaian, tetapi Campa juga menyimpan keindahan alam yang mungkin banyak orang belum tahu.

“Desa Campa terus dikembangkan agar bisa menjadi kawasan atau objek wisata andalan,” ucapnya.

Air Terjun Susun Tujuh "Sadundu Pidu", Surga Tersembunyi di NTB

Ada juga Pantai Kalaki merupakan pantai berpasir yang cukup landai, tempat ini terletak di sebelah selatan kota Bima. Dari kota Bima, melewati Lawata menuju ke arah Lapangan Terbang Palibelo.

Di Kalaki, para pengunjung bisa bermain air laut yang dangkal, atau piknik sambil menikmati pemandangan laut teluk Bima. Pengunjung Pantai Kalaki umumnya berasal dari Kota Bima dan dari Kecamatan Woha dan Belo/Palibelo.

Selain Kalaki, ada juga Pantai Lawata yang berupa tonjolan ke Teluk Bima. Di Lawata, terdapat sebuah bukit kecil yang memiliki beberapa buah gua kecil. Lawata memang sudah sejak dahulu menjadi sebuah objek wisata atau tempat piknik bagi masyarakat Bima.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini