Rolak 70, Bendungan Megah Peninggalan Belanda untuk Atasi Banjir di Jombang

Rolak 70, Bendungan Megah Peninggalan Belanda untuk Atasi Banjir di Jombang
info gambar utama

Rolak 70 Gudo merupakan sebuah kawasan bekas Bendungan Sungai Konto yang berada di perbatasan Jombang dan Kediri. Bendungan ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda untuk mengairi perkebunan tebu di wilayah Kecamatan Gudo, Jombang.

Dimuat dari Radar Jombang, nama dari pintu air ini berasal dari bendungannya yang berjumlah 70. Pada sebuah foto berangka tahun 1925, terlihat jelas bagaimana bendungan ini sangat megah dan luas.

Bendung Katulampa, Beton Belanda Pengendali Banjir Jakarta

Bangunan pintu airnya berupa struktur batu kali yang berderet melengkung. Pada setiap pintu air, dihubungkan dengan jembatan kecil yang bisa digunakan untuk melintas. Ada juga penyangga di sisi kanan yang fungsinya tempat alat pembendung.

“Hingga kini belum diketahui pasti tahun berapa rolak 70 ini dibangun, namun kalau foto tahun 1925 sudah ada, berarti ya sebelum itu,” terang Imam Bustomi. Kabid SDA Dinas PUPR Jombang.

Pengatur utama debut

Dikatakan oleh Imam Bustomi, Rolak 70 ini dibangun sebagai pengatur utama debit Sungai Konto Kediri, khususnya yang akan melintas di wilayah Jombang. Seluruh pintu air itu berfungsi untuk membagi aliran sungai konto ketika banjir datang.

“Sungai Konto Kediri sering banjir karena hulunya ada di dua pegunungan besar, Malang dan Kelud di Kediri, karena itu butuh bangunan pembagi air,” lanjutnya.

Kisah Dam Candi Limo, Bendungan Era Majapahit yang Dirawat Kolonial Belanda

Dijelaskan olehnya, ketika kali Konto debitnya sedang tinggi, maka air dibagi masuk ke sisi kiri rolak 70. Di sinilah, air akan ditampung terlebih dahulu sehingga tak seluruh luapan air Konto Kediri masuk ke Jombang.

“Jadi sebagai stabilizer dengan pembagian air itu, arusnya tidak akan besar, juga berguna untuk pengairan sawah di sekitar Gudo, jadi air terkontrol,” paparnya.

Tidak terawat

Tetapi pasca kemerdekaan, bendungan Rolak 70 sudah tak terawat dan dimanfaatkan lagi. Bagian bendungan ini sempat dipenuhi pasir ketika Sungai Konto jadi jalur erupsi Gunung Kelud saat itu.

“Sampai kemudian bendungan beralih fungsi, banyak orang mulai cari pasir di dalam bendungan,” tambahnya.

Kondisi dari bendungan Rolak 70 sekarang masih memperhatikan, nyaris seluruh pintu air rusak. Jembatan penghubung juga sudah hilang. Seluruh pintu air, tertutup tumpukan sampah kayu dan tanaman lain.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Kondisi di dalam waduk, bahkan lebih mengenaskan. Karena keberadaan galian pasir yang tak terkendali, seluruh dalam waduk sangat dalam. Bahkan kedalamannya tak bisa lagi berimbang dengan Sungai Konto.

“Kalau di dalam waduk mulai 12-30 meter, padahal Konto maksimal di 10 meter,” papar Bustomi.

Karena itu, hampir setiap tahun Rolak 70 malah menjadi penyebab banjir di kawasan Perak dan Bandarkedungmulyo. Perbedaan elevasi dalam kolam Rolak 70 dan Konto, membuat tanggul sisi dalam waduk kritis dan mudah jebol.

“Semoga saja segera ada upaya untuk mengembalikan fungsi Rolak 70 seperti sedia kala. Kalau bisa kembali baik, minimal permasalahan banjir akan lebih mudah teratasi,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini