Urgensi Gerakan Nasionalisme Dalam Menyambut Kemerdekaan

Urgensi Gerakan Nasionalisme Dalam Menyambut Kemerdekaan
info gambar utama

Nasionalisme merupakan rasa mencintai bangsa sendiri. Indonesia memiliki banyak sekali ragam budaya, ras, suku, dan kekayaan alam, keanekaragaman yang ada di Indonesia termaktub di dalam Sayap Garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Makna dari Bhinneka Tunggal Ika yaitu: Keberagaman yang disatukan oleh persamaan rasa senasib dan seperjuangan zaman penjajahan Belanda dahulu, serta memiliki rasa toleransi dan menghargai satu sama lain.

Contoh realita toleransi bisa dilihat dari Masjid Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral. Begitu indahnya Indonesia dengan kedamaian yang ada, dilihat dari kekayaan budaya, Indonesia memiliki 289 Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) dirilis oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2021.

Nasionalisme tidak hanya mengajarkan untuk rasa cinta tanah air, tetapi diajarkan untuk memahami karakter bangsa Indonesia, realita yang berada di generasi Z, sebutan untuk generasi yang lahir pada 2000-an ke atas, yaitu telah terjadi demoralisasi, dapat dilihat pada konten di sosial media dan komentar yang tidak layak untuk diperlihatkan kepada khalayak ramai.

Hari Bersih Dunia, WCD Indonesia Ajak Konten Kreator Punguti Sampah di Sungai Ciliwung

Bangsa Indonesia di mata dunia telah dipandang sebagai manusia yang memiliki sopan santun terbaik. Namun, ketika didunia maya yang terjadi sebaliknya, bahkan menurut Raksasa Teknologi Microsoft mengatakan di media Internasional bahwa netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Ini tentu menjadi catatan buruk bagi bangsa Indonesia.

Ideologi bangsa Indonesia yang telah diterapkan yaitu Pancasila. Pancasila sejarahnya berasal dari Piagam Jakarta, Piagam Jakarta disahkan pada 22 Juni 1945 dan disusun oleh anggota-anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.

BPUPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang menduduki Indonesia pada saat itu. Badan ini bertujuan untuk mempersiapkan usaha-usaha menuju kemerdekaan Indonesia.Singkatnya pada akhirnya sila pertama pada piagam Jakarta yang menyatakan: “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”, mengingat Indonesia mengenal 6 macam agama, pentingnya menekankan pada toleransi beragama.

Masa kolonialisme Jepang dan Belanda telah memberikan rasa kesal dan amarah bangsa Indonesia, masa-masa tersebut membuat rasa persatuan rakyat Indonesia memuncak, sehingga timbul beberapa gerakan perlawanan untuk mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi. Contohnya saja gerakan Samin, sesuai nama gerakannya, gerakan ini digagas oleh Tokoh Samin, yang menolak untuk membayar pajak dan serta menolak patuh terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda di daerah Blora, Jawa Tengah. Gerakan Samin bergerak pada bidang sosial. Sedangkan untuk gerakan perlawanan secara fisik telah banyak dilakukan oleh para pahlawan,. Diantara gerakan tersebut yang paling viral adalah pertempuran Surabaya.

Pertempuran Surabaya terjadi pada puncaknya 10 November 1945 yang diperingati sebagai hari Pahlawan, penyebab pertempuran Surabaya terjadi ketika pihak Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Surabaya dengan membawa pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA), untuk mengembalikan kekuasaan Indonesia kepada pemerintahan Belanda, hal ini menimbulkan gejolak rakyat Surabaya untuk melawan NICA dan AFNEI.

Kiper Keturunan Indonesia dan Pemain Senior Andalan Timnas Swiss Bersaing di Inter Milan

Pada tanggal 1 September 1945, pemerintah Indonesia membuat maklumat untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) tanpa persetujuan pemerintah Indonesia. Hal ini membuat para pemuda Surabaya marah, dikarenakan menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Akhirnya bendera Belanda dirobek bagian warna birunya, menjadi warna bendera Indonesia, yaitu Merah Putih.

Peralihan zaman memang telah berganti, memaknai kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas mengetahui sejarah perjuangan Tokoh Bangsa yang telah memperebutkan kedaulatan bangsa Indonesia, tetapi memaknai kemerdekaan dengan diisi gerakan-gerakan positif dan bermanfaat untuk masyarakat. Contohnya mengajak untuk memasang bendera Merah Putih di tempat yang bisa dipasang.

Kesadaran akan pentingnya Lambang Negara, Simbol Negara, dan bendera Negara menjadi hal dasar dalam kehidupan bernegara. Kemudian gerakan selanjutnya membuat pengabdian ke Masyarakat Desa di Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) sehingga bisa memberikan dampak perubahan yang realistis. Misalnya adalah pengabdian yang dilakukan oleh komunitas-komunitas mengikutsertakan volunteer dengan program kesehatan gratis, mengajar di sekolah, serta membangun jembatan sebagai infrastruktur penghubung antarwilayah.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini