Filosofi Mengaji dan Berdagang yang Bawa Kota Kudus Raih Kemakmuran

Filosofi Mengaji dan Berdagang yang Bawa Kota Kudus Raih Kemakmuran
info gambar utama

Kudus, Jawa Tengah terkenal sebagai daerah penyebaran agama Islam pada periode awal. Salah satu tokohnya adalah Sunan Kudus yang tidak hanya mengajarkan agama Islam tetapi sebuah filosofi bernama Gusjigang.

Dinukil dari Kompas, Gusjigang diambil dari kata gus yang berarti bagus, ji yang berarti mengaji dan gang yang berarti berdagang. Dengan filosofi tersebut masyarakat Kudus menjadi orang yang tekun mengaji dan mau berdagang.

Hal ini bisa terlihat dari tata laku warga sekitar masjid yang dikenal dengan Kudus Kulon. Masyarakat di sana terkenal sangat agamis tetapi juga pintar untuk berdagang. Kudus Kulon menjadi embrio perkembangan kota Kudus.

Air Tiga Rasa, Mata Air Keramat di Kaki Gunung Muria yang Punya Rasa Unik

Wilayah ini kini meliputi Desa Kuaman, Kerjasan, Langgar Dalem, Demangan, Sunggingan, dan Kajeksan. Desa-desa itu mengitari Masjid Kudus sebagai episentrum sosial, ekonomi, budaya sekaligus keagamaan.

“Sekitar masjid bukan hanya menjadi pusat kegiatan agama, di sana menjadi pasar bertemunya pedagang dan pembeli,” tulis Hendriyo Widi dan M Burhanuddin dalam Tanah Air: Gusjigang Sunan Kudus Melintas Zaman.

Metamorfosis kota lama

Prof Eko Budiharjo dalam makalah berjudul Arsitektur dalam Perubahan Kebudayaan Studi Kasus Arsitektur Rumah Tradisional Kudus menyebut permukiman dan kehidupan sosial ekonomi mengalami perubahan dari masa ke masa.

Misalnya pada zaman Hindu-Buddha, rumah penduduk terbuat dari bambu dan kayu. Sedangkan pada zaman perkembangan Islam, Sunan Kudus mulai menata kota tua Kudus yang berpusat pada masjid.

Ekonomi kota mulai menggeliat dengan dibukanya perdagangan lintas negara. Pada masa Mataram Islam, permukiman di kota tua sudah banyak berubah menjadi joglo. Ketika datang Belanda, rumah-rumah itu mendapat sentuhan Eropa.

">Lentog Tanjung khas Kudus yang Gurih-Gurih Sedap

“Tingkat keuangan masyarakat cukup tinggi sehingga mereka mampu membangun rumah yang bagus. Tembok-tembok tinggi menjadi ciri khas rumah para pengusaha besar. Pembangunan tembok itu bertujuan untuk melindungi keamanan barang dan menyimpan rahasia perusahaan,” kata Denny Nurhakim, staf dokumentasi dan publikasi Yayasan Menara, Masjid, dan Makam Sunan Kudus.

Pada era kejayaan Kretek, abad ke 19, Kota Kudus banyak dibangun gedung dan pabrik. Selain kretek, UMKM dan pertanian Kudus, juga mengalami kejayaan seperti beras, kopi, gula pasir, dan gula jawa.

Jejak tersisa

Tetapi satu abad kemudian, tepatnya di tahun 1970-an hingga tahun 2000-an, kejayaan ekonomi Kudus semakin surut. Tetapi sejumlah pengusaha dan pedagang kecil berupaya bertahan di tengah gempuran ekonomi.

Namun semangat gusjigang pun sudah semakin bergeser. Banyak pedagang yang lebih mengedepankan keuntungan ekonomi agar dapur tetap mengebul. Bahkan ada yang percaya bahwa bekerja merupakan suatu ibadah walau tanpa melakukan ritual agama.

“Dulu masyarakat Kudus tidak senang jika dijodohkan dengan pegawai negeri sipil karena pendapatan sedikit, tapi sekarang mereka justru lebih memilih pegawai negeri dan bahkan menekuni profesi itu,” katanya.

Ampyang Maulid, Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang Bersejarah dan Penuh Makna

Kini jejak-jejak kejayaan itu masih tersisa di gang-gang sempit yang hanya cukup untuk jalan dua orang dewasa. Dari balik tembok itu berdiri aneka rumah berarsitektur Jawa yaitu rumah adat Kudus atau gebyok, dan bergaya Belanda.

Mbah Aslamah, perempuan pemilik gebyok usia puluhan tahun dan warga Kampung Langgardalem mengatakan warga Kota Lama Kudus banyak yang membuka konveksi dan bordir rumahan.

“Sejak 15 tahun lalu, usaha konveksi terhenti karena pembeli sedikit. Barang-barang kami kalah dengan tempat-tempat usaha besar yang menggunakan mesin yang lebih bagus,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini