Mengapa Motor Bekas Perang Belanda Ini Jadi Simbol Warga Pematang Siantar?

Mengapa Motor Bekas Perang Belanda Ini Jadi Simbol Warga Pematang Siantar?
info gambar utama

Becak BSA di Pematang Siantar, Sumatra Utara telah menjadi bagian masyarakat. Pasalnya becak yang dahulunya bekas motor perang Belanda ini menjadi moda transportasi masyarakat Pematang Siantar dalam melakukan aktivitas.

Dimuat dari Harapan Rakyat, motor ini datang dari Inggris untuk memenuhi kebutuhan transportasi perang di zaman Agresi Militer Belanda tahun 1947. Tetapi pasca kemerdekaan, pemerintah kita melakukan nasionalisasi harta kekayaan Belanda.

Di Distrik Agats, Motor Listrik Sudah Menjadi Kendaraan Utama Warga Selama Belasan Tahun

Karena itulah pada 1950-an, banyak motor BSA yang tak terpakai dan terbengkalai begitu saja di sudut-sudut Kota Pematang Siantar. Warga sekitar kemudian memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak.

Awalnya saat itu ada sekitar 20 hingga 30 orang penarik becak ini. Beberapa antaranya adalah veteran pejuang kemerdekaan. Tetapi setelah itulah motor ini menjadi moda transportasi khas yang diubah menjadi becak motor.

Jadi populer

Becak BSA yang memiliki kapasitas 350-500 cc ini mudah ditemukan di daerah Pematang Siantar. Hisarma Saragih menyebut becak motor ini diperkirakan mulai populer di Pematang Siantar sejak tahun 1970.

Dijelaskan oleh Hisarma, motor ini digunakan untuk kepentingan militer Sekutu, transportasi perang menembus hutan-hutan di berbagai daerah di Indonesia. Tetapi setelah tahun 1970 an, motor ini mulai ditinggalkan oleh banyak instansi militer.

“Peremajaan transportasi membuat motor-motor BSA di instansi militer terbengkalai dan menjadi rongsokan,” jelasnya dalam buku Pembangunan Pariwisata Manajemen Situs Sejarah, Kearifan Lokal di Kota Pematang Siantar.

Skema Subsidi Motor Listrik Bakal Diubah: 1 NIK, 1 Unit

Karena motor tersebut sudah tak berguna lagi, beberapa pengusaha transportasi dari Sumatra datang ke Jawa untuk membeli BSA. Mereka mengumpulkan motor BSA dari para pengepul rongsokan dengan harga yang murah.

Ketika sampai di Sumatra, motor rongsokan itu diperbaiki dan digunakan menjadi becak motor. Ternyata becak motor ini dianggap usaha yang menguntungkan bagi para pengusaha di daerah Siantar.

“Akibatnya banyak orang-orang sana yang berprofesi menjadi penarik becak BSA,” ucapnya.

Jadi ikon

Walau banyak pilihan motor untuk menjadi becak, baik dari Eropa hingga Amerika, masyarakat Siantar tetap memilih produk BSA sebagai transportasi umum miliknya. Hal ini karena BSA konon mudah mendapatkan suku cadangnya.

“Jadi jika rusak akan mudah diperbarui, peremajaan mesin tiap hari cenderung mudah,” katanya.

Walau pabrik BSA telah tutup sejak tahun 1970 an, tetapi bengkel-bengkel BSA di Pematang Siantar pintar membuat tiruan suku cadangnya. Munculnya bengkel ini menjadi alasan banyaknya BSA di Pematang Siantar.

Pabrik Motor Listrik Dibangun di Cikarang, Siap Produksi 25 Ribu Unit per Tahun

Karena rata-rata masyarakat Pematang Siantar berprofesi sebagai tukang becak motor dari BSA. Oleh karena itu motor BSA sudah menjadi simbol di daerah tersebut. Bahkan mereka pun membangun tugu motor BSA.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini