Mitos Jimat dan Doa sebagai Penangkal Bencana Warga Lereng Merapi

Mitos Jimat dan Doa sebagai Penangkal Bencana Warga Lereng Merapi
info gambar utama

Masyarakat dekat lereng Gunung Merapi memiliki tradisi khusus agar terhindar dari bencana. Misalnya mereka akan memang dua lembar janur terikat memililit di antara ventilasi pintu rumah.

Sementara itu di antara rongga kusen, akan ditempatkan tiga gelas, berisi kopi, teh, dan air bening dengan bunga terendam di dalam. Bagi masyarakat sekitar hal ini disebut uba rampe atau perlengkapan untuk menyambut hajatan besar Gunung Merapi.

5 Tempat Wisata Dekat Gunung Merapi Terbaru

“Merapi akan punya hajat, sekarang saatnya kami menyiapkan jimat,” ujar Marsono, warga Dusun Grogolan Atas, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang dimuat Kompas.

Marsono menyatakan janur dan berbagai minuman adalah komponen yang erat menjadi penanda hajatan di masyarakat Jawa. Sementara itu, masyarakat sengaja menyiapkan hal itu untuk hajatan besar gunung Merapi.

“Erupsi yang hingga kini belum diketahui kapan akan terjadi,” jelasnya.

Penangkal bencana

Marsono menyebut jimat yang dimaksud adalah semacam penangkal bala. Pengetahuan ini didapatnya dari Jaryanto yang merupakan kerabatnya. Dikatakan oleh Marsono ada bahan alam yang digunakan untuk berbagai ritual memohon keselamatan.

“Tidak ada tujuan lain. Kami hanya memohonkan berkat dan keselamatan, semoga saat erupsi terjadi, kami, masyarakat beserta lingkungan di sekitar Merapi, selalu dalam kondisi baik-baik saja,” ujarnya.

Bagi masyarakat janur dipercaya sebagai simbol keteguhan tekad, niat, ataupun kesungguhan berdoa. Adapun minuman, berupa kopi, teh dan air berisi bunga hanya sekadar pelengkap, bagian dari sesaji untuk melancarkan doa.

12 Jenis Mamalia di Gunung Merapi Perlu Perlindungan

Tetapi baginya Marsono, minuman seperti kopi dan teh dianggapnya sebagai hidangan dalam acara pertemuan warga. Dua jenis minuman ini sengaja dihidangkan untuk menahan ngantuk dan menjaga kesadaran.

“Bisa diartikan, dua jenis minuman sekaligus sebagai simbol, pengingat bagi kita terus menjaga kesadaran, memantapkan diri untuk terus berdoa mohon keselamatan,” ujarnya.

Rasa aman

Bermukim di lereng gunung memang membuat warga Dusun Grogolan atas terbiasa dengan ritual berdoa, memohon keselamatan terhindar dari bahaya erupsi. Ketua RT setempat, Ngadirin mengatakan tiap kali ada aktivitas vulkanik, tradisi ini akan dilakukan.

Hanya pada 2010, warga tak sempat melakukan hal yang sama karena aktivitas vulkanik berlangsung demikian cepat dan mendadak. Waktu yang tersisa hanya digunakan untuk terburu-buru pergi dan mengungsi.

“Jika memang ada instruksi untuk langsung mengungsi, kami pun akan langsung mengungsi,” ujar Marsono.

Erupsi Gunung Merapi dan Kisah Sang Juru Kunci Mbah Maridjan

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Al Amrul Haq menyebutkan salah satu kebutuhan dasar manusia adalah mencari rasa aman. Pada situasi genting menghadapi bencana membuat warga Merapi membuat jimat.

“Membuat jimat adalah reaksi yang sangat wajar terjadi sebagai bentuk upaya menyelamatkan diri di tengah situasi yang dinilai sulit diprediksi dan di luar kendali seperti erupsi Merapi,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini