Jemparingan, Si Olahraga Panahan yang Mulai Dilupakan Generasi Muda

Jemparingan, Si Olahraga Panahan yang Mulai Dilupakan Generasi Muda
info gambar utama

Apakah kawan GNFI tahu apa itu Jemparingan? Berdasarkan data yang diperoleh dari Kompas.com, jemparingan merupakan olahraga panahan yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan dikenal sebagai gaya Mataram Ngayogyakarta.

Awalnya, permainan jemparingan ini hanya dimainkan oleh keluarga kerajaan Mataram dan dijadikan perlombaan prajurit kerajaan. Uniknya, olahraga jemparingan ini mengartikan panahan sebagai suatu bentuk perasaan. Sehingga pemanah dapat dengan pasti megetahui arah panahnya harus mendarat di mana.

Layang-Layang, Permainan Tradisional Itu Masih Ada

Jemparingan Mulai Ditinggalkan

Di tengah majunya teknologi, olahraga ini mulai bisa dimainkan masyarakat umum. Biasanya akan diadakan perlombaan jemparingan yang diikuti oleh beberapa daerah di yogyakarta. Walaupun banyak kegiatan berkaitan tentang jemparingan, eksistensi jemparingan ini sedikit meredup.

Alasan utamanya karena generasi muda saat ini lebih memilih permainan di gadget daripada permainan tradisional seperti jemparingan ini. Padahal, olahraga tersebut sangat seru dan juga dapat melatih kelincahan. Anak-anak masa kini lebih memilih permainan di smartphone yang notabenya tidak membutuhkan energi untuk memainkannya. Hal ini berbeda dengan olahraga jemparingan yang membutuhkan gerakan seluruh tubuh, terutama pada bahu.

Alasan lainnya yaitu generasi muda saat ini umumnya memiliki rasa malas yang tinggi yang dipicu karena adanya smartphone yang memudahkan segala hal. Adanya kecanggihan teknologi membuat anak-anak ogah untuk berinteraksi dengan lainnya.

Olaraga jemparingan diciptakan untuk memupuk rasa kekeluargaan antar sesama pemainnya. Terkadang, dalam suatu perlombaan, jemparingan bertujuan untuk memperkenalkan kepada lainnya bagaimana budaya asal pemain kepada pemain lainnya. Sehingga para pemain jemparingan akan mengenal budaya-budaya baru yang ditemui saat perlombaan berlangsung.

Perepet Jengkol, Permainan Meningkatkan Kerjasama dan Keseimbangan

Cara Bermain Jemparingan

Apakah teman GNFI tahu bagaimana cara bermain jemparingan? Berbeda dengan panahan pada umumnya jemparingan ini dimainkan dengan cara duduk bersila menghadap wong-wongan. Teman GNFI tahu nggak, wong-wongan itu apa?

Wong-wongan sendiri merupakan sasaran yang digunakan dalam olahraga jemparingan ini. Saat anak panah mengenai sasaran yang tepat, maka lonceng yang terdapat pada wong-wongan akan berbunyi dan itu akan menambah keseruan dalam olahraga jemparingan ini.

Biasanya orang-orang akan sangat senang ketika lonceng wong-wongan berbunyi dan keasyikan dalam perlombaan jemparingan akan bertambah. Hal ini tentu akan berbeda dengan game smartphone yang bahkan jika kalah akan memicu emosi kepada anak-anak.

Tentunya itu bisa membuat ketidakstabilan mental dalam diri anak karena game. Anak juga harus dikenalkan pada olahraga tradisional sebagai bentuk dan upaya dalm melesarikan kebudayaan nenek moyang kita kawan. Benar bukan?

Apa kawan GNFI masih ragu untuk mengenalkan generasi muda dengan olahraga jemparingan ini? Lalu, kalau bukan generasi muda saat ini yang mempertahankan, siapa lagi?

Apakah akan para orang tua terus yang menjaga budaya? Tentu tidak bukan? Sebagai generasi muda yang baik, sebaiknya kita semua harus mempelajari kebudayaan dan memperkenalkannya kepada generasi selanjutnya agar dapat terus dilestarikan.

Seperti halnya dengan olahraga jemparingan ini, banyak dari anak milenial yang belum mengenalnya karena lebih asik dengan game yang ada di gadget. Apakah kawan GNFI mau generasi muda tidak mengenal budaya jemparingan ini?

10 Permainan Tradisional Asal Indonesia Yang Perlu Dicoba Untuk Anak-Anak

Olahraga jemparingan ini sangat seru loh, Kawan GNFI. Jangan hanya bersentuhan dengan teknologi saja. Sebagai warga negara yang bijaksana, cari tahu kebudayaan apa yang ada di sekitar kamu. Akan menjadi hal yang seru ketika kawan GNFI mampu belajar budaya dengan baik dan mengenalkan kepada generasi muda agar tidak dicuri oleh negara lain atau bahkan hilang kebudayaan tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini