Opak Sumedang Emak Emoh dan Perbedaan Etos Kerja Antar Generasi

Opak Sumedang Emak Emoh dan Perbedaan Etos Kerja Antar Generasi
info gambar utama

Bicara soal pesona Jawa Barat, maka jangan lupakan pesona Sumedang, salah satu daerah one spot for all di Jawa Barat. Jika bertandang ke daerah satu ini dari arah Bandung, maka Kawan GNFI akan disambut dengan tugu selamat datang bertuliskan “Sumedang Puseur Budaya Sunda”.

Slogan yang terpampang nyatanya bukan sekedar tulisan tanpa makna. Filolog dari bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang, Anggi Endrawan sepakat dengan hal ini. Dirinya menyebut bahwa jika merunut sejarah lahirnya Sumedang, maka para peneliti terdahulu sepakat bahwa daerah ini adalah wilayah peradaban budaya serta pendidikan yang harus dilestarikan oleh generasi selanjutnya.

Festival Religi Golo Koe, Segera Kembali di Labuan Bajo Pertengahan Agustus Mendatang
Tugu selamat datang di Kabupaten Sumedang
info gambar

Sebagai salah satu pilar kebudayaan, makanan menjadi aspek yang penting atau trademark daerah wisata. Begitu juga dengan Sumedang dan makanan khasnya. Salah satu makanan khas yang tak boleh dilewatkan oleh kawan adalah opak, khususnya yang berasal dari Desa Karedok, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang.

Opak memiliki kisah panjangnya sendiri hingga bisa menjadi salah satu makanan khas daerah Sumedang. Salah satu daerah penghasilnya berada jauh di Kawasan Jatigede Kabupaten Sumedang. Di tengah gencarnya produksi opak di daerah ini, terdapat sosok wanita paruh baya yang menggeluti bidang serupa yaitu Emak Emoh. Wanita berusia 74 tahun ini telah mengelola usaha opak sejak tahun 1984 hingga kini.

Awalnya Emak Emoh hanya membuat opak dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat saat ada acara hajatan. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan dan respon positif atas opak buatannya, ia pun melanjutkan produksi sebagai usaha sampingan keluarganya, selain bertani.

Emak Emoh mengakui bahwa dari segi ekonomi, produksi dan penjualan opak tidak memberikan keuntungan yang besar. Namun, karena masa panen padi yang hanya terjadi sekitar tiga bulan sekali, usaha sampingan ini memberikan kontribusi yang berarti bagi keluarga Emak Emoh selama menunggu masa panen tiba.

Tak hanya di Sumedang, opak juga merupakan makanan khas yang diproduksi di banyak tempat di Jawa Barat. Meski begitu, Emak Emoh berhasil bersaing dengan sentra produksi lain. Menurutnya, keunikan opak buatannya terletak pada rasa gurih yang dihasilkan dari taburan kelapa yang dicampur ke dalam adonan opak miliknya. Selain itu, ukuran opak yang dibuatnya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan opak produksi lain.

Proses pembuatan opak milik Emak Emoh masih mengikuti tradisi dan dilakukan di rumahnya sendiri. Proses tersebut melibatkan beberapa tahapan, seperti perendaman beras ketan, pengukusan, pencampuran ketan dengan kelapa, pengukusan ulang, pemukulan adonan hingga kalis, pencetakan, pengeringan, dan akhirnya, pembakaran serta pengepakan.

Opak buatan Mak Emoh
info gambar

Namun, Emak Emoh menilai bahwa proses rumit tersebut mungkin akan sulit untuk dilanjutkan oleh anak atau cucunya ke depan.

“Ari diteruskan mah teu langkung pun anak, upami hoyong neraskeun nya mangga, da capena teh enjing-enjing kedah gugah, komo deui mun musim hujan…” ucap Emoh.

Kalimat Mak Emoh jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

"Kalau diteruskan itu tergantung anak, jika mau melanjutkan ya silahkan, karena lelahnya itu harus bangun pagi-pagi, belum lagi kalau musim hujan...".

Lakukan Hal Ini untuk Turut Berkontribusi terhadap Mitigasi Bencana

Perbedaan Etos Kerja Antar Generasi: Mitos atau Fakta?

Pernyataan Emak Emoh di atas mengundang Kawan GNFI untuk merenungkan stereotip tentang perbedaan etos kerja antar generasi. Sejak lama, masyarakat Indonesia telah menganggap bahwa generasi tertentu, seperti baby boomer, memiliki etos kerja yang lebih unggul daripada generasi milenial atau generasi Z.

Namun, penelitian oleh Zabel dan rekan (2016), menyatakan bahwa anggapan tersebut hanyalah mitos semata. Menurut mereka tidak ada hubungan langsung antara kelompok generasi (seperti baby boomer, generasi X, Y, dan Z) dengan etos kerja yang mereka tunjukkan. Artinya, kemampuan dan efikasi kerja seseorang tidak ditentukan oleh klasifikasi usia mereka dan proses generalisasi secara umum yang berlaku.

Perbedaan dalam persepsi lingkungan kerja (Perceived Work Environment, PWE) juga tidak selalu berlaku dalam semua konteks. Dari konsep berpikir di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan kerja abad ke-21 tidak dipengaruhi oleh perbedaan generasi dalam PWE.

Kisah inspiratif Emak Emoh menjadi bukti bahwa stereotip tentang perbedaan etos kerja antar generasi tidak selalu relevan. Semangat dan dedikasi seseorang dalam bekerja tidak tergantung pada generasi mereka, melainkan terletak etos diri dan nilai yang ada pada individu masing-masing. Semoga kisah Mak Emoh dapat menginspirasi Kawan GNFI untuk tetap bersemangat dan gigih dalam mengejar harapan tanpa terpengaruh oleh stereotip yang tidak beralasan.

KKN Unpad di Desa Karedok

Tulisan di atas berhasil dibuat sebagai salah satu hasil dari program kerja Kelompok KKN 33 Universitas Padjadjaran di Desa Karedok, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Selayaknya mahasiswa kampus lain yang datang ke desa-desa dengan tujuan pengabdian masyarakat , egitu pula kami. 10 orang anggota kelompok yang dipertemukan oleh pembagian takdir kelompok KKN.

Pertemuan kami dengan Emak Emoh dapat terjadi karena program yang kami buat di antarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi UMKM di Desa Karedok. Beberapa potongan foto yang ditampilkan dalam tulisan ini pun tidak lain semuanya berasal dari dokumentasi pribadi kelompok.

Pemberdayaan UMKM sebagai penopang ekonomi kreatif di Desa Karedok kami pilih berdasarkan kondisi aktual yang terjadi di desa ini. Sebagian besar warga mengeluh tidak lagi bisa mengandalkan usaha tani mereka karena alih fungsi lahan yang mereka rasakan. Desa Karedok yang berada di Kecamatan Jatigede menjadi salah satu desa yang banyak terdampak oleh alih fungsi lahan menjadi pintu air maupun bentungan guna mendukung mega proyek pemerintah, yakni Waduk Jatigede.

Dari sinilah keinginan masyarakat sendiri untuk memutar otak mencari tambahan jerih payah mulai hadir, salah satunya lewat pembuatan berbagai produk dan olahan camilan berbasis UMKM di Desa Karedok.

Kisah Partai Islam Ala Bung Hatta yang Ditolak oleh Rezim Orba

Referensi:

Zabel, K. L., Biermeier-Hanson, B. B. J., Baltes, B. B., Early, B. J., & Shepard, A. (2016). Generational differences in work ethic: fact or fiction? Journal of Business and Psychology, 32(3), 301–315. https://doi.org/10.1007/s10869-016-9466-5

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini