Aksara Incung, Warisan Peradaban Maju dari Leluhur Suku Kerinci

Aksara Incung, Warisan Peradaban Maju dari Leluhur Suku Kerinci
info gambar utama

Aksara incung merupakan aksara yang digunakan oleh Suku Kerinci yang mendiami dataran tinggi Jambi, Provinsi Jambi. Aksara incung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) dari Provinsi Jambi.

Dimuat dari Indonesia.go.id, aksara incung memiliki arti miring atau terpancung. Hal ini karena aksara tersebut dibentuk oleh garis-lurus, patah, terpancing, dan melekung. Aksara ini merupakan peninggalan nenek moyang Kerinci Kuno.

“Incung ini digunakan oleh leluhur Kerinci untuk mendokumentasikan tentang sejarah, sastra, hukum, adat dan mantra-mantra,” tulis laman tersebut.

Kisah Dukun Serampas: Orang Sakti yang Dipercaya Pernah Sembuhkan Bung Karno

Dipercaya aksara ini sudah ada sejak abad ke 4 Masehi, tetapi hingga kini belum ada kepastian mengenai asal mulanya. Tetapi hal ini memastikan bahwa masyarakat Kerinci sudah maju sejak zaman dahulu.

“Setiap daerah yang memiliki aksara sendiri, sudah tentu memiliki peradaban yang bagus di zaman dulu. Baik dalam segi pendidikan, hukum, dan sebagainya,” paparnya.

Isi naskah kuno

Dijelaskan dalam Aksara Incung terdiri dari dua hal yakni tembo dan karang mindu. Tembo merupakan historiografi tradisional yang berisi kisah perjalanan dan silsilah nenek moyang suatu kelompok atau klan.

“Biasanya naskah tembo dituliskan pada media tanduk kerbau dan tanduk kambing,” bebernya.

Hal ini berbeda dengan naskah karang mindu yang merupakan prosa berisikan ratapan kesedihan. Perbedaan dengan naskah tembo adalah naskah karang mindu ini dituliskan pada media bambu dan kertas lama.

Hobi Mendaki? Ini Dia 7 Puncak Tertinggi di Indonesia

Di beberapa naskah incung juga terkandung mantra-mantra di dalamnya. Mantra ini merupakan bagian penting dalam kehidupan religi masyarakat Kerinci. Mantra ini mengandung hal gaib, bertuah, dan keramat.

“Mantra ini digunakan untuk keperluan ritual, mengusir roh-roh jahat, pemujaan leluhur, pengobatan, dan untuk mendapatkan kekuatan gaib,” paparnya.

Melestarikan warisan

Kemendikbud telah menetapkan aksara incung sebagai warisan tak benda pada 17 Oktober 2014. Tetapi aksara ini terbilang sudah hampir punah di masyarakat. Hal ini karena sedikitnya masyarakat yang bisa membaca atau menuliskan aksara ini di media tulisan.

Aksara incung hampir punah juga karena peran pemerintah Belanda. Pada masa penjajahan, pemerintah Belanda melarang masyarakat untuk menggunakannya. Hal ini karena aksara incung digunakan sebagai alat persatuan.

“Mereka melarang masyarakat menggunakan aksara ini karena mereka tidak mengerti dan mengakibatkan sulitnya menjajah kekayaan alam kerinci,” tulis Iskandar Zakaria dan Deki Syaputra dalam buku Khazanah Aksara Incung.

Benarkah Suku ini Salah Satu Suku Tertua di Sumatera?

Beberapa upaya dilakukan pemerintah daerah untuk melestarikan kebudayaan mereka itu. Seperti pembuatan nama jalan atau kantor pemerintah menggunakan aksara incung. Pemerintah Kota Sungai Penuh pernah juga mengadakan lomba aksara incung.

“Ada juga beberapa anak muda yang membuka kelas belajar aksara Incung ini. Mereka membuka kelas belajar untuk masyarakat terkhusus anak muda,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini