Mengenal Sasi Nggama, Tradisi Menjaga Laut Masyarakat Kaimana

Mengenal Sasi Nggama, Tradisi Menjaga Laut Masyarakat Kaimana
info gambar utama

Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia tentunya memiliki kebudayaan dan tradisi yang erat dengan lautan. Sebagai bangsa bahari, aktivitas dan perekonomian Indonesia sejak dahulu kala sudah sangat bergantung dengan kekayaan lautnya.

Sehingga leluhur Bangsa Indonesia percaya bahwa laut merupakan sumber kehidupan, pertumbuhan, dan kesejahteraan serta menjadi tanggungjawab dan dilindungi bersama.

Oleh karenanya masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pesisir membuat suatu kepercayaan dan tradisi untuk menghormati dan mengelola sumber daya lautan secara berkelanjutan. Salah satunya adalah tradisi Sasi Nggama yang dilakukan masyarakat pesisir perairan Kaimana yang terletak di Papua Barat.

Mengenal Tradisi Sasi Nggama, Tradisi Menjaga Laut Suku Koiwai Papua

Mengenal tradisi Sasi Nggama, tradisi konservasi atau menjaga laut masyarakat Suku Koiwai, Perairan Kaimana, Papua Barat

Tradisi Sasi Nggama merupakan sistem yang digunakan oleh masyarakat suku Koiwai untuk mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan melindunginya dari eksploitasi secara berlebihan.

Tradisi tersebut khususnya di Pulau Siawatan, dilakukan dengan pembukaan kembali wilayah laut atau “Sasi” yang sebelumnya dijaga untuk tidak dilakukan penangkapan ikan sehingga ekosistem yang berada pada wilayah Sasi dapat mengalami regenerasi.

Pembukaan diawali dengan prosesi pencabutan Sasi Nggama oleh pemilik Sasi dengan mencabut janur kelapa yang sudah terpasang selama hampir empat tahun di lokasi Sasi. Lalu setelah itu, janur kelapa yang sudah dicabut kemudian dicelupkan ke dalam laut sebanyak tiga kali.

Prosesi tersebut dilakukan sebagai tanda bahwa masyarakat sekitar secara resmi dapat segera memanfaatkan kekayaan laut yang berada di wilayah Sasi. Dan Biasanya, prosesi pelaksanaan pembukaan Sasi ini dilakukan dalam waktu sepekan atau lebih.

Tradisi tersebut telah menjadi warisan budaya turun menurun dari suku Koiwai, khususnya di masyarakat pesisir perairan Kaimana. Tradisi tersebut dilaksanakan dengan berfokus pada pemanfaatan biota laut seperti lola (Trochus niloticus), teripang (Holothuroidea), dan siput batu laga (Turbo marmoratus) yang menjadi komoditi utama masyarakat Pulau Siawatan.

Selain dilakukan oleh masyarakat Pulau Siawatan, tradisi Sasi Nggama ini juga dilakukan oleh masyarakat suku Koiwai di Pulau Namatota, Pulau Adijaya, dan Pulau Kambala (Pulau Besar).

Baca juga tradisi laut masyarakat pesisir lainnya: Petik Laut Muncar, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Nelayan Banyuwangi Kepada Tuhan

Makna dan Filosofi dari Tradisi Sasi Nggama

Zona Sasi Nggama, tradisi konservasi atau menjaga laut masyarakat Suku Koiwai, Perairan Kaimana, Papua Barat

Tradisi Sasi Nggama merupakan suatu bentuk tradisi masyarakat pesisir untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam lautnya. Konservasi secara tradisional yang telah dipertahankan turun menurun oleh masyarakat Suku Koiwai, Papua Barat ini, menjadi suatu bukti penghormatan dan bentuk upaya perlindungan masyarakat pesisir sejak dahulu kepada alam.

Selain itu, Tradisi Sasi Nggama ini juga turut membantu upaya Pemerintah Daerah untuk menjaga Kawasan Konservasi Perairan Kaimana yang menjadi rumah dari 937 spesies ikan dan 492 jenis karang yang hidup di bawah laut Kaimana.

Kekayaan Alam Perairan Kaimana

Perairan Kaimana menjadi salah satu habitat ikan hiu paus dan ikan langka lainnya yang dilestarikan dengan adanya tradisi Sasi Nggama

Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Perairan Kaimana, Papua Barat ini terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona perikanan berkelanjutan seluas 97.293 hektare, zona pemanfaatan khusus untuk pariwisata seluas 11.184 ha, dan zona inti seluas 14.109 ha.

Dengan zona perikanan berkelanjutan yang dapat dimanfaatkan sebagai zona tangkap dan pemanfaatan sumber daya lautan. Zona pemanfaatan khusus untuk pariwisata, yang hanya bisa dimanfaatkan untuk pariwisata seperti snorkeling ataupun diving. Serta zona inti, yang merupakan kawasan khusus yang dijaga dan tidak boleh dimanfaatkan sama sekali sumber dayanya.

Dengan keanekaragaman hayati yang sebagian besar adalah jenis ikan, kawasan konservasi ini juga menjadi salah satu kawasan konservasi dengan ekosistem terlengkap di Indonesia seperti ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, pantai berbatu, pantai berlumpur, dan ekosistem estuari.

Kawasan Konservasi Kaimana ini juga menjadi habitat spesies terancam punah seperti Hiu Paus (Rhincodon typus), Paus Bryde (Balaenoptera physalus), Lumba-Lumba Punggung Bongkok (Sousa chinensis), dan Dugong (Dugong dugon). Serta memiliki situs peninggalan manusia purba berupa lukisan di tebing Kaimana.

Nah dengan adanya tradisi Sasi Nggama ini, masyarakat Suku Koiwai secara tidak langsung turut menjaga dan melindungi kekayaan sumber daya dan nilai historis dari Perairan Kaimana di Papua Barat ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Phyar Saiputra lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Phyar Saiputra.

Terima kasih telah membaca sampai di sini