Sampah Visual, Problem di Era Digital yang Makin Merajalela

Sampah Visual, Problem di Era Digital yang Makin Merajalela
info gambar utama

Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, penggunaan media sosial, platform online, dan aplikasi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun, di balik gemerlapnya dunia digital, ada masalah yang mungkin sering terabaikan; sampah visual.

Sampah visual, sebagaimana namanya, merujuk pada konten digital yang tidak diinginkan atau tidak relevan yang mengganggu pengalaman pengguna dalam menggunakan platform online atau aplikasi. Sampah visual bisa berupa iklan yang mengganggu, konten spam, atau gambar dan video yang tidak pantas. Sampah visual dapat ditemui di berbagai platform digital, mulai dari media sosial, website, hingga aplikasi perpesanan.

Salah satu bentuk sampah visual yang relatif sering dijumpai adalah iklan. Setiap pengguna internet hampir pasti pernah mengalami pengalaman mengunjungi sebuah website atau aplikasi hanya untuk dihadapkan dengan iklan yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah konten yang ingin diakses. Iklan-iklan yang menutup konten utama, membuat tidak nyaman pengguna, dan terkadang memicu rasa jengkel. Selain itu, iklan-iklan tersebut terkadang mengandung konten yang tidak pantas atau berisi informasi yang menyesatkan.

Begini Konsekuensi Jika Indonesia Punya Nuklir
Ilustrasi peralatan
info gambar

Bentuk Sampah Digital

Selain iklan yang mengganggu, spam juga menjadi masalah serius di dunia digital. Pengguna sering menerima pesan-pesan spam yang tidak diinginkan melalui e-mail, pesan instan, atau media sosial. Pesan-pesan spam ini seringkali berisi penawaran produk atau layanan yang tidak relevan atau bahkan penipuan. Spam yang berlebihan dapat mengganggu pengguna dan membanjiri kotak masuk mereka, sehingga membuang waktu dan energi untuk membersihkannya.

Selanjutnya, konten yang tidak pantas atau tidak senonoh juga menjadi bentuk sampah visual yang meresahkan. Meskipun ada aturan dan kebijakan yang mengatur konten di platform digital, tetap saja ada konten yang bisa dianggap tidak pantas atau tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial atau moral. Gambar atau video yang mengandung kekerasan, pornografi, atau pelecehan dapat mengganggu pengalaman pengguna dan membuat mereka tidak nyaman.

Sampah visual juga dapat mempengaruhi kesehatan mental pengguna. Konten yang tidak relevan atau mengganggu dapat menyebabkan pengguna merasa kewalahan, stres, atau bahkan cemas. Selain itu, terpapar konten negatif atau tidak pantas secara berlebihan juga dapat mempengaruhi persepsi pengguna tentang dunia nyata dan membentuk pola pikir yang tidak sehat.

Canggih! Perusahaan Ini Gunakan Direktur Berbasis AI Pertama di Indonesia

Bentuk Penanganan Masalah Sampah Visual

Untuk mengatasi masalah sampah visual, beberapa upaya telah dilakukan. Banyak platform digital telah mengimplementasikan algoritma yang bertujuan untuk memfilter konten yang tidak relevan atau tidak diinginkan. Selain itu, pengguna juga dapat menggunakan pengaturan privasi atau fitur blokir untuk mengurangi jumlah sampah visual yang mereka terima. Namun, meskipun upaya tersebut sudah dilakukan, sampah visual masih menjadi masalah yang persisten di dunia digital.

Selain upaya teknis, edukasi kepada pengguna juga penting dalam mengatasi sampah visual. Pengguna perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menghadapi dan menghindari sampah visual, serta bagaimana melaporkan konten yang melanggar aturan atau tidak pantas kepada pihak yang berwenang. Pendidikan tentang literasi digital juga penting untuk membantu pengguna mengembangkan kemampuan kritis dalam mengenali konten yang tidak terpercaya atau mengandung sampah visual.

Selain itu, perlu adanya peran aktif dari pihak platform digital dan pengiklan untuk menghadapi masalah sampah visual. Pengiklan harus mengikuti aturan dan pedoman dalam membuat iklan yang relevan dan tidak mengganggu pengalaman pengguna. Platform digital juga perlu meningkatkan upaya mereka dalam memfilter konten yang tidak relevan atau tidak diinginkan, serta memberikan mekanisme yang efektif untuk melaporkan konten yang melanggar aturan.

Tanggung Jawab Kolektif

Ilustrasi pegiat digital
info gambar

Selanjutnya, pengguna juga bisa berperan aktif dalam mengurangi sampah visual dengan mengurangi konsumsi konten yang tidak bermutu atau tidak relevan, dan berpartisipasi dalam kampanye untuk memperbaiki ekosistem digital dengan melaporkan konten yang melanggar aturan atau tidak pantas kepada pihak yang berwenang.

Oleh karena itu, merespon masalah sampah visual, memerlukan upaya bersama dari semua pihak yang terlibat, termasuk pengguna, platform digital, pengiklan, serta pihak yang berwenang. Sampah visual bukan hanya sekadar gangguan dalam pengalaman pengguna, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, persepsi pengguna tentang dunia nyata, dan kepercayaan pada platform digital.

Cuaca Amat Panas Belakangan Ini, Apa Penyebabnya?

Sebagai pengguna yang bijaksana, kita perlu menjadi lebih sadar akan dampak sampah visual dan berperan aktif dalam mengatasi masalah ini. Pengguna harus belajar untuk mengenali konten yang relevan dan berkualitas, serta melaporkan konten yang melanggar aturan atau tidak pantas.

Platform digital juga harus meningkatkan upaya mereka dalam menghadapi masalah sampah visual, baik melalui pembaruan teknis, edukasi pengguna, maupun penegakan aturan yang ketat. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih bersih, relevan, dan berkualitas untuk pengalaman pengguna yang lebih baik di dunia digital yang terus berkembang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WT
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini