Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI membeli 12 unit pesawat tempur nirawak (Armed Unmanned Aerial Vehicle) model ANKA dari Turkish Aerospace Industries (TAI). Nilai transaksi kontrak ini diperkirakan mencapai 300 juta dolar AS atau setara 4,53 triliun.
Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan Brigjen Edwin Adrian Sumantha menyatakan, pembelian drone militer itu ditandai dengan penandatanganan kontrak dengan TAI pada 3 Februari 2023. Saat ini, total nilai kontrak yang sebenarnya masih dalam proses aktivasi oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Media Turki SavunmaSanayiST.com memberitakan pada 25 Maret lalu, bahwa Indonesia membeli ANKA dari TAI bersamaan dengan Chad dan Aljazair. Pengadaan 12 armada baru itu bertujuan untuk memodernisasi peralatan militer negara yang sudah tua.
Edwin mengungkapkan, pengiriman 12 unit drone ANKA bakal dilaksanakan dalam waktu 32 bulan setelah kontrak efektif. Kesepakatan tersebut juga mencakup Integrated Logistic Support (ILS), Ground Support and Test Equipment, Flight Simulator, Infrastruktur Hanggar, pelatihan, serta masa garansi selama 24 bulan atau 600 jam terbang.
Indonesia Beli 13 Radar Militer dari Prancis, Jaga Kedaulatan Wilayah Udara
Melalui kontrak itu juga, TAI bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk merakit ANKA di Indonesia. CEO Turkish Aerospace Industry Temel Kotil mengatakan, 6 dari 12 unit pesanan akan didatangkan utuh pada Agustus ini, sedangkan enam lainnya akan dirakit oleh PT DI di Indonesia.
Melansir TAI, pesawat ANKA dikembangkan dengan sumber daya nasional yang mampu bekerja siang dan malam, bahkan dalam cuaca buruk. Armada ini dilengkapi muatan untuk kecerdasan gambar waktu nyata, misi penghancuran target untuk pengintaian, pengawasan, deteksi target tetap atau bergerak, identifikasi, serta pelacakan.
Tak hanya itu, ANKA juga dapat bertahan di udara selama lebih dari 30 jam pada ketinggian 30.000 kaki. Pesawat ini diklaim dapat membawa muatan hingga 350 kilogram.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
