Situs Lambanapu di Sumba Timur, Mengungkap Tapak Awal Leluhur Nusantara?

Situs Lambanapu di Sumba Timur, Mengungkap Tapak Awal Leluhur Nusantara?
info gambar utama

Situs Lambanapu terletak di Kelurahan Lambanapu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lokasi situs itu berjarak sekitar 10 meter dari Kota Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur.

Berdasarkan penelitian sejak 1990-an, para arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penggalian pada sebuah situs purba diperkirakan berusia 2.000 sampai 3.000 tahun silam.

Selama penelitian di situs tersebut, berbagai hal ditemukan seperti kerangka manusia, hewan, tempayan kubur atau wadah jenazah yang terbuat dari tanah liat. Karena itu muncul analisis bahwa situs Lambanapu adalah jejak leluhur orang Indonesia khususnya Sumba.

Ilmuwan Temukan Bukti Amputasi Tertua pada Manusia di Gua Kalimantan

“Atas dasar itu, jika daratan di situs Lambanapu sudah dihuni sejak 3.000 tahun yang lalu, besar kemungkinan bahwa penghuni awal daratan Lambanapu pada masa lalu hidup dekat pantai dan muara Sungai Kambaniru purba,” papar Retno Handini dan kawan-kawan dalam Situs Lambanapu: Diaspora Austronesia di Sumba Timur.

Penelitian pun dilanjutkan kembali pada tahun 1994, 2004, 2016 dan yang terakhir 2018. Setelah penelitian ini diumumkan pada 2019 lalu, sejumlah warga dari berbagai daerah berdatangan ke tempat ini untuk melihat langsung.

Puncaknya pada Desember 2019 lalu, situs budaya Lambanapu ini dijadikan sebagai Rumah Peradaban Sumba oleh pemerintah setempat. Sehingga bisa menjadi tempat melacak leluhur.

Proses ekskavasi

Retno yang melakukan penggalian sudah menemukan enam kotak. Dalam dua minggu saja, tim mendapatkan puluhan tempayan kubur dan belasan individu yang pernah ada sekitar 2.800 tahun lalu.

Dirinya bersama tim yang sudah memulai riset lapangan sejak 2016 itu mengatakan total temuan dari penggalian tersebut adalah 70 individu rangka yang sudah ditemukan dari puluhan temuan lainnya.

“Situs Lambanapu, Sumba Timur, merupakan situs terpenting di Indonesia karena peninggalan yang ada merupakan bukti pendudukan awal penutur Austronesia di Pulau Sumba. Berdasarkan pertanggalan awal setidaknya telah dihuni sejak 2.800 - 3.000 tahun lalu dan terus berlanjut dalam waktu yang belum diketahui,” tambahnya.

Petirtaan Ngawonggo dan Tradisi Warga Melestarikan Situs agar Bermanfaat Ekonomi

Dari data arkeologis tersebut, lanjutnya tergambar sebuah komunitas dengan populasi yang cukup banyak mengandalkan mata pencaharian berladang. Dikatakannya masyarakat tersebut sudah memiliki konsepsi kepercayaan.

Retno menjelaskan hal ini terlihat dari sistem penguburan yang bervariasi berupa penguburan dengan tempayan dan penguburan tanpa wadah. Kuburan itu menunjukkan stratifikasi sosial pada masyarakat.

Selain itu tidak semua yang ditemukan di Lambanapu Sumba Timur adalah dari ras Mongoloid, namun juga Australomelanesid. Hal ini jelas Retno menunjukkan adanya percampuran ras perkawinan.

“Artinya orang Sumba lahir dari percampuran antara Ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Berdasarkan morfologi, orang Sumba memiliki ciri perpaduan dari dua ras,” paparnya.

Destinasi wisata unggulan

Dinukil dari Media Indonesia, Retno berharap situs budaya di Kabupaten Sumba Timur ini dapat menjadi opensite atau museum lapangan sehingga bermanfaat untuk akademik maupun pariwisata.

Dengan begitu, masyarakat lokal di sekitarnya pun lebih sejahtera karena roda perekonomian bisa berputar. Retno menuturkan keberadaan situs ini menjadi sangat penting karena memiliki benang merah dengan situs-situs budaya lainya.

Meskipun demikian, pemerintah dinilai kurang memperhatikan keberadaan situs ini, baik dari segi promosi maupun infrastruktur. Bahkan rumah penyimpanan tulang dan kerangka manusia dibuatkan oleh yayasan yang berasal dari Jakarta.

Menguak Tabir Peradaban Masa Lalu dari Candi Buddha Terbesar di Jawa Timur

Dirinya berharap pemerintah bisa segera membantu mempromosikan tempat sejarah ini. Dia menilai bahwa, situs Lambanapu bisa menjadi salah satu destinasi arkeologi yang nantinya menarik untuk wisatawan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini