Mahasiswa KKN UGM-UNG Buat Produk Inovasi Cabai, Dorong Pertumbuhan UMKM di Desa Olimoo’o

Mahasiswa KKN UGM-UNG Buat Produk Inovasi Cabai, Dorong Pertumbuhan UMKM di Desa Olimoo’o
info gambar utama

Desa Olimoo’o, Kecamatan Batudaa Pantai yang berada di pesisir selatan Kabupaten Gorontalo memiliki kondisi geografis berupa bentangan bukit yang melintang di sepanjang pesisir. Situasi yang unik ini membuat masyarakat desa dapat memanfaatkan baik sumber daya alam baik dari laut maupun dataran tinggi. Komoditas hasil laut masyarakat Olimoo’o umumnya berupa ikan tuna, cumi-cumi, ikan nike, dan ikan batu. Di lain sisi, komoditas hasil perkebunannya berupa cabai, cengkeh, dan kemiri.

“Potensi perikanan di Desa Olimoo’o adalah cumi-cumi. Di lain sisi, potensi pertanian adalah cabai dan cengkeh yang produksinya bisa mencapai ton beratnya. Namun, sejauh ini penjualan hasil perikanan dan pertaniannya masih mentah karena belum ada pengolahan lebih lanjut,” ujar Agus N. Ali, Sekretaris Desa Olimoo’o.

Berdasarkan data pemerintah desa yang diambil pada 2021, produksi cumi-cumi di Desa Olimoo’o mencapai 68 ton, sementara produksi cabai dan cengkeh sebesar masing-masing 55 ton dan 26 ton. Hasil produksi tersebut kemudian dikumpulkan oleh pengepul untuk dijual ke pasaran. Sisanya barulah digunakan untuk keperluan rumah tangga masyarakat.

Mahasiswa KKN-PPM UGM Bumiaji Membuat Biopori pada Taman KRPL Tegalsari Desa Sumbergondo

“Sebelumnya sudah terdapat upaya untuk mengolah potensi perikanan yang ada di desa ini dengan membuat produk UMKM abon cumi-cumi yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN periode sebelumnya. Produk yang dibuat bahkan sudah memiliki kemasan dan perizinan. Akan tetapi, produksinya sudah tidak berjalan karena ketersediaan cumi-cumi sangat bergantung pada musim dan kondisi laut,” jelas Sartin Yunus Ahamad, Ketua PKK Desa Olimoo’o.

Menjawab problematika tersebut, mahasiswa KKN Kolaboratif Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menginisiasi pengolahan produk UMKM dengan memanfaatkan komoditas yang ketersediaannya tidak bergantung pada musim. Bahan yang dipilih adalah cabai.

Berdasarkan keterangan masyarakat, cabai merupakan komoditas pertanian yang selalu tersedia sepanjang tahun dan melimpah pula produksinya. Mahasiswa KKN Kolaboratif mengolah cabai tersebut menjadi abon cabai dan chilli oil.

Anggota PKK Desa Olimoo'o belajar membuat produk abon cabai dan chili oil | Sumber: Nazla Clarisa Dewi
info gambar

Pembuatan kedua produk tersebut tergolong sederhana tanpa memerlukan peralatan khusus sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan produksi dalam skala UMKM. Bahan-bahan masak yang dibutuhkan juga cukup mudah didapatkan.

Pembuatan abon cabai mengandalkan cabai yang sudah dikeringkan kemudian dimasak dengan bawang dan terasi. Selanjutnya, abon ditambahkan dengan bawang merah goreng untuk memberikan kesan renyah dan aroma dari bawang goreng yang khas. Sementara itu, pembuatan chili oil menggunakan bahan yang tidak jauh berbeda dengan abon cabai, akan tetapi proses pengolahannya membutuhkan minyak dengan jumlah lebih banyak.

Konsepnya, chili oil diolah dengan menambahkan bubuk cabai kering ke dalam minyak yang adalah hasil menumis bawang-bawangan. Masyarakat desa sangat mengapreasiasi inovasi olahan cabai yang diperkenalkan, termasuk dari segi rasa yang dinilai enak. Tidak hanya menjadi tukang cicip, masyarakat tentunya juga diberi pelatihan oleh mahasiswa KKN dalam pembuatan produk-produk tersebut pada Selasa (1/8).

Desa Karedok, Lokasi KKN dengan Suasana Pulang ke Rumah Nenek

Abon cabai dan chili oil tersebut ikut dipamerkan pada acara puncak KKN Kolaboratif UGM-UNG yang bertajuk Kuliner Expo Desa Olimoo’o pada Sabtu (5/8). Menemani kedua produk tersebut, ada abon cakalang dan kopi jagung yang merupakan produk khas Desa Olimoo’o.

Kuliner Expo ini bahkan dihadiri oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo sehingga menjadi panggung yang bergengsi dalam mempromosikan inovasi makanan Desa Olimoo’o. Harapannya dengan adanya kegiatan pameran produk UMKM dan pelatihan yang dilakukan, masyarakat mendapat bekal yang cukup untuk mengolah cabai menjadi produk yang bernilai jual agar dapat memajukan perekonomiannya.

Penulis: Audie Lim Sing E, Fakultas Teknologi Pertanian UGM

Redaktur: Geraldy Kianta, Fakultas Kehutanan UGM

Fotografer: Nazla Clarisa Dewi, Fakultas Kehutanan UGM

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini