Melirik Masyarakat Adat Pulau Selaru - Pulau Terluar yang Berbatasan Australia

Melirik Masyarakat Adat Pulau Selaru -  Pulau Terluar yang Berbatasan Australia
info gambar utama

Nama Selaru barangkali masih sangat jarang terdengar oleh telinga, terlihat oleh mata maupun terjamah oleh dunia pariwisata bahkan Pemerintah.

Barangkali satu-satunya momen yang membuat nama Selaru naik daun dan viral di media sosial adalah berita tentang pengabdian salah seorang warga di pulau tersebut yang menjaga menara perbatasan.

Dialah Elkana Amarduan yang akrab disapa Eli, pria berusia 65 tahun. Ia telah mengabdikan dirinya menjaga bambu suar selama 23 tahun secara sukarela alias tanpa disokong oleh anggaran pemerintah.

Tak muluk-muluk, hal itu ia lakukan karena dilatari kecintaannya terhadap Indonesia terutama dalam menjaga aset negara.

Ia mesti memastikan menara suar yang dijaganya dapat terus berfungsi untuk memberikan panduan keselamatan pelayaran kepada kapal-kapal yang memasuki perairan di wilayah tersebut.

Itu hanyalah satu kisah unik dari pulau Selaru. Jika kita menyusuri lebih jauh, ada banyak potensi alam dan budaya di pulau ini yang masih perawan alias belum terkontaminasi oleh industri modern.

Barangkali pengamalan hukum dan tradisi adat yang masih kuat ini telah berkontribusi nyata dalam pemeliharaan kekayaan yang ada di pulau ini.

Lebih Jauh tentang Pulau Selaru

Pulau Selaru adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Timor dan berbatasan dengan negara Australia.

Secara administratif, pulau Selaru ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Pulau ini berada di sebelah selatan dari Pulau Yamdena.

Pulau Selaru sebagai kecamatan tersendiri, memiliki tujuh desa yakni Adaut, Namtabung, Kandar, Lingat, Werain, Fursuy, dan Eliasa. Adapun desa Adaut merupakan Ibu kota kecamatan Selaru.

Kalau soal kekayaan alam tak perlu diragukan. Di pulau ini menyimpan sumberdaya hayati berupa pantai, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun hingga berbagai jenis algae dan spesies ikan.

Yang menarik dari pulau ini adalah kelestarian budaya dan tradisi yang masih terjaga dan sekaligus menjadi upaya menjaga kekayaan alam tersebut.

Mulai budaya maritim dalam rancang-bangun kapal kayu, tradisi sasi laut dan sasi darat dalam pengelolaan sumber daya laut dan perkebunan, serta tradisi-tradisi sosial lainnya seperti tradisi penerimaan tamu di desa.

Tradisi dan budaya di atas hampir dapat dijumpai di seluruh desa yang ada di Pulau Selaru.

Berbagai Tradisi dalam Masyarakat Adat di pulau Selaru

Berikut ini adalah beberapa tradisi yang masih diamalkan oleh masyarakat adat di pulau Selaru

Tradisi Kekerabatan Semangat Duan-Lolat

Adat duan-lolat menjadi semangat kekerabatan dalam relasi kekeluargaan dan sosial dalam masyarakat Kecamatan Selaru, khususnya Desa Adaut.

Dalam relasi adat ini, kedudukan seorang paman menjadi kunci utama penyelesaian masalah serta konflik yang terjadi dalam suatu marga atau keluarga kecil.

Seorang paman (duan) menjadi pelindung atas suatu masalah atau konflik pribadi/sosial yang menimpa seorang dulat (keponakan).

Demikian halnya, setinggi apa pun kedudukan sosial maupun jabatan struktural dalam birokrasi seorang lolat, ia tetap harus tunduk dan hormat kepada seorang duan.

Tradisi Tikam Tanah

Upacara adat tikam tanah merupakan ritual adat yang wajib dilakukan kepada orang luar yang masuk ke Pulau Selaru untuk kepentingan apa pun.

Dalam kepercayaan masyarakat adat Pulau Selaru, seluruh wilayah petuanan desa, terutama beberapa kawasan yang dikeramatkan oleh masyarakat, masih dihuni oleh leluhur-leluhur mereka.

Karena itu, masyarakat dari luar desa harus diberi ritual perkenalan yang disebut dengan ritual adat tikam tanah sebagai pemberitahuan kepada leluhur bahwa tamu-tamu desa tersebut tidak boleh diganggu.

Ritual dimaksud menandai bahwa tamu-tamu desa telah dianggap sebagai bagian dari warga desa tersebut.

Tradisi Duduk Adat

Tradisi duduk adat merupakan filosofi dasar bahwa segala masalah dan konflik yang dihadapi oleh warga bisa diselesaikan secara adat. Jika ada masalah atau konflik di tengah masyarakat, mekanisme penyelesaian masalah di Desa Adaut dilakukan dengan cara duduk adat.

Pihak-pihak yang memiliki masalah atau terlibat konflik akan dipanggil untuk mencari penyelesaian atas masalah atau konflik yang dihadapi.

Prosesi duduk adat bergantung pada tingkat masalah atau konflik yang dihadapi. Semakin besar masalah/ konflik yang dihadapi, makin luas pula pihak-pihak yang terlibat dalam prosesi duduk adat.

Proses ini biasa dilakukan jika terjadi masalah di dalam internal desa seperti masalah kawin lari, perkelahian antarwarga, konflik rumah tangga, dan lainnya.

Semangat Ngri Mase

Semangat ngri mase merupakan semangat masyarakat desa untuk selalu meletakkan keamanan dan perdamaian warga sebagai dasar pokok dalam hubungan antarmasyarakat.

Ngri mase berarti segala masalah bisa dibicarakan dan diselesaikan dengan penuh rasa aman, tertib, dan nyaman. Pepatah ini menjadi simbol musyawarah desa yang dituliskan pada Balai Musyawarah Warga Desa Adaut.

Ritual Adat Tutup dan Buka Sasi Darat dan Sasi Laut

Kearifan lokal sasi di Pulau Selaru, baik sasi darat maupun sasi laut, sudah menjadi budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat.

Sasi laut dan sasi darat dilaksanakan dengan beberapa ritual adat yang dipimpin oleh para pemuka adat yang berasal dari soa tertentu. Setiap desa di Pulau Selaru memiliki ritual sasi yang hampir sama.

Demikianlah sekelumit ulasan tentang pulau Selaru. Harapannya anak bangsa ini lebih mengenal wilayah-wilayah yang jarang terjamah sebagai satu bentuk kecintaan terhadap negara dan bangsa ini.

Artikel terkait : Sejarah Hukum Adat di Indonesia

Mungkin kamu juga tertarik : Memotret Hukum Adat Awig-Awig dalam Konteks Masyarakat Modern Bali

Referensi : kkp.go.id | ppk-kp3k.kkp.go.id | dephub.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini