Peran Uang Kepeng dalam Setiap Sesaji Masyarakat Bali

Peran Uang Kepeng dalam Setiap Sesaji Masyarakat Bali
info gambar utama

Bali memiliki keterkaitan sejarah dengan negara China, hal ini terlihat pada kebudayaan dan religi yang mereka anut. Salah satunya adalah pemanfaatan mata uang kepeng untuk sesaji yang dipersembahkan.

Uang kepeng sesaji Bali berciri khas China dengan lubang di tengah, yang di Pulau Dewata dikenal dengan nama pis kopong. Uang kepeng pis kopong Bali terbuat dari logam yaitu bahan yang sama dengan yang digunakan untuk membuat gamelan.

Dimuat dari Indonesia.go.id, uang kepeng dalam sesaji tersebut tak lepas dari pengaruh China atas Bali. Beberapa literatur menyebut bahwa hubungan orang Bali dengan para pendatang internasional sekitar 900-1250 Masehi.

Bali Raih Peringkat ke-7 Tempat Wisata Terbaik di Asia 2023

Uang kepeng awalnya dikenal di Bali sebagai alat pembayaran. Ida Bagus Sidemen dalam Nilai Historis Uang Kepeng mencatat pada masa kesatuan Nusantara di bawah Kerajaan Majapahit picis sebagai mata uang sudah beredar.

Bali yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Majapahit diperkirakan juga menggunakan uang kepeng sebagai alat pembayaran yang sah. Dengan demikian masuknya mata uang logam China ke Bali berkaitan dengan perdagangan di Nusantara.

“Uang kepeng pernah memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi budaya serta nilai magis religius dalam kehidupan masyarakat di Bali,” paparnya.

Makna religius dalam uang kepeng

Uang kepeng dan ritual masyarakat Hindu di Bali merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Meskipun pertama kali dikenal sebagai alat pembayaran, pemanfaatan uang kepeng masih bertahan hingga saat ini.

Kuatnya tradisi di Bali, khususnya dalam proses ritual agama, menjadi alasan masih bertahannya uang kepeng di Bali. Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat Bali tidak mengubah tradisi pemanfaatan uang kepeng sebagai sarana upakara.

“Hal ini disebabkan oleh ideologi agama dalam uang kepeng yang menyebabkan uang kepeng sulit untuk digantikan,” jelas Nyoman Arisanti dalam Uang Kepeng dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi.

Tradisi Makepung, Balapan Kerbau ala Petani Jembrana Bali Rayakan Pesta Panen

Disebutkan oleh Arisanti, uang kepeng dianggap sebagai salah satu benda yang tidak kena cuntaka, yang dalam agama Hindu berarti suatu keadaan yang tidak suci. Hal ini menyebabkan uang kepeng dianggap suci dan selalu digunakan dalam ritual agama.

Dirinya melanjutkan bahwa uang kepeng juga dikatakan pinaka suteja yang artinya bagikan sinar atau cahaya. Karena itulah kesucian uang kepeng bagi ritual masyarakat Bali bagaikan sinar atau cahaya.

“Kesucian uang kepeng yang bagaikan sinar atau cahaya merupakan salah satu alasan pemanfaatan uang kepeng yang masih belum tergantikan dalam masyarakat Bali,” paparnya.

Para pelestari uang kepeng

I Gde Andhika Prayatna Sukma telah puluhan tahun berkecimpung di industri kerajinan uang kepeng Bali. Dirinya menggabungkan bisnis dengan karya seni lokal nan unik. Baginya industri ini tidak hanya bisnis melainkan dharma sesuai ajaran Hindu.

Menurutnya, uang kepeng awalnya dipakai sebagai alat upacara. Uang tersebut awalnya diimpor warga Bali dari China. Namun pada 2003, akhirnya pemerintah memiliki ide untuk membuat kepeng lokal bermotif Bali yang kemudian diinisiasi Bali Heritage Trust (BHT).

“Karena kita di Bali tiada henti menggunakan uang kepeng, baik itu untuk upacara pembangunan pura, pernikahan maupun lain-lain. Semua upacara yang berkaitan dengan Hindu di Bali itu harus menggunakan uang kepeng,” paparnya.

Wisata ke Bali, Ada Keindahan Hutan Pinus Glagalinggah yang Menanti

Dirinya menjelaskan bahwa bahan uang kepeng Bali tersebut tidak sembarang. Bali mengenalnya dengan nama pancadatu (lima jenis logam) yaitu emas, perak, kuningan, besi, dan juga tembaga, sehingga membuatnya jadi barang bernilai seni tinggi.

Bahkan selama pandemi Covid-19, perajin uang kepeng tidak surut memproduksi kerajinan untuk hiasan dan keperluan untuk sarana upacara ritual keagamaan di Pulau Dewata. Walau ketika itu permintaan menurun.

Perajin uang kepeng, I Komang Mahayana kini memasarkan produknya melalui jejaring media sosial. Sehingga konsumen sebelum membeli para konsumen bisa melihatnya melalui media sosial.

“Pemasaran lewat online di zaman digital, saya rasa cukup efektif dan praktis. Semua contoh produk kami tampilkan di akun. Sehingga pembeli bisa juga melihat terlebih dahulu dan menghubungi secara daring jika mereka cocok dan harganya,” ucapnya yang dimuat Antaranews.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini