Ancaman Penurunan Fungsi Hutan Desa Sumbergondo: Kebakaran dan Penyalahgunaan Lahan

Ancaman Penurunan Fungsi Hutan Desa Sumbergondo: Kebakaran dan Penyalahgunaan Lahan
info gambar utama

Desa Sumbergondo merupakan salah satu desa penyangga hutan yang terletak di lereng Gunung Arjuna, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Namun, Desa Sumbergondo menghadapi ancaman serius terkait kelestarian hutan yang semakin terancam.

Penelitian oleh Tim KKN PPM-UGM 2023 Kecamatan Bumiaji menggunakan teknologi penginderaan jauh mengungkapkan adanya perubahan signifikan dalam luas hutan. Berdasarkan analisis nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) menggunakan citra Landsat 8 tahun 2015 dan 2023, tercatat terdapat penurunan luas hutan di kawasan hutan Sumbergondo sebesar 47,25 hektar, di mana dari 604,26 hektar menjadi 557,01 hektar.

Area seluas itu berubah menjadi tutupan lahan lain seperti pertanian dan pemukiman. Kondisi itu menimbulkan keprihatinan atas masa depan lingkungan dan keberlangsungan masyarakat Desa Penyangga Hutan Sumbergondo.

Hutan bukan sekadar kumpulan pohon, melainkan sebuah ekosistem yang kompleks yang membutuhkan pengelolaan khusus karena krusial bagi kehidupan. Hutan memegang peran penting dalam menjaga kesuburan tanah, menyerap karbon dioksida, dan menyediakan habitat bagi flora dan fauna.

Keberadaan Misterius Suku Oni, Manusia Kerdil yang Hidup di Hutan Bone

Namun, akibat aktivitas ilegal dan penyalahgunaan lahan, luas hutan semakin menyusut, mengancam keberagaman hayati dan keberlangsungan fungsi ekosistem tersebut. Kondisi ini memerlukan tindakan segera dan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian hutan dan mengatasi kerusakan yang sudah terjadi melalui kesadaran masyarakat, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, penegakan hukum yang ketat, upaya restorasi, dan edukasi mengenai manfaat hutan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan dukungan semua pihak, harapan untuk masa depan ekosistem hutan yang cerah di Desa Sumbergondo dapat menjadi kenyataan.

Hasil penelitian dari Tim KKN-PPM UGM Kecamatan Bumiaji menemukan kasus mengejutkan, yaitu di kawasan hutan yang seharusnya dilindungi, justru ditanami komoditas sayuran seperti wortel, kol, selada, dan beberapa jenis sayuran lain. Di lain sisi, pohon-pohon yang berada di lahan tanaman sayur justru sudah mati. Beberapa pohon hanya bagaikan pensil yang menjulang ke atas tanpa daun.

Keberadaan sayur dan hutan jelas tumpang tindih, tanaman sayur membutuhkan cahaya matahari langsung agar dapat berfotosintesis dan menghindari hama, sedangkan hutan yang lebat hanya akan menghalangi cahaya langsung mencapai sayuran yang berada di bawah pohon. Oleh karena itu, pohon-pohon dimatikan demi kelancaran penanaman sayur. Praktik tersebut jelas melanggar peraturan dan merugikan lingkungan serta keberlangsungan ekosistem.

Pada tahun 2021, Desa Sumbergondo harus menghadapi bencana banjir bandang. Berdasarkan penelusuran ProFauna Indonesia, ditemukan bahwa banjir bersumber dari Kali Mati. Sungai ini diberi nama "Kali Mati" karena airnya tidak pernah mengalir seperti sungai biasanya.

Kepala ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid menjelaskan bahwa banjir bersumber dari sungai kering Kali Mati yang disekitarnya ditemukan beberapa titik longsor. Setelah ditelusuri, titik-titik longsor tersebut terdapat lahan terbuka yang ditanami sayur. Seharunsya, area tersebut merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi.

Selain itu, pada Oktober 2019, kawasan hutan Sumbergondo yang berada dekat dengan Kali Mati mengalami kebakaran. Fenomena penyalahgunaan lahan dan kebakaran hutan sangat mengurangi fungsi hutan untuk menyerap dan menyimpan air. Berdasarkan pengakuan dari salah satu petani hutan yang lahannya terkena dampak langsung dari banjir bandang, bahwa banjir itu berkaitan dengan kebakaran 2 tahun yang lalu, yang membuat fungsi hutan berkurang drastis.

Fenomena Ubur-ubur Serbu Hutan Mangrove Nguling Pasuruan, Berbahayakah?

Pengurangan fungsi hutan ini sangat mengancam Desa Sumbergondo selaku Desa Penyangga Hutan karena berdampingan langsung dengan hutan. Apabila tanah sudah mencapai titik jenuh, tentu akan terjadi banjir-banjir lainnya yang akan melanda Desa Sumbergondo.

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Tim KKN-PPM UGM Kecamatan Bumiaji adalah penanaman kopi di lahan miring sebagai salah satu upaya konservasi lahan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya longsor. Langkah ini diharapkan dapat membantu memperkuat struktur tanah, mengurangi erosi, dan meningkatkan daya dukung ekosistem di kawasan hutan Sumbergondo.

Selain itu, melalui kampanye edukasi dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan kesadaran lingkungan dapat meningkat sehingga praktik penyalahgunaan lahan dapat dicegah, dan hutan serta lingkungan sekitar dapat terjaga dengan baik.

Dengan menggabungkan berbagai upaya dari pemerintah, masyarakat, perhutani, Kelompok Tani Hutan (KTH), dan pihak terkait, serta solusi berbasis penelitian seperti penanaman kopi di lahan miring, harapan untuk masa depan ekosistem hutan yang cerah di Desa Sumbergondo dapat menjadi kenyataan.

Semua pihak perlu bersatu dan bekerja sama dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan, menjadikan Desa Sumbergondo sebagai contoh sukses dalam upaya membangun keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Konservasi Hutan Mangrove di Bojong Salawe, Kabupaten Pangandaran

Daftar Pustaka:

Sunaryo, D. K., & Iqmi, M. Z. (2015). Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Pendeteksian Dan Mengetahui Hubungan Kerapatan Vegetasi Terhadap Suhu Permukaan. Spectra, 13(25):55-72.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini