Kucing Liar Dilindungi Masih Terancam Meski Upaya Konservasi Terus Dilakukan

Kucing Liar Dilindungi Masih Terancam Meski Upaya Konservasi Terus Dilakukan
info gambar utama

Keberadaan kucing liar dilindungi di Indonesia masih terancam. Populasi mereka menurun drastis setiap tahun. Beberapa spesies bahkan dinyatakan hampir punah, padahal karnivora ini berperan penting sebagai keystone species atau spesies kunci yang menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Maksudnya, kucing liar dilindungi bertugas menjaga persistensi populasi spesies lain dan kestabilan ekosistem. Mereka melindungi kesehatan satwa mangsa dengan cara menyeleksi individu mangsa, sehingga keberadaan satwa mangsa sesuai dengan daya dukung. Bukan itu saja, mereka pun ternyata turut merawat kesehatan manusia dengan menyeleksi pengendalian mangsa yang menjadi vektor penyakit.

Di samping itu, mereka juga memberikan manfaat ekonomi melalui ekowisata. Namun, kesadaran sejumlah pihak akan pentingnya keberadaan kucing liar dilindungi masih rendah. Inilah yang menyebabkan penurunan populasi terus terjadi.

Dalam sebuah webinar bertajuk FANTASIA pada 2021 lalu, para ahli kehutanan, aktivis konservasi dari berbagai lembaga, dan psikolog, berbagi pandangan untuk menjawab “Mengapa populasi kucing liar dilindungi terus menurun?”.

Fakta Menarik Kucing Batu, Si Penunggu Hutan Indonesia

9 jenis kucing liar dilindungi semakin sulit ditemukan

Sumber: Chien C. Lee

Indonesia memiliki setidaknya 9 jenis kucing liar dilindungi yang tersebar di pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Keberadaan mereka dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018.

Kesembilan kucing itu terdiri dari:

  1. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)
  2. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
  3. Macan Dahan (Neofelis diardi)
  4. Kucing Emas (Catopuma temminckii)
  5. Kucing Merah (Catopuma badia)
  6. Kucing Bakau (Prionailurus viverrinus)
  7. Kucing Batu (Pardofelis marmorata)
  8. Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis)
  9. Kucing Tandang atau flat-headed cat (Prionailurus planiceps).

Urutan daftar di atas menunjukkan, semakin ke bawah, jenis kucing liar tersebut semakin sulit ditemukan, menurut Anton Ario dari Conservation International Indonesia.

Sementara itu, Hendra Gunawan, Peneliti Ahli Utama Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Litbang dan Inovasi KLHK, menjelaskan bahwa kucing liar memiliki kerangka anggota tubuh yang dirancang sebagai pemburu.

Spesies ini memiliki indera pendengaran, penglihatan, dan penciuman yang tajam. Mereka termasuk pelari yang handal dan gesit. Para predator ini akan membunuh mangsa hanya ketika mereka lapar.

Fakta Unik Busok, Kucing Ras Asli Indonesia yang Sudah Diakui Dunia

Mengapa kucing liar dilindungi masih terancam?

Banyak faktor yang mengancam keberadaan kucing liar dilindungi, di antaranya: deforestasi, degradasi habitat, perburuan, dan perdagangan liar. Namun, fragmentasi habitat menjadi ancaman terbesar bagi eksistensi mereka.

Fragmentasi habitat memiliki sifat permanen dan pada umumnya tidak dapat dipulihkan. Dampak jangka panjang dari aktivitas ini ialah kepunahan lokal, bahkan regional. Contohnya, kepunahan 17 lokasi macan tutul di Jawa Tengah pada 1988-2008 atau 26 persen.

Ancaman ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghilangkan vegetasi hutan secara masif dan permanen, sehingga memotong kawasan tutupan hutan. Contohnya, pembangunan jaringan jalan raya dan menara SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi).

Pengurangan luas total hutan menciptakan metapopulasi dan meningkatkan konflik antara satwa liar dengan manusia.

Kemudian, Puspita Insan Kamil, Psikolog Sosial, memberi perspektif lain tentang penyebab penurunan populasi kucing liar dilindungi di Indonesia. Pertama, karena hewan tersebut dipelihara. Kucing liar sifatnya hidup di alam bebas dan bukan termasuk hewan peliharaan.

Lalu, persaingan habitat, diawali dengan tingginya interaksi antara manusia dan satwa yang disebabkan oleh ekspansi manusia.

Kemudian, konflik antara manusia dan satwa liar. Mulai dari penyerangan, invasi satwa asing, penularan penyakit, depresi, crop-raiding, hingga persaingan buruan. Penurunan populasi kucing liar dilindungi dapat disebabkan juga oleh kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi mereka. Entah karena budaya nenek moyang atau kebutuhan hidup.

Mengenal Kucing Tandang, Si Kecil Imut yang Pemalu

Upaya dan tantangan konservasi kucing liar dilindungi di Indonesia

Menurut keterangan Anton Ario, ada beberapa upaya konservasi yang telah dilakukan untuk mencegah kepunahan kucing liar dilindungi. Misalnya, sejak 2014, KLHK terus melakukan monitoring (pemantauan) terhadap sejumlah daerah yang dihuni oleh satwa liar dalam prioritas untuk dilindungi.

Kemudian, pengamatan secara keseluruhan terhadap beberapa habitat kucing liar dilindungi yang sudah diobservasi. Di samping itu, edukasi masyarakat juga sangat penting dalam menjaga keberadaan kucing liar.

Para pejabat kehutanan dan aktivis juga telah melakukan segenap upaya untuk menyelamatkan populasi kucing liar dilindungi, seperti pengelolaan satwa saat dan pasca konflik, pemulihan ekosistem, pemberdayaan masyarakat, serta penegakkan hukum.

Dalam praktiknya, konservasi kucing liar dilindungi tidak selalu berjalan mudah. Banyak tantangan yang muncul di lapangan. Salah satunya, tidak semua satwa liar berada dalam kawasan konservasi dan terdaftar secara administrasi. Maka dari itu, pengawasan satwa di kawasan non-lindung tetap harus dilakukan.

Selamjutnya, menjadikan hewan-hewan kecil menjadi prioritas dalam konservasi, bukan hanya hewan besar kharismatik, menjamin konektivitas habitat, mengutamakan konservasi di berbagai sektor pembangunan, dan tantangan yang paling besar: pendanaan.

Konservasi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, keterlibatan berbagai pihak diperlukan untuk menjamin kelangsungan konservasi kucing liar dilindungi berjalan dengan baik.

Kucing Batu, Kucing Langka Yang Sering Dijumpai Di Kalimantan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini