Kemegahan Benteng Portugis, Jejak Hubungan Bangsa Eropa di Bumi Kartini

Kemegahan Benteng Portugis, Jejak Hubungan Bangsa Eropa di Bumi Kartini
info gambar utama

Bangsa Portugis masih menyisakan banyak jejak sejarah di wilayah Indonesia, salah satunya di Jepara. Posisinya yang menjorok ke laut menjadikan Bumi Kartini begitu strategis dalam konteks perdagangan.

Dimuat dari Kompas, jejak sejarah Portugis masih mewujud dalam bangunan benteng bermeriam di atas bukit batu. Benteng itu terletak di tepi pantai Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara.

“Benteng ini merupakan hasil perjanjian kerja sama di bidang militer, antara Kerajaan Mataram Islam di bawah pimpinan Sultan Agung dan tentara Portugis,” ucap Karina Isna Irawan dalam Tanah Air: Jejak Portugis di Bumi Kartini.

Tenun Troso, Tenun Ikat Tradisional Kebanggaan Jepara

Disebutkan oleh Karina, benteng itu dibangun untuk menghalau Belanda yang saat itu mulai menduduki Jayakarta. Pada tahun 1619, Belanda melalui Perusahaan Dagang Hindia Timur (VOC) menaklukkan Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia.

Tetapi upaya mengusir Belanda gagal pada 1628-1629, karena itulah Sultan Agung meminta bantuan Portugis yang berkedudukan di Malaka. Dia memperkirakan Belanda akan kalah jika penyerangan laut dan darat dilakukan bersamaan.

Setelah benteng dibangun, berbagai jenis meriam dipasang di puncak bukit. Benteng pengintai pun dibangun di bagian bawahnya. Portugis kemudian membangun benteng di atas puncak bukit pada 1632.

“Kehadiran tentara Portugis hanya beberapa tahun. Semua prajurit kembali ke Selat Malaka karena markas mereka diserang Belanda,” tutur Puji Karyanto, pengelola Benteng Portugis.

Cerita turun temurun

Puji pun masih mengingat cerita orang tuanya mengenai kedatangan bangsa Portugis. Mereka tak sekadar menceritakan latar belakang kedatangan Portugis, tetapi juga kronologi peristiwa dan tahunnya.

“Para sesepuh mematenkan sejarah benteng agar pada masa depan tidak simpang siur,” ujar Puji.

Penyedap Rasa Limbah Kulit Udang dari Tim KKNT Jepara Undip, Alternatif Usaha Warga

Bangunan benteng itu tidak terlalu besar hanya berkisar 1-2 meter dari atas tanah dan mengelilingi lahan di puncak bukit seluas 1.300 meter persegi. Di area benteng, terdapat menara pengintai setinggi empat meter.

Setelah lama tidak terawat, pada 2011 silam benteng ini mulai dibuka untuk umum. Di area benteng, pengunjung bisa melihat diorama berbagai jenis meriam dan benteng pengintai. Mereka akan terbayang betapa lokasi penembakan meriam cukup strategis.

Kawasan bersejarah

M Khoirul Muhim, pengunjung asal Kecamatan Mayong, Jepara sengaja datang untuk membuktikan cerita orang tuanya. Menurutnya, Benteng Portugis terkenal di seantero daerah Jepara.

Sementara itu daerah Donorojo menjadi wilayah yang dikelola Belanda di sekitar Benteng Portugis. Dengan demikian, sampai saat ini tidak ada satu pun warga di sekitar benteng yang mempunyai tanah secara resmi.

“Semuanya peninggalan Belanda yang kemudian dikelola pemerintah provinsi,” katanya.

Mengulik Sejarah Jepara sebagai Pusat Seni Ukir Kelas Dunia

Meskipun dalam papan informasi tertulis cagar budaya situs Benteng Portugis dilindungi UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, masih ditemukan coretan tangan-tangan jahil. Sampah plastik dan guguran daun berserakan seperti tak dibersihkan.

“Bagi warga Donorojo, kehadiran bangsa Portugis dan selanjutnya Belanda adalah sejarah yang patut diketahui secara turun temurun,” ucap Karina.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini