Mengenang Sejarah Condet di Jakarta Timur

Mengenang Sejarah Condet di Jakarta Timur
info gambar utama

Apa yang Kawan pikirkan tentang Condet? Mungkin Kawan mengetahui bahwa Condet memiliki perkampungan Arab atau pertokoan minyak wangi yang tersebar di sepanjang jalannya. Terlepas dari nama yang melekat dalam Condet, Kawan juga perlu tahu tentang sejarahnya.

Diketahui, Condet juga wilayah yang penting bagi kelangsungan di Jakarta, loh. Lalu, seperti apa sejarah Condet?

Sejarah Condet

Masjid Condet
info gambar

Mungkin Kawan berpikir, "Mengapa harus nama Condet?" Sebenarnya asal-usul nama Condet berasal dari sebuah anak sungai Ciliwung, Ci Ondet. Yap, nama tersebut sempat disorot oleh Abraham van Riebeeck. Kala itu, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal VOC di Batavia.

Saat itu, ia melakukan perjalanan dengan menyusuri anak sungai Ciliwung, yakni sungai Ci Ondet.

"Over mijin lant Paroeng Combale, Ratudjaja, Depok, Sringsing naar het hooft van de spruijt Tsji Ondet..." (De Haan 1911:320).

Lalu, sumber kedua terdapat pada surat wasian Pangeran Purbaya dari Banten. Beliau membuat surat wasian tersebut sebelum berangkat ke pembuangan di Nagapatman. Dalam surat wasiat tersebut, Pangeran Purbaya memberikan beberapa rumah dan sejumlah kerbau di Condet kepada anak-anak dan istrinya yang ditinggalkan.

Lalu, nama Condet juga tersorot pada resolusi pimpinan kompeni di Batavia pada 8 Juni 1753. Isi resolusi tersebut adalah keputusan tentang penjualan tanah di Condet seluas 816 morgen atau 52,530 ha. Ia menjual tersebut kepada Frederik Williem Freijer.

Baca juga: Riwayat Salak Condet, Buah Asli Jakarta yang Semakin Langka

Siswa Sering Menyontek di Condet

Asal-usul nama Condet lainnya berasal dalam bahasa Betawi, yakni "contek". Hal ini dikarenakan kegiatan menyontek menjadi kebiasaa bagi para siswa. Meskipun begitu, hal ini tidak bisa sepenuhnya benar. Sebab, ada beberapa sumber yang mengatakan hal lain.

Dulunya Kebun Buah

Condet tempo dulu bukanlah seperti yang sekarang. Zaman dulu, Condet dikenal dengan kebun buah, seperti duku dan salak. Tentunya, potensi tinggi tersebut menjadi bahan ekspor ke daerah-daerah lain. Bahkan, terdapat tugu salak dan elang bondol di Condet.

Cagar Budaya Betawi

Dilansir dari narasisejarah.id, pemerintah DKI Jakarta memilih Condet sebagai Cagar Budaya Betawi. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, seperti faktor alam, budaya, sejarah, dan geografis. Penetapan tersebut dilakukan semasa Gubernur Ali Sadikin.

Nah, penetapan tersebut berdasarkan instruksi Gubernur DKI Jakarta No. DIV-116/d/11/1976. Meskipun begitu, cagar budaya tersebut tidak bertahan lama karena proporsi penduduk Betawi menjadi berkurang karena kedatangan dari kaum pendatang.

Namun, Kawan bisa melihat beberapa rumah tradisional bernuansa Betawi. Masjid dengan konsep lokal. Lalu, ada beberapa fasilitas umum yang berguna bagi masyarakat.

Baca juga: Sejarah Singkat Soal Ciracas, Jakarta Timur

Banyaknya Kaum Pendatang

Mungkin, Kawan sudah jarang melihat orang-orang Betawi di Condet daripada kaum pendatang. Diketahui, kaum pendatang di Condet berasal dari Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Makasar, dan etnis Arab.

Mungkin, Kawan menemukan banyaknya warga beretnis Arab yang tinggal di Condet. Menurut Alwi Shahab yang dilansir dari narasisejarah.id, pada 1950an, sekitar 95% penduduk Pekojan di Jakarta Barat yang memang berketurunan Arab pada pindah ke area Condet. Hal itulah Kawan mungkin pernah mendengar seseorang yang berbicara bahasa Arab atau restoran bernuansa Arab.

Itulah beberapa informasi seputar sejarah Condet. Pastinya Condet menjadi daerah yang mampu menarik perhatian warga Betawi dan pendatang. Apakah Kawan pernah menyusuri daerah Condet?

Referensi: narasisejarah.id | konteks.co.id | wikipedia.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini