Arsitektur Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, Wajah Kebhinekaan di Jabar

Arsitektur Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, Wajah Kebhinekaan di Jabar
info gambar utama

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta memiliki arti alam dewata yang sangat sempurna kesuciannya. Pura terbesar di Jawa Barat itu disebut sebagai istana Prabu Siliwangi, Raja dari Kerajaan Pajajaran.

Setiap minggunya, banyak wisatawan yang berkunjung untuk berziarah ke Bogor. Bukan hanya wisatawan lokal, bahkan beberapa wisata dari luar Jawa Barat pun kerap datang ke tempat yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari Gerbang Tol (Kota) Bogor Jagorawi.

“Pura ini memang tempat sembahyang dan perayaan keagamaan umat Hindu. Ada juga yang datang bukan umat Hindu, tetapi berdoa untuk para leluhur Pasundan. Banyak juga sebagai wisatawan. Saat ini hanya yang akan melaksanakan sembahyang yang bisa sampai pelataran utama,” kata Jero Mangku Made Sadnya yang dimuat Kompas.

Mengungkap Misteri Ahool, Kelelawar Raksasa Penghuni Gunung Salak

Perempuan pemimpin sembahyang itu dari kelompok Yogi Swastika Abiyosah. Dia merintis membangun pura itu bersama suaminya, Made Sadnya setelah membeli lahan di kawasan kaki Gunung Salak 1981.

“Setelah tanah terbeli karena jatuh hati dengan alamnya yang asri di kaki gunung, ia mendirikan rumah panggung yang kemudian dijadikan tempat persembahyangan,” paparnya.

Tempat moksa

Belakangan banyak anggota Yogi Swastika Abiyosah yang ikut berkunjung turut bersembahyang. Persembahyangan itu dilakukan di alam terbuka dan tempat yang lebih tinggi, hingga tahun 1982 mereka menemukan batu alam sangat besar.

“Dari penuturan beliau (H Idris, tokoh setempat), yang sudah almarhum dan para sesepuh masyarakat di sini, kami baru tahu lokasi itu diyakini tempat ngahiang (moksa/menghilang) Prabu Siliwangi, salah satu Raja Pajajaran termasyhur,” ucapnya.

Ketika itu, umat Hindu di Jakarta sudah memiliki Pura Segara (Pura Laut) di Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mulailah anak-anak muda Yogi Swastika Abiyosah membicarakan kemungkinan melengkapi dengan Pura Gunung.

Gejolak Bumi di Batavia Tempo Dulu

Didahului berembuk dan minta pendapat tokoh masyarakat, anak-anak muda tadi kemudian merintis membuat Pura Gunung di kaki Gunung Salak di Tamansari, di mana ada Petilasan Prabu Siliwangi.

Tetapi ketika itu mereka bingung bentuk candi umat Hindu di Tanah Pasundan. Sebab, tak mungkin meniru candi di Jawa Tengah atau di Bali. Karena itu pencarian akhirnya menemukan Candi Hindu tersisa di Garut, yaitu Candi Cangkuang.

“Jadi Candi Siliwangi ini bentuknya khas beda dengan candi-candi Hindu lainnya. Candi juga dijaga arca harimau Siliwangi, hitam dan putih. Banyak umat dan juga mereka yang meyakini kejayaan Padjadjaran, saat bersembahyang di Candi Siliwangi mengalami peristiwa gaib kerohanian, termasuk melihat kehadiran harimau Siliwangi,” tutur Jero Mangku Made Sadnya.

Proses dan makna

Banyak sumber dan pendapat mengenai Prabu Siliwangi, baik berdasarkan literatur ilmiah maupun cerita lisan turun-temurun. Hal yang pasti, Candi Siliwangi dibangun penuh penghormatan kepada Sang Prabu.

Semua batu hitam dan seniman ukir/pahat didatangkan langsung dari Bali. Batu besar-besar itu diangkut lima truk dan dibawa ke lokasi candi saat ini menggunakan tenaga manusia. Setelah dibangun sekitar setahun, dibangun bale (tempat bersembahyang) Padma.

“Lalu dibangun bale dan fasilitas lain yang semua dilakukan bertahap dengan dana sumbangan umat, sesuai dengan tata cara Hindu,” jelasnya.

Cerita Mistis Di balik Pesona Indah 5 Gunung di Pulau Jawa

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta dibangun dengan konsep Trimandala, yang berarti memiliki tiga tingkat derajat kesucian, yakni Nista Mandala (Jaba Pisan) atau zona terluar pintu masuk dari luar.

Madya Mandala (jaba tengah) atau zona tempat aktivitas umat dan fasilitas pendukung, dan zona ketiga adalah Utama Mandala (jaba jero), areal inilah yang merupakan paling suci di komplek pura itu.

Kemudian pada tahun 2005 tempat itu diresmikan dengan nama Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Tamansari Gunung Salak. Kini dengan luas lahan sekitar 4 hektare, menjadi pura Hindu terbesar kedua di Indonesia setelah Pura Besakih di Bali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini