Populasi Capung di Jabodetabek Menurun, Apa Penyebabnya?

Populasi Capung di Jabodetabek Menurun, Apa Penyebabnya?
info gambar utama

Capung mempunyai peran penting dalam ekosistem, sebagai indikator lingkungan yang baik dan musuh alami hama tanaman. Tetapi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa jenis capung di Jabodetabek kian menurun.

Dimuat dari Mongabay Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan Narti Fitriana menyebutkan bahwa keanekaragaman jenis capung di Tangerang Selatan ada 15 jenis dan 279 individu.

Si Jagoan Mungil Penjaga Air Untuk Manusia

Berbeda dengan di Buperta Cibubur (9 jenis), Situ Gintung (6 jenis) dan Kebun Raya Bogor (10 jenis). Sementara itu, di taman kota seperti Taman Mini Indonesia hanya 5 jenis dengan 116 individu dan Ragunan hanya 4 jenis.

“Tingginya nilai oksigen terlarut di Situ Pamulang menjadi salah satu penyebab banyaknya jenis capung terdapat di perairan ini,” ujar Narti.

Alasan capung menurun

Capung/Flickr
info gambar

Hal ini berbeda dengan Jakarta dan kota-kota penyangganya yang memiliki tekanan dari alih fungsi lahan yang menyebabkan potensi keanekaragaman hayatinya semakin menurun. Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Patty.

Dirinya menyebutkan minimnya keanekaragaman jenis capung di wilayah ini disebabkan perluasan areal pemukiman, penyusutan air danau dan perluasan kawasan wisata di Situ Gintung yang menyebabkan keanekaragaman vegetasi berkurang.

Indonesia Dragonfly Society, Penjaga Capung Indonesia agar Lestari

Dinukil dari Bale Bengong, di Jakarta saat ini jalur hijau hanya terdapat 1.170 titik dengan luas 186 hektare dan tepian air sebanyak 144 titik seluas 50,83 hektare. Ruang terbuka hijau (RTH) hutan kota di DKI Jakarta di 59 lokasi dengan luas 644,48 hektare.

“Seiring kian hilangnya lahan terbuka, capung pun hilang. Lahan terbuka biasanya dihuni capung karena terdapat sistem perairan yang masih relatif baik,” tulis Fadlik Al-Iman.

Mengembalikan capung?

Capung/Flickr
info gambar

Ahmad Baihaqi, mahasiswa yang konsen di biodiversity taman kota menyatakan kota harus diisi dengan kegiatan positif, dieksplorasi manfaat dan kegunaannya, didata kembali, mengingat lahan hijau peruntukannya mungkin sudah berbeda.

Sementara itu Wahyu Sigit dari Indonesia Dragonfly Society (IDS) menyatakan adanya hubungan antara polusi dan capung. Menurutnya ada tiga polusi yang mempengaruhi tersingkirnya capung, yaitu polusi udara, suara, serta pencemaran air.

“Capung bisa menjadi indikator iklim. Karena itu adaptasi atau mitigasi terhadap perubahan iklim seperti memperbanyak RTH juga bisa mengembalikan populasi capung,” katanya.

Capung Menghilang, Tanda Kerusakan Alam?

Karena itu Tatang Mitra Setia, dosen biologi Universitas Nasional menganjurkan agar masyarakat menanam pohon, buah, bunga agar memancing hewan-hewan datang. Saat ini dirinya dan rekan-rekannya menggagas Taman Soe Hok Gie yang merupakan taman air.

“Pembangunan taman kota ini diharapkan bisa mengembalikan habitat dan ekosistem, termasuk capung,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini