Sebab-Sebab Kualitas Udara di Jakarta Memburuk

Sebab-Sebab Kualitas Udara di Jakarta Memburuk
info gambar utama

Diwartakan dari bbc.com, dalam dua pekan terakhir, Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir. Kondisi ini membuat para aktivis lingkungan dan warga khawatir nantinya kualitas udara di Jakarta akan secara perlahan semakin parah. Lantas, mengapa indeks kualitas udara di Jakarta bisa memburuk?

Mengenal Indeks Kualitas Udara

Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) adalah sebuah metrik yang digunakan untuk mengukur kualitas udara di suatu lokasi dalam skala tertentu. Dilansir dari iqair.com, AQI menggabungkan beberapa parameter polutan udara yang umumnya diukur, seperti partikel PM2.5, partikel PM10, ozon, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida.

AQI memberikan penilaian tentang seberapa baik atau buruk kualitas udara berdasarkan tingkat polutan yang terdeteksi. Biasanya, AQI memiliki skala angka atau kategori yang mengindikasikan tingkat risiko atau dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh polutan udara tersebut.

Skala AQI dapat bervariasi antara negara atau lembaga yang mengeluarkannya, tetapi umumnya terdapat kategori seperti "Baik," "Sedang," "Tidak Sehat," "Sangat Tidak Sehat," dan "Berbahaya."

Baca juga: Bahaya Polusi Udara Bisa Kurangi Angka Harapan Hidup Manusia Dua Tahun

Setiap kategori AQI memiliki rentang angka tertentu yang menggambarkan tingkat konsentrasi polutan. Misalnya, rentang angka untuk kategori "Baik" mungkin berbeda dengan rentang angka untuk kategori "Tidak Sehat." Pengukuran polutan yang dilakukan secara terus-menerus memungkinkan perhitungan AQI yang diperbarui secara real-time.

Polusi Udara | Foto: Metro.sindonews
info gambar

Sebab Utama Polusi Udara di Jakarta

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan memburuknya indeks kualitas udara:

Polusi Udara

Emisi dari kendaraan bermotor, industri, pembakaran bahan bakar fosil, pembangkit listrik, dan aktivitas manusia lainnya dapat melepaskan berbagai polutan ke udara. Partikel-partikel kecil seperti PM2.5 dan PM10, gas-gas seperti nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), dan karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan penurunan kualitas udara jika konsentrasinya tinggi.

Pembakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan atau lahan yang terjadi secara alami atau disengaja juga dapat menghasilkan asap dan partikel-partikel yang mencemari udara. Kejadian ini sering terjadi di daerah yang memiliki musim kering atau di mana praktik pembakaran hutan digunakan untuk membersihkan lahan pertanian.

Baca juga: Kendaraan Listrik: Solusi Atas Polusi?

Cuaca dan Pola Angin

Cuaca juga dapat mempengaruhi kualitas udara. Pola angin yang buruk dapat menyebabkan penumpukan polutan di suatu daerah, terutama di lembah atau area yang terkekang. Faktor cuaca seperti inversi termal, di mana lapisan udara hangat bertahan di atas lapisan dingin, dapat menyebabkan penahanan polutan di permukaan tanah dan memperburuk kualitas udara.

Faktor-faktor tersebut tidak hanya berlaku di Jakarta saja, melainkan juga di Indonesia. Tanpa diragukan lagi, sebagian besar polusi udara di Indonesia berasal dari kebakaran hutan.

Dilansir dari iqair.com, pada bulan Oktober 2015, hampir 5.000 kebakaran terjadi secara bersamaan di hutan dan lahan gambut. Dalam satu hari saja, sekitar 80 juta metrik ton karbon dioksida (CO2) diproduksi. Jumlah ini lima kali lebih banyak daripada seluruh ekonomi Amerika Serikat. Polusi lainnya dihasilkan oleh sektor transportasi dan produksi energi.

Emisi dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara secara cepat meningkat di sisi barat Jawa. Saat ini terdapat tujuh pembangkit listrik dalam radius 100 kilometer dari Jakarta dan ada rencana untuk membangun lima pembangkit lagi guna memenuhi permintaan listrik yang semakin meningkat. Hal ini setara dengan menambahkan 10 juta mobil lagi ke jaringan jalan.

Kualitas udara yang sangat buruk di Jakarta disebabkan oleh pembangkit listrik tersebut, serta emisi transportasi, emisi rumah tangga, industri konstruksi, debu jalan, dan pembakaran hutan dan lahan pertanian yang tidak terkendali. Semua ini terjadi setiap hari dan mempengaruhi kehidupan 25 juta penduduknya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini