Cerita Kamar Pangeran Diponegoro ketika Jadi Tahanan di Batavia

Cerita Kamar Pangeran Diponegoro ketika Jadi Tahanan di Batavia
info gambar utama

Pangeran Diponegoro pernah menjadi salah satu tahanan yang menerima fasilitas istimewa di lantai dua Gedung Balai Kota Batavia. Tempat yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta ini menjadi saksi perjuangan terakhir pangeran dari Jawa.

Tempat yang berada di wilayah Kota Tua Jakarta, Jakarta Barat ini masih berdiri megah. Dari jendela ruang itu, terlihat Kafe Batavia, Gedoeng Jasindo, Museum Wayang, dan Lapangan Balai Kota Batavia.

Ruang berukuran 6 meter x 10 meter itu menjadi salah satu ruang kurungan Sang Pangeran seusai ditangkap Belanda tahun 1830. Ketika itu, ruang tersebut adalah bagian dari Gedung Balai Kota (Stadhuis) Pemerintah Hindia Belanda.

Peringati Hari Pahlawan Nasional, Ingat 4 Pahlawan Berjasa Ini?

Peter Carey menyebut tidak seperti tahanan kolonial biasa yang pengap nan gelap, Pangeran Diponegoro mendapat perlakukan istimewa menempati kamar di lantai dua sayap berat gedung, tepat di atas ruang-ruang penjara bawah tanah, kamar pribadi kepala penjara.

“Jika ada tahanan negara dari papan atas, baik orang Eropa maupun pribumi, untuk sementara waktu kepala bui mengosongkan apartemennya dan pergi ke semacam asrama di belakang,” tutur sejarawan Inggris yang dimuat Kompas.

Menulis surat

Peter menyebut, Diponegoro ketika berada di balai kota ditempatkan di dua ruang berlangit-langit rendah. Tempat itu biasa dipakai untuk menahan orang Eropa atau tokoh penting pribumi.

“Rancangan ruangan itu terkesan sederhana. Desain jendela, misalnya, hanya berupa persegi panjang dengan kaca-kaca kotak yang diselingi bingkai kayu tanpa aksesori lain,” paparnya.

Walau hanya satu bulan, keberadaan Diponegoro di Balai Kota memberikan warna bagi perjalanan hidupnya. Pasalnya selama penahanan tersebut dirinya menulis surat kepada ibunya, Raden Ayu Mangkorowati serta putra sulungnya, Pangeran Diponegoro II.

Dibahas dalam Film Mencuri Raden Saleh, Begini Sejarah Lukisan Penangkapan Diponegoro

Selain Diponegoro, ada 19 orang mengikutinya di antaranya istrinya, Raden Ayu Retnoningsih, adik perempuannya, Raden Ayu Dipowiyono, beserta suami. Ketiga orang tersebut tinggal satu kamar dengannya.

Selain itu ada juga 16 orang pengikutnya seperti koki bernama Onggomerto. Dia adalah eyang buyut Sukarni atau Bung Karni yang menjadi tokoh pemuda yang ikut menawan Soekarno dan Mohammad Hatta di Rengasdengklok.

Kehadiran Diponegoro

Peter menyebut ingin warga Jakarta merasakan kehadiran fisik Pangeran Diponegoro. Karena itu dirinya menginisiasi ruang pamer kamar Diponegoro yang memamerkan koleksi-koleksi Sang Pangeran langsung di ruang yang pernah ditempati.

Sementara itu, dosen Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, M Nanda Widyarta menilai kamar Diponegoro berada di gedung dengan rancangan yang sederhana.

“Mungkin ini karena orang Belanda yang berpikir praktis,” ucap Nanda.

Jejak Senopati Pasukan Diponegoro yang Jadi Saudagar Tajir di Bandung

Nanda melanjutkan secara keseluruhan langgam arsitektur bangunan Balai Kota Batavia perpaduan neoklasik dengan gaya sebelumnya, yaitu gaya Baroque. Dirinya di sana hingga pengasingan berikutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini