Tips Tingkatkan Story Telling Kawan untuk Jadi Storyteller Sukses

Tips Tingkatkan Story Telling Kawan untuk Jadi Storyteller Sukses
info gambar utama

Apakah Kawan menyukai kegiatan story telling? Story telling adalah kegiatan menceritakan atau menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa kepada khalayak umum. Biasanya, story telling sering dihubungkan dengan public speaking atau penulisan novel.

Tidak ada salahnya dengan hal itu, karena story telling juga teknik untuk menarik pembaca atau audiens. Orang yang melakukan story telling disebut sebagai storyteller. Profesi ini sering menggunakan beberapa platform untuk membuat konten story telling-nya, seperti YouTube, Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya.

Dari platform tersebut, Kawan harus tahu bahwa pembaca cerita dapat menghasilkan keuntungan dari kegiatannya. Contoh beberapa storyteller di Indonesia yang populer, seperti Nessie Judge, Ewing HD, Dr. Indrawan Nugroho, Ferry Irwandi, dan masih banyak lagi. Mereka merupakan pembaca cerita sukses yang mampu menarik banyak audiens dari kemampuannya.

Lalu, bagaimana cara menghasilkan keuntungan seperti mereka? Lalu, tips apa saja untuk tingkatkan story telling Kawan? Sebelum itu, Kawan perlu mempersiapkan beberapa hal ini.

Persiapan Sebelum Pembuatan Konten Story Telling

Persiapan sebelum story telling
info gambar

Jika Kawan ingin sukses jadi storyteller sukses, maka diperlukan persiapan yang matang. Ditambah lagi, Kawan tidak hanya membutuhkan kemampuan public speaking yang baik, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan.

Baca juga: Konten Edukasi Kian Populer, Kemendikbudristek dan TikTok Berdayakan Para Kreator Muda

1. Menentukan Platform

Seperti story teller sukses di Indonesia, Kawan butuh sebuah channel yang bisa digunakan untuk publikasi konten story telling-mu. Beberapa media seperti YouTube, TikTok, dan Instagram bisa kamu manfaatkan untuk publikasi konten.

Pastikan Kawan riset terlebih dahulu terkait platform yang akan dipilih. Cari kelebihan dan kelemahan dari setiap platform. Setelah itu, Kawan bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai untuk mempublikasi konten.

2. Pilih Genre Cerita

Setiap storyteller memiliki genre cerita yang berbeda-beda. Misalnya, Dr. Indrawan Nugroho yang sering membahas tentang kejadian atau peristiwa ekonomi dan Nessie Judge yang lebih suka tema horror dan misteri.

Selain itu, Kawan juga harus bisa memahami genre cerita tersebut. Setidaknya, pilih topik cerita yang dikuasai atau diminati. Jika Kawan menyukai hal-hal seputar otomotif, Kawan bisa memilihnya tersebut untuk diceritakan dalam konten.

Dengan begitu, Kawan bisa mengkhususkan tema otomotif itu ke dalam beberapa segmen atau cerita seru, misalnya kendaraan listrik, mobil terbaru, dan sebagainya. Jadi, apakah Kawan sudah memilih cerita seperti apa yang ingin ditampilkan dalam karyamu?

Baca juga: Indonesia jadi Negara Paling Banyak Minta Hapus Konten pada Layanan Google

3.Sumber Daya Video

Story telling selalu berkaitan dengan video. Maka, Kawan perlu mempersiapkan peralatan dan perlengkapan untuk membuat video story telling. Lazimnya, dalam membuat video, Kawan membutuhkan kamera, software editing, laptop, pencahayaan, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, Kawan setidaknya sudah mempelajari dasar-dasar dalam pengembangan video berkualitas. Dengan hal itu, kita bisa membuat visual cerita yang apik.

Agar tidak ada noise yang mengganggu, Kawan juga perlu mempertimbangkan alat peredam suara dari luar. Hal ini dimaksudkan agar suara Kawan saat rekam video tidak bentrok dengan suara luar. Pilihlah studio atau ruangan yang memiliki peredam atau kedap suara. Namun, bila belum memungkinkan, kamu bisa memanfaatkan fitur yang ada di aplikasi desain untuk membantu menghilangkan noise suara.

Tips Tingkatkan Story telling

Setelah mempersiapkan semuanya, Kawan juga perlu melatih diri demi meningkatkan story telling, diantaranya:

1. Pahami Struktur Story Telling

Story telling bukanlah kegiatan bercerita yang sembarangan. Kawan butuh suatu kerangka materi atau struktur yang baik. Secara umum, struktur story telling terdiri dari 3 poin, yakni: orientation, complication, dan resolution.

Orientation berarti perkenalan diri sekaligus gambaran dasar tentang cerita yang ingin Kawan sampaikan. Complication terjadi ketika tokoh pada ceritamu menghadapi konflik. Ada tiga jenis konflik, yakni natural conflict, psychological conflict, dan social conflict.

Terakhir, ada resolution. Di bagian ini, konflik mulai reda sehingga akhir cerita mulai muncul. Penutupannya dapat berupa happy ending, sad ending, dan open ending. Kawan juga berbagi pendapat pribadimu terkait cerita itu. Opini yang dimaksud seperti pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari cerita tersebut.

2.Pelajari dan Kuasai Teknik Story telling

Ada beberapa teknik pada story telling, yakni start false, sparkline, dan monomyth. Start false adalah teknik story telling yang berawal dari adanya kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu. Kesalahan masa lalu itu dapat memunculkan sebuah solusi sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi.

Selanjutnya, sparkline adalah teknik story telling yang berisi tentang suatu perbedaan yang terjadi pada kejadian yang ada di lapangan dengan keinginan. Di dalam cerita itu, ada beberapa cara agar mewujudkan keinginan tersebut. Terakhir, ada monomyth. Teknik tersebut menjelaskan tentang seorang pahlawan yang merantau untuk menggapai mimpinya.

3. Berlatih Kepercayaan Diri

Dalam membuat konten, Kawan harus membutuhkan percaya diri yang besar. Untuk itu, Kawan harus rajin berlatih agar meningkatkan kepercayaan diri dalam story telling. Ada beberapa cara untuk melatih kepercayaan diri, seperti berlatih di depan cermin, banyak berinteraksi kepada orang lain, dan sering tersenyum. Cobalah untuk latihan secara konsisten untuk dapatkan hasil yang maksimal.

Baca juga: Konten YouTube Paling Sering Ditonton Netizen Indonesia, Film dan Musik Jadi Favorit

4. Perhatikan Suara, Ekspresi Wajah, dan Gerak Tubuh

Ada 3 elemen penting dalam story telling, yakni suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Kawan harus menyesuaikan tiga elemen itu dengan cerita yang ingin disampaikan. Jika kamu sedang menjelaskan cerita horor, maka tiga elemen ini harus mewakili alur cerita horor itu. Hal itulah yang dapat menentukan suasana cerita.

5. Tuliskan Apapun Imajinasimu

Kendala yang sering terjadi pada story teller adalah stuck idea. Ide terkadang bisa mengalami kebuntuan sehingga sulit menghasilkan konten berkualitas. Nah, pastikan setiap Kawan berkegiatan, bawalah buku catatan. Buku tersebut untuk mencatat imajinasimu ketika menemukan sumber ide atau inspirasi.

Dengan begitu, ide konten story telling tak pernah habis. Sebab, Kawan sudah mencatatnya dengan baik di buku catatan.

Itulah beberapa tips tingkatkan story telling. Setiap kesuksesan harus ada konsisten dan doa terbaik. Jangan lupa juga, Kawan harus berusaha keras untuk menjadi story teller sukses.

Referensi: gramedia.com|sunenglish.co.id | ef.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini