RI Kenalkan Amonia Biru dan Hijau di KTT ke-43 ASEAN, Apa Itu?

RI Kenalkan Amonia Biru dan Hijau di KTT ke-43 ASEAN, Apa Itu?
info gambar utama

PT Pupuk Indonesia (Persero) memperkenalkan pengembangan amonia biru dan amonia hijau dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum 2023 pada 5—6 September. Keduanya diklaim sebagai sumber energi bersih di masa depan dan diperkirakan akan mengalami lonjakan permintaan.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengungkapkan, ada empat rencana pengembangan yang dipamerkan dalam pertemuan itu. Pertama, amonia biru di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Maluku, bersama INPEX, produsen energi terbesar di dunia asal Jepang.

Kemudian, pengembangan blue ammonia di kawasan Pupuk Iskandar Muda (PIM) Aceh bersama Mitsui Jepang. Ketiga, hybrid green ammonia di Petrokimia Gresik bersama PLN dan ACWA Power dari Arab Saudi. Terakhir, Pupuk Indonesia berencana mengembangkan hybrid green ammonia di PIM bersama dua perusahaan Jepang, Toyo Engineering Corporation dan Mitsui.

“Bersama perusahaan-perusahaan tersebut, kami akan melakukan kajian-kajian yang telah kami tuangkan dalam nota kesepahaman atau MoU,” sebut Jamsaton dalam keterangan tertulis, Kamis (7/9/2023).

Sokongan Listrik KTT ASEAN ke-43 Gunakan Sumber Energi Bersih

Apa itu amonia biru dan hijau?

Amonia adalah gas berbau tajam yang banyak digunakan untuk membuat pupuk pertanian. Namun, proses pembuatan amonia saat ini tidak ramah lingkungan. Menurut The Royal Society, gas ini paling sering dibuat dari metana, air, dan udara, menggunakan steam methane reforming (SMR) dan proses haber untuk menghasilkan hidrogen.

Selama proses produksi amonia, sangatp penting untuk mengurangi jumlah karbon dioksida yang dihasilkan untuk mencapai target net-zero emission pada 2050. Opsi terbaik dalam jangka pendek untuk menciptakan hidrogen bebas karbon dalam skala besar adalah menggunakan amonia biru dan amonia hijau dalam pengolahan pupuk.

Amonia biru diproduksi dengan mengubah gas nitrogen dan hidrogen (syngas) pada suhu juga tekanan yang tepat, serta adanya katalis. Syngas dapat diproduksi dari bahan baku hidrokarbon dan bahan bakar atau sumber terbarukan.

Amonia biru diproduksi dari hidrokarbon, tetapi CO2 yang dipancarkan selama produksi diserap melalui teknologi pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau diimbangi dengan menanam pohon agar menjadi netral karbon, dikutip dari Kellogg Brown and Root.

Amonia biru dapat digunakan sebagai bahan bakar rendah karbon di berbagai industri, termasuk transportasi, pembangkit listrik, produksi baja, semen, dan pupuk (ADNOC).

Berbeda dengan varian biru, produksi amonia hijau sebenarnya bebas karbon. Energy Tracker Asia menjelaskan, amonia ini diperoleh melalui elektrolisis air untuk menghasilkan hidrogen dan oksigen yang dipisahkan dari udara. Pembuatannya didukung oleh sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin.

Proses ini memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen, kemudian digunakan untuk sintesis. Karakteristik tersebut menjadikan amonia hijau sebagai bahan bakar yang benar-benar rendah karbon atau bahkan pembawa energi netral karbon.

Perlu dicatat bahwa amonia diklasifikasikan sebagai 'biru' jika diproduksi dari bahan baku gas alam dan CO2 yang dilepaskan dan ditangkap oleh teknologi CCS/CCUS, atau dapat diberi label 'hijau' jika berasal dari elektrolisis hidrogen dan dihasilkan oleh sumber daya terbarukan, dikutip dari Gas Exporting Countries Forum.

Siapkan Rp135 Miliar, Inggris Perpanjang Kemitraan Energi Rendah Karbon dengan RI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini