Wajah-Wajah Istimewa: Belajar dari Buddha, Yesus sampai Muhammad

Wajah-Wajah Istimewa: Belajar dari Buddha, Yesus sampai Muhammad
info gambar utama

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” – Yesus Kristus

Dari ratusan tahun perjalanan manusia membuat peradaban, tak lengkap rasanya jika tidak membahas wajah-wajah istimewa yang dianggap sebagai perantara Tuhan di muka bumi. Wajah-wajah istimewa itu menghiasi peradaban sehingga peradaban bisa disebut sebagai peradaban. Peran mereka pun jika diurutkan sesuai runtutan sejarah maka sangat terasa penting dan mempengaruhi banyak aspek.

Dari wajah-wajah istimewa tersebut kita bisa mengambil beberapa yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan peradaban manusia dari Budha, Yesus sampai Muhammad. Buddha sendiri adalah nafas yang dibawa oleh seorang bernama Sidharta Gautama.

Menurut Dion P. Sihotang dalam buku Guru Agung Buddha Gautama (2012), Siddharta merupakan putra raja dan disebut sebagai Pangeran. Namun sejak kelahirannya, ia sudah diprediksi sebagai orang yang tidak memiliki ambisi duniawi.

Benar saja, prediksi tersebut berjalan mulus. Kekhawatiran ayah Sidharta menjadi kenyataan karena Sidharta di usianya yang ke-29, ia pergi untuk suatu pertapaan yang panjang. Hal ini didorong dengan spiritnya untuk melawan konsep hidup yang mewah, tujuannya adalah pembebasan diri manusia dari batas-batas waktu dalam kehidupan dan membangun spiritualitas dengan tingkat yang tinggi.

Dari hasil pertapaannya tersebut, ia mendapat kesimpulan bahwa manusia tidak bisa melampaui batas-batas dengan menyiksa diri dalam kesusahan maupun hidup foya-foya. Disitulah ia menemukan jalan tengah dimana ia merumuskan tentang sebab akibat dari penderitaan manusia dan makna filosofis dari hal itu.

Dari Situlah Buddhisme yang berasal dari “Buddhi” atau kebaikan terbentuk. Buddha merupakan jalan tengah dimana kehidupan harus berjalan dengan bijaksana dan imbang, dalam hal ini manusia harus memiliki sisi belas kasih hingga semangat.

Ungguli AS-China, PMI Manufaktur Indonesia Tertinggi dalam 1,5 Tahun Terakhir

Berlanjut ke Yesus Kristus yang berasal dari Nazareth, ia merupakan sosok yang dicintai sekaligus dibenci dan dipuji sekaligus dicaci. Yesus sebagai manusia juga merupakan bentuk ekstrem dari pencarian akan kebaikan yang dicari oleh Sidharta Gautama. Jika pada titik akhir pertapaan Sidharta ia menemukan kebijaksanaan dimana manusia memiliki dua sisi, maka Yesus mengambil langkah yang totalitas di sisi kebaikan.

Dengan wajah istimewa, Yesus kristus juga membaktikan diri untuk orang banyak. Yesus juga menekankan ajaran cinta kasih, bukan tanpa alasan, jalan Yesus untuk terus mengasihi adalah jalan yang sangat sistematis.

Bagaimana bisa? itulah Golden Rule dari kehidupan. Dengan kita mengasihi maka potensi kita mendapat perlakuan yang buruk akan berkurang. Jadi bisa dikatakan bahwa puncak dari teori etika adalah cinta kasih. Itu hanya salah satu keistimewaan Yesus dari sekian banyak hal istimewa yang ada di dirinya.

Terakhir adalah Muhammad, kita bisa membahas Muhammad dari beragam sisi, namun kali ini sepertinya kita bahas ia lewat sisi kemanusiaan sejati dan materialisme kehidupan.

Tahukah kamu bahwa Muhammad sebenarnya adalah sosok kaya raya? Ya, ia adalah penggerak dari korporasi perdagangan milik istrinya yaitu Khadijah. Hasil dari situ sangatlah banyak karena Muhammad dikenal sebagai orang yang jujur sampai diberi gelar Al-Amin, dari situlah bisnisnya dengan Khadijah menjadi maju karena mendapat banyak kepercayaan.

Lantas dengan begitu Muhammad kaya? tidak, harta dari kekayaannya tersebut ia manfaatkan untuk kemaslahatan sosial. Membantu modal pedagang baru sampai mendirikan fasilitas yang dapat dimanfaatkan bersama. Muhammad sendiri lebih memilih hidup dengan tiga helai pakaian di rumah yang sederhana.

Benarkah Nikuba Dikontrak Ferrari dan Lamborghini? Ini Faktanya

Sebagai manusia dengan wajah istimewa, pada persoalan keseimbangan nilai hidup, Muhammad memiliki prinsip yang mirip dengan Sidharta. Jikalau Yesus memberi pipi kanan saat pipi kiri ditampar, Muhammad memiliki jalan tengah dimana kita berhak membalas kekejaman dan cacian., namun tidak membalas adalah suatu kemuliaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini