Minat Mahasiswa Beroganisasi Menurun! Enggan Menambah Beban yang tidak Relevan?

Minat Mahasiswa Beroganisasi Menurun! Enggan Menambah Beban yang tidak Relevan?
info gambar utama

Mahasiswa memberikan identitas seorang pembelajar di tingkat universitas. Menyandang atribut sebagai mahasiswa memberikan tanggung jawab yang lebih dengan harapan dan tanggung jawab yang dipikul juga semakin besar. Setelah lulus dari univeritas, gelar sarjana diberikan dengan harapan mampu menjadi insan yang berintelektual dan mampu mengabdi kepada masyarakat.

Beberapa mahasiswa berupaya untuk menambah wawasan dalam perkuliahan. Mereka tidak hanya mendengarkan pembelajaran di dalam kelas saja, melainkan secara aktif dan mandiri mencari sumber informasi baru melalui perpustakaan baik offline maupun online. Mahasiswa pun menyadari bahwa ada banyak hal yang tidak bisa didapatkan jika hanya mendengarkan perkuliahan di kelas saja. Dengan demikian, mereka berinisiatif untuk mengembangkan diri (soft skills) dengan kegiatan non akademik.

Mahasiswa | Foto: Pixabay

Melansir The Balance Careers, soft skill mencakup kemampuan komunikasi, karakteristik seseorang, kecerdasan sosial yang melekat, serta kemampuan beradaptasi dengan baik di dalam kehidupan maupun dunia kerja. Berdasarkan hal tersebut saya dapat mengatakan bahwa kemampuan soft skill bukan sekedar hal yang bisa dipelajari dalam buku, tetapi juga harus dengan praktik langsung dengan situasi yang relevan.

Baca juga: Ayo Berkenalan dengan Lima Unit Terapan di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Kemampuan ini biasanya dapat dilatih melalui suatu lembaga organisasi baik tingkat fakultas hingga universitas. Adapun organisasi yang dimaksud misalnya seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Semi Otonom (BSO) dan kelompok studi fakultas, atau bergabung dalam kepanitiaan sebuah acara di kampus.

Lembaga organisasi tersebut kerap kali menawarkan ataupun menjanjikan kepada para mahasiswa sebagai calon bagian dari mereka untuk diberikan kebebasan bereksplorasi hingga mengekspresikan diri. Singkatnya, lembaga tersebut merupakan wadah untuk tumbuh dan berkembang, menambah pengalaman, dan mengasah kemampuan (soft skill).

Kemampuan yang dimaksud yaitu team work,problem solving, leadership (kepemimpinan), menambah teman dan relasi, komunikasi, saling menghormati pendapat sesama anggota organisasi, dll. Sedikit banyak, mereka juga akan bersinggungan dengan belajar manajemen organisasi, melakukan lobi-lobi politik yang efektif, dan masih banyak lagi.

Pengalaman tersebut mampu mendorong mahasiswa untuk survive di lapangan pekerjaan dan menyokong kehidupan sosial. Itulah kalimat persuasif yang sering mahasiswa dengar dari organisasi yang mereka ikuti.

Kendati demikian, banyak mahasiswa yang mengeluh. "Keluhan tentang apa yang sebenarnya terjadi saat menjadi bagian dari organisasi tersebut, berbeda dengan apa yang katakan diawal saat mengajak kita untuk bergabung,” ucap salah satu mahasiwa.

Ada juga yang mengatakan bahwa selama dua periode bergabung di organisasi, ia tidak diperbolehkan untuk pindah bidang. Dalam artian ia ditempatkan pada sebuah divisi yang mana organisasi itu butuhkan bukan sesuai minat anggotanya.

Benarkah apa yang ditawarkan dan seharusnya didapatkan justru berbanding terbalik dari apa yang diharapkan? .

Jika kita kembali ke titik awal tujuan, tidak bisa dipungkiri memang tujuan dari menjadi mahasiwa adalah berprestasi dan menyelesaikan studi hingga mendapatkan gelar sarjana. Prestasi hanya bisa didapatkan dari mengikuti segala ajang perlombaan baik yang relevan dengan bidang studinya atau justru berkolaborasi dengan lintas fakultas.

Meninjau dari banyaknya beban akademik yang ditambah dengan keinginan berprestasi dengan mengikuti perlombaan, mengikuti organisasi seakan menambah daftar beban mahasiswa. Tugas kuliah dan laporan praktikum, dll. Dengan bergabung kegiatan organisasi, bukankah itu akan memperburuk keadaan mahasiswa? Banyak dari mahasiswa yang memikirkan hal itu, sehingga enggan untuk aktif beroganisasi.

Padahal perlu kita sadari kembali soft skill yang terdapat organisasi tadi pasti akan terpakai saat kita berada dilingkungan kerja kita misalnya. Lantas apa yang menyebabkan minat Mahasiswa akan kian menurun terhadap lembaga organisasi bahkan enggan untuk aktif didalamnya?

Satu hal yang menarik saya temukan dalam sebuah Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan oleh Sutoro (2016) bahwa organisasi mahasiswa ada karena berangkat dari kebutuhan, minat mahasiswa sehingga mampu menunjang mahasiswa dalam mengembangkan kapasitas diri, terutama dalam wilayah soft skill, yang memang kurang dikembangkan ketika mahasiswa berada di ruang kelas.

Namun, dewasa ini tidak sedikit yang menerjemahkan bahwa organisasi tersebut hanya sebatas wadah dalam penyelenggaraan kegiatan. Hal tersebut dilakukan tidak lepas dari sebuah cara dalam rangka menunjang eksistensi organisasi kemahasiswaan saja. Dikatakan juga bisa saja kemampuan yang telah dipelajari saat berorganisasi khawatirnya digunakan untuk memanipulasi dan menyalahgunakan kekuasaan yang mereka pegang. Lepas dari kampus, mereka terseret oleh jaringan patronase politik-kekuasaan yang hanya menguntungkan individu dan kelompok mereka sendiri, alhasil akan merugikan masyarakat.

Mengutip dari Kompasiana.com, seringkali terjadi salah persepsi pada masyarakat awam ketika melihat bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan oleh mahasiswa. Beberapa orang tua mewanti-wanti agar anaknya tidak ikut-ikutan organisasi di kampus yang nanti malah mengganggu kegiatan kuliahnya. Ini masih berkorelasi dengan pernyataan sebelumnya.

Singkatnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Mhd Iqbal Utama (2021) terhadap mahasiswa Jurusan Statistika UNP, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat mahasiswa tidak mengikuti organisasi, yaitu merasa tidak mampu, tidak ingin terikat kontrak dengan himpunan mahasiswa, dilarang orangtua, membantu pekerjaan orangtua, bekerja, pengaruh senior, susah masuk kelingkungan baru, lebih senang terlibat kepanitiaan, kurang percaya diri, pengaruh teman, hingga tidak dapat mengatur waktu.

Baca juga: Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2023 Buka Jalur Vokasi, Simak Syarat dan Ketentuan

Kalimat "Bagiamana relevansi serta regenerasi organisasi saat ini?” akan menjadi sebuah tanda tanya. Mengenai solusi yang dapat diupayakan oleh organisasi, generasi, dan juga kampus untuk mengatasi fenomena "krisis minat berorganisasi". Hal demikian yang perlu untuk pahami secara mendalam bahwa pada dasarnya organisasi kemahasiswaan sangat jauh berbeda dari kegiatan yang sifatnya seperti event organizer yang secara pasti melaksankan kegiatan ketika pada waktu-waktu tertentu.

Hal ini juga menjadi perhatian semua aspek, baik orang tua, organisasi, fakultas bahkan universitas dalam mengawasi dan menyelenggarakan lembaga organisasi. Dimulai dari membangun komunikasi terhadap calon mahasiswa ataupun calon anggota organisasi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya berorganisasi.

Memperbaiki sistem kerja, isu maupun stigma yang mungkin sudah lama melekat pada organisasi tersebut. Bukan berarti merubah keseluruhan visi organisasi, melainkan menyingkirkan budaya-budaya yang sekiranya tidak seharusnya ada. Misalnya buktikan bahwa memang benar organisasi memberikan kebebasan anggota untuk mengesklporasi pengalaman bukan hanya dijadikan semacam karyawan yang terus menerus diberikan pekerjaan.

Mahasiswa haruslah tetap menyeimbangkan keduanya. Beberapa orang berpendapat bahwa dengan mengikuti organisasi atau berlembaga akan mengganggu perkuliahan Mahasiswa. Tetapi itu sebenarnya tergantung dari kemahawasiswaan itu sendiri, bagaimana dia bisa mengatur waktu untuk perkuliahan dan organisasi. Yang artinya secara tidak langsung dengan berorganisasi Mahasiswa diajarkan untuk bisa mengatur waktu mereka dengan baik.


(pastikan sertakan sumber data berupa tautan asli dan nama jika mengutip suatu data)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini