Legenda Makam Gantung Pemilik Ilmu Pancasona yang Dikramatkan di Blitar

Legenda Makam Gantung Pemilik Ilmu Pancasona yang Dikramatkan di Blitar
info gambar utama

Makam gantung yang berada di Blitar selalu menimbulkan penasaran bagi para peziarah. Makam yang berada di Pesanggrahan Djojodigdan di Jalan Melati 43 Kota Blitar ini ternyata tidak tergantung.

Dimuat dari Detik, makam ini disebut tergantung karena nisannya lebih tinggi dibandingkan dengan nisan-nisan lainnya di area pemakaman itu. Makam keramat ini dibangun di atas lantai pondasi setinggi 50 cm, bangunan dasar berundak dua itu setinggi 1 meter.

Kisah Kampung Bergota, Perkampungan yang Berada di Tengah Pemakaman

Kabar yang beredar, makam gantung itu merupakan tempat peristirahatan terakhir Mas Ngabehi Bawadiman Djojodigdo, seorang Patih Blitar yang menguasai ilmu Pancasona. Di makam itu terdapat keterangan sosoknya.

“Beliau lahir di Kulon Progo, Rabu Kliwon tanggal 5 Suro 1755, atau 29 Juli 1827. Meninggalnya hari Kamis Pon, tanggal 18 Safar 1839 atau 11 Maret 1909. Saat berusia 84 tahun,” jelas Lasiman.

Alasan disebut makam gantung?

Lasiman menjelaskan makam tersebut dibangun pada 11 Ruwah 1840 atau 18 Agustus 1910. Sementara itu, alasan mengapa disebut makam gantung karena sosok Eyang Digdo yang harus digantung ilmu, senjata, dan baju kebesarannya agar bisa wafat.

“Makannya diberi nama makam gantung,” jelas pria yang sudah delapan tahun menjadi juru kunci di makam itu.

Lasiman kemudian menerangkan bahwa sosok Patih Djojodigdo adalah kerabat dekat Pangeran Diponegoro dan masih keturunan darah biru Mataram. Pada masanya banyak orang percaya dirinya tak bisa meninggal karena punya ilmu pancasona.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan

Dirinya akan kembali hidup bila jasadnya menyentuh tanah. Karena mitos tersebut makannya dibangun di atas lantai pondasi setinggi 50 cm sehingga tak menyentuh tanah secara langsung.

“Jasad dari sufi ini kemudian dimasukan dalam peti besi dan disangga empat tiang yang terbuat dari besi juga,” paparnya.

Dikeramatkan

Karena dianggap sebagai orang sakti pada masa hidupnya, banyak peziarah yang mengkeramatkan makam ini. Konon katanya di luar pagar sebelum masuk, ada dua ekor macan penjaga.

“Salah satu pengunjung juga pernah melihat ular besar yang menghalangi jalan, sehingga para peziarah tak bisa masuk sembarangan,” ucapnya.

Juru kunci ini menceritakan ada seorang kerabat yang ingin mencuri barang peninggalan Eyang Djojodigdo dan akhirnya menjadi gila. Selain itu ada sebuah makam di kompleks pemakaman yang disebut dengan makam menangis.

Nyadran, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sambut Ramadhan

Makam eyang sakti ini pada hari-hari tertentu banyak didatangi oleh para peziarah terutama dari kalangan spiritual. Berbeda dengan para peziarah, para spiritual ini datang ke makam itu untuk berguru dengan Eyang Djojodigdo secara gaib.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini