Sejarah Jakarta Convention Hall (JCC) Jadi Pusat Konvensi Terbesar di Indonesia

Sejarah Jakarta Convention Hall (JCC) Jadi Pusat Konvensi Terbesar di Indonesia
info gambar utama

Jakarta Convention Hall (JCC) akan mejadi tuan rumah KonferensiTingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN pada 5—7 September 2023. Sejak Januari lalu, pemerintah merenovasi bangunan ini dengan anggaran Rp115,88 miliar agar semakin cantik dan berkelas.

Dalam sejarahnya, JCC melalui perjalanan panjang sebagai pusat konvensi terbesar di Indonesia. Setidaknya 30 ribu perhelatan telah digelar di gedung ini, mulai dari wisuda perguruan tinggi, turnamen dunia, pertemuan kenegaraan, pameran produk kerajinan dan otomotif, konser, hingga festival musik jazz.

Rencana besar Soekarno

Balai Sidang Jakarta, itulah nama yang diberikan Presiden Soekarno. Pembangunannya dimulai pada 8 Februari 1960 di atas lahan seluas 3 hektare. Inilah rencana besar sang insinyur untuk memamerkan kekuatan Indonesia dan kemegahan Jakarta dalam Pesta Olahraga Negara Berkembang (Ganefo) pada 10—22 November 1963.

Namun, karena belum rampung, Balai Sidang pun urung dipakai untuk menggelar kompetisi tersebut, menurut Adolf Heuken, sejarawan sekaligus penulis “Sejarah Jakarta dalam Lukisan dan Foto”. Pembangunannya saat itu menghabiskan biaya 12,5 juta dolar AS atau sekitar Rp187,5 miliar.

Pembangunan Balai Sidang akhirnya selesai pada 1974 dan memiliki Plenary Hall, sebuah auditorium besar berkapasitas 5.000 orang beratap kubah (dome) raksasa. Lokasinya tak jauh dari Gedung Parlemen, Jembatan Semanggi, kantor pusat Televisi Republik Indonesia, serta Komplek Stadion Gelora Bung Karno.

Begitu selesai dibangun, gedung ini langsung digunakan untuk konferensi tahunan Asosiasi Biro Perjalanan Asia Pasifik (PATA) ke-23 pada April 1974.

KTT ke-43 ASEAN Bakal Digelar, Ini Daftar Delegasi Negara yang Akan Hadir

Hilangkan desain bergaya kolonial

JCC saat itu didesain oleh Soejoedi Wirjoatmodjo, lulusan pendidikan arsitektur di Prancis, Belanda, dan Jerman. Bagoes Wiryomartono dalam tulisannya berjudul Soejoedi and Architechture in Modern Indonesia, menyebut Soejoedi sebagai arsitek asal Indonesia pasca-kemerdekaan yang meletakkan dasar-dasar desain modern.

Itulah upaya Soejoedi untuk melepas keterikatan gaya kolonialisme pada banyak bangunan lama di Tanah Air. Ia juga merancang beberapa bangunan ikonik pada awal 1960-an seperti Gedung MPR/DPR/DPD RI, Sekretariat ASEAN Jakarta, Kementerian Pertanian, Manggala Wanabakti, Kementerian Perhubungan, dan sejumlah kantor Kedutaan Besar Indonesia.

Renovasi besar-besaran hingga berubah nama

Kira-kira 18 tahun kemudian, Balai Sidang Jakarta menjalani renovasi besar-besaran usai Indonesia didapuk menjadi tuan rumah KTT ke-10 Gerakan Nonblok pada 1992. Sebanyak 62 kepala negara anggota Nonblok serta delegasi dari 109 negara diundang ke pertemuan ini. Presiden Kedua RI Soeharto meresmikan wajah baru Balai Sidang Jakarta pada 25 Agustus 1992.

Pasca dirombak total, Balai Sidang memiliki dua ruang besar untuk kebutuhan pameran, yaitu Exhibition Hall A dan B, luas masing-masing sekitar 3.060 m2 dan 6.075 m2. Kedua ruang tersebut dihubungkan oleh koridor atau selasar seluas 450 m2.

Kemudian, terdapat tambahan 13 ruang pertemuan berbagai ukuran. Luas lahannya pun meningkat menjadi 12 hektare. Selain Plennary Hall, kini ada pula Assembly Hall seluas 3.921 meter persegi (m2) berkapasitas 4.500 orang. Cendrawasih Room seluas 2.109 m2, serta 10 ruang lain yang mampu mengakomodasi 20—1.000 orang.

Tidak hanya itu, terowongan bawah tanah pun ikut dibangun menghubungkan pusat konvensi dengan sebuah hotel besar yang berada di dekatnya. Koridor bawah tanah ini dilengkapi travelator (tangga jalan datar). Usai renovasi, Balai Sidang pun berubah nama menjadi Jakarta Convention Center (JCC).

 Belitung Jadi Tujuan Wisata untuk Kegiatan Pasca KTT ASEAN ke-43

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini