Sosok Sunan Prapen, Ulama Penjaga Tahta Kesunanan Giri Kedaton

Sosok Sunan Prapen, Ulama Penjaga Tahta Kesunanan Giri Kedaton
info gambar utama

Di daerah Giri Kedaton, kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang pemimpin agama. Tempat itu sejak abad ke 15, telah digunakan oleh para ulama untuk menuntut ilmu dan menyebarkan ajaran agama Islam.

Giri Kedaton pun adalah sebuah negara merdeka yang tidak pernah merasa ada di bawah kekuasaan Demak. Baik dalam tutur Demak maupun Giri tak pernah disebutkan adanya pendudukan atas Giri.

Sunan Giri, Sosok 'Paus Islam' yang Mengesahkan Sultan di Tanah Jawa

Pada masa kejayaannya, Giri Kedaton dipimpin dalam waktu yang sangat lama oleh Sunan Prapen atau dikenal dengan nama Sunan Mas Ratu Pratikal. Dirinya diangkat pada 1548, menggantikan adiknya Sunan Seda-ing-Margi yang meninggal di dalam sebuah perjalanan.

“Sunan Prapen adalah pemimpin agama di Giri. Selama pemerintahannya yang panjang sekali (dari tahun 1548 sampai kira-kira tahun 1605) dia banyak berjasa membentuk dan memperluas kekuasaan kerajaan imam Islam, baik di Jawa Timur dan Jawa Tengah maupun di sepanjang pantai pulau-pulau Nusantara Timur,” kata H.J De Graaf dan TH Pigeaud yang dimuat Historia.

Sosok Sunan Prapen

Sunan Prapen diketahui adalah cucu dari Sunan Giri yang merupakan salah satu anggota Wali Solo. Pada masa pemerintahannya, Giri Kedaton mengalami kejayaan sebagai pusat peradaban Islam, ekonomi, dan politik.

Baginda Ali pada Awal Mula Muslim di Bali Kampung Loloan Jembrana Sebuah Entitas Kuno menyebutkan sosok Sunan Prapen yang menjadikan Giri sebagai tempat penyebaran Islam ke wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Bali dan Nusa Tenggara.

Misteri Situs Kedungboto, Batu Berundak yang Pernah Jadi Petilasan Wali Songo

Walau tidak dijelaskan kapan Sunan Prapen melakukan dakwah Islam ke Bali dan Nusa Tenggara. Tetapi David D Harnish menyebut Sunan Prapen pernah melakukan perjalanan ke Bali dan Lombok dalam misi penyebaran Islam.

“Sunan Prapen asal Gresik memang menyiarkan Islam ke Buleleng, sebelum akhirnya melanjutkan ke wilayah Lombok. Dia membangun Mushola di Buleleng untuk memfasilitasi para pedagang Muslim yang datang ke Buleleng,” ucapnya dalam pada Between Harmony and Discrimination: Negotiating Religious Identities within Majority Minority Relationship in Bali and Lombok.

Tempat berlindung

Pada 1549, Sunan Prapen juga membuat simbol kebebasan dari Demak dengan membangun kedaton baru di Giri. Baginya kedaton lama yang dibangun Sunan Giri tak menunjukkan kekuasaan dan kejayaan para pemimpin agama di Giri.

“Menjadi bukti bahwa seorang pemimpin agama ingin disejajarkan dengan raja-raja yang merdeka,” ucap de Graaf.

Selain itu, Sunan Prapen juga memusatkan usahanya untuk memperluas kekuasaan rohani. Tetapi dirinya tak mau terlalu mencampuri urusan politik penguasa-penguasa di pedalaman Jawa Tengah, seperti Pajang hingga Mataram Islam.

Filosofi Mengaji dan Berdagang yang Bawa Kota Kudus Raih Kemakmuran

Sunan Prapen pun dianggap sebagai seorang alim yang bijak, seperti menjadi pendamai antara pasukan Mataram Islam dan pasukan Surabaya yang bertempur pada 1589. Kedaton Giri juga dijadikan tempat bagi raja-raja yang ingin berlindung.

“Menjelang akhir hidupnya yang panjang itu, Sunan Prapen menyatakan keinginan menghormati kakeknya, Prabu Satmata, pendiri dinasti pemimpin-pemimpin rohani di Giri. Ia telah memberi perintah untuk membuat cungkup di atas makam kakeknya. Rupanya, dia menyadari bahwa kekuasaannya di Jawa Timur terletak atas dasar rohani yang kukuh, yang telah diletakkan oleh seorang ulama, yakni kakeknya itu,” tulis De Graaf.

Referensi:

  • Historia. Hikayat Sunan Prapen. https://historia.id/amp/agama/articles/hikayat-sunan-prapen-DnML7

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini