Menong, Kerajinan Unik nan Cantik Khas Plered Purwakarta

Menong, Kerajinan Unik nan Cantik Khas Plered Purwakarta
info gambar utama

Ada yang pernah dengar atau tahu apa dan siapa itu menong? Jangan dikira Menong itu itu adalah sebutan untuk mojangnya Purwakarta, melainkan sebuah suvenir khas Purwakarta yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga serta teman tercinta.

Menong artinya itu adalah perempuan cantik. Berasal dari kata “Men” artinya manusia dan “Nong” yang berarti Cantik.

Karakteristik tubuhnya yaitu kulitnya yang kuning langsat, bibirnya kecil, beralis panjang, dan di kepalanya terdapat mahkota yang menyerupai siger atau mahkota khas pakaian adat lampung. Pakaiannya didominasi dengan warna hitam dan merah. Sesuai nama dan bentukannya, Menong Purwakarta sangat cantik, lucu, dan menggemaskan.

Menong ini salah satu suvenir khas Kecamatan Plered,” kata mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, dilansir dari laman Kompas.com (04/04/2017).

Plered merupakan daerah di Purwakarta penghasil kerajinan keramik yang luar biasa unik dan bagus. Sejak tahun 1904, Plered sudah dikenal sebagai pusat pembuatan gerabah dan keramik di Indonesia.

Jangan ditanya lagi, produk kerajinannya sudah sering diimpor ke berbagai negara di dunia, termasuk Eropa dan Asia. Menong merupakan ikon Kecamatan Plered. Selain itu, menong ini sudah resmi menjadi ikon Purwakarta.

Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Waduk Tertua di Indonesia

Asal-usul Menong

Menong sediri pertama kali dibuat pada tahun 1980 oleh pengrajin dari desa Anjun bernama Yanto. Setelah sebelumnya ia merantau ke Lampung dan ke beberapa daerah di Indonesia yang pada akhirnya ia pulang lagi ke Purwakarta.

Dari perjalanannya, ia menyimak ornamen pakaian adat yang ada di Lampung dan daerah-daerah yang pernah disinggahinya, serta mendalami karakteristik sosial budaya di Purwakarta.

Menariknya, pakaian dan aksesoris Menong terispirasi dari pakaian adat daerah-daerah di Indonesia, mahkota Menong terispirasi dari Sunger Lampung. Motif pakaiannya juga terinspirasi dari pakaian adat perempuan suku Dayak, Kalimantan bernama Sapei Inoq dan Ta’a.

Hiasan bunga kamboja terinspirasi dari bunga yang selalu disematkan pada telinga penari Pendet atau Legong Bali. Begitupula bunga Melati sebagai bunga nasonal Indonesia. Selain itu, ternyata rumbai-rumbai tali serat yang menyerupai rok pakaian tradisional dari Papua. Tak ayal, Menong sering disebut “Menong Nusantara”.

Di mana bisa mendapatkan Menong?

Foto : https://travel.kompas.com/
info gambar

Menong dapat diperoleh di tempat menjual suvenir. Misalnya dibeberapa toko di Plered atau Galeri Menong. Terdapat dua Galeri Menong, pertama yang berada di Jl. Veteran No.134 dan Galeri Menong 2 berlokasi di Jl. Raya RE Martadinata, yang tak jauh dari Taman Air Mancur Sri Baduga (Situ Buleud).

Harganya beragam, tergantung ukuran. Untuk menong cantik dijual perpaket dengan harga Rp.350.000,00, tapi ada yang dijual satuan dengan harga sekitar Rp. 100.000, 00.

Akan tetapi, menong ini biasanya dijual perpaket. Satu paketnya terdari dari tiga menong, yaitu menong ibu (tinggi 25 cm), dan kedua anak perempuannya yang berukuran besar (tinggi 16 cm) dan kecil (tinggi 12 cm).

Mengenal Sate Maranggi, Sate Terenak Asal Purwakarta

Filosofi di balik Menong

Foto : Ludwi Yusuf/ https://pasangmata.detik.com
info gambar

Dari sebuah penelitian Andini Putri dan rekan-rekannya, masyarakat Plered mempercayai bahwa karya seni keramik memiliki hubungan yang sangat erat dengan hidup matinya manusia. Keramik ini juga memiliki unsur pelekat, perangka, dan pelebur. Unsur ini juga dimiliki oleh manusia, pelekat pada manusia yaitu kulit dan daging, perangka pada manusia yaitu rongga, dan pelebur manusia yaitu nyawa.

Salah satu karya kriya masyarakat Plered adalah Menong. Menong dianggap sebagai suatu pegangan yang berasal dari modifikasi dari keramik kendi dan Menong dianggap memiliki simbol yang mencermintakan masyarakat Purwakarta.

Dalam perkembangannya, Menong dimodifikasi menjadi beberapa bentuk wajah. Dalam satu Menong yang di modifikasi, memiliki dua wajah di bagian depan dan belakang. Satu wajah memiliki kesan baik dan satunya lagi kesan jahat. Warnanya pun didominasi dengan warna hitam dan putih.

Layaknya manusia yang tidak hanya memiliki sifat baik saja, ataupun sifat jahat saja. Bahkan, dalam diri satu manusia bisa memiliki sifat bermacam-macam, itulah yang ingin dipotret menong,” tuturnya dilansir dari Kompas.com (04/04/2017).

Bagian mahkota Menong, terdapat simbol bunga melati yang dipercaya sebagai simbol putih dan suci. Bunga melati ini tidak dapat dipisahkan dari tradisi suku Sunda dan suku Jawa.

Pada bagian bawahnya terdapat lambang galuh pakuan yang sangat identik dengan sejarah Sunda dan untuk masyarakat Purwakarta sendiri konsep ini diadaptasi dengan istilah “Dangiang Galuh Pakuan” yang memiliki arti perasaan hati atau jiwa yang teguh dan konsisten terhadap kewibaan budaya Sunda.

Sembilan titik yang terdapat pada bagian mahkota mencerminkan sembilan langkah program kerja pemerintahan Kab. Purwakarta. Anting ikat yang menghiasi bagian kepala melambangkan persatuan dan kesatuan yang mengikat masyarakat Purwakarta.

Pada bagian depan dan belakang terdapat gapura yang diberi nama “Indung Rahayu” yang diartikan oleh masyarakat sebagai “ampunan” dan “Indung Rahayu” diartikan sebagai ibu. Jadi, gapura ini memiliki makna, dimana ibu ialah akar kemulian hidup.

Di bagian samping terdapat simbol Mahkota Binokasi, benda pustaka Jawa Barat. Bermakna sebagai perlambangan busana seseorang yang dimuliakan. Pada bagian bawahnya terdapat sepasang kujang kembar sahate, pustaka khas Sunda. Kujang kembar memiliki makna bahwa manusia hakikatnya memiliki kembaran dalam batinnya sendiri, yang membuat suasana hati identik dengan pola tindak manusia dalam realitas.

Menurut bapak Jujun Junaedi warna pada Menong melambangkan amarah, aluamah, supitah, mutmainah yang berarti segala nafsu yang menghasilkan konsentrasi menjadi manusia yang sempurna. Warna hitam dan putih melambangkan desain dan tata Kota Purwakarta.

Akan tetapi, pada menong Diyagda, hitam dan putih memiliki makna keseimbangan sifat baik dan buruknya manusia, yang terkadang manusia itu ceria ataupun mengalami ketakutan yang mendalam.

Aktivitas Wisata di Purwakarta, Dari Membuat Keramik Hingga Panjat Tebing di Gunung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DK
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini